dapat dianggap menjadi lebih penting. Maka, dalam cerita fiksi anak, jenis latar itu lazimnya diceritakan secara lebih jelas dan rinci.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa latar atau setting merupakan penunjukan waktu, tempat, peristiwa, dan suasana terjadinya cerita.
Latar cerita anak harus jelas dan mudah dipahami oleh anak-anak atau sesuai dengan jangkauan pikiran anak-anak.
2.2.1.2.4 Tema
Tema menurut Lukens dalam Nurgiyantoro 2005: 80 adalah gagasan ide utama atau makna utama dari sebuah tulisan. Nurgiyantoro 2005: 80
berpendapat bahwa tema dalam sebuah cerita dapat dipahami sebagai sebuah makna, makna yang mangikat keseluruhan unsur cerita sehingga cerita itu hadir
sebagai sebuah kesatuan yang padu. Sementara itu, Stanton dalam Kurniawan 2009: 75 mengatakan bahwa tema dalam sebuah cerita berhubungan dengan
makna pengalaman hidup. Tema berkaitan dengan sesuatu yang membuat pengalaman dapat diingat misalnya cinta, penderitaan, ketakutan hidup, dan
pengkhianatan. Menurut Sarumpaet dalam Titik W.S. dkk. 2012:92 menyatakan
bahwa tema sebuah cerita adalah makna tersembunyi. Meskipun kita sering mengira tema adalah moral atau pesan amanat cerita, sebetulnya bisa saja hanya
sebuah pengertian estetik, seperti penghargaan pada alam, atau pemahaman akan sebuah isu social. Yang jelas, tema sebuah cerita adalah „apa yang akan dikatakan
penulis‟.
Tema untuk anak haruslah yang memang perlu, baik serta cocok bagi mereka. Tema janganlah mengalahkan alur dan tokoh-tokoh cerita. Itu karena
anak membaca cerita untuk kenikmatan, bukan untuk pencerahan. Jika tema disampaikan dengan cara yang nyata, tunjuk mata telanjang, maka pengalaman
pembaca akan hilang. Sama juga, cerita yang terlalu menggurui, tema yang hendak mendidik, akan menghilangkan selera. Tentu saja, buku yang ditulis
dengan baik akan menyampaikan pesan moral, tetapi ia juga bercerita tentang sesuatu, darimana pesan itu mengalir keluar. Dengan cara itu, tema disampaikan
pada anak secara tersamar. Jadi jika nilai moral hendak disampaikan pada anak, maka ia haruslah terjahit pada bahan cerita yang kuat. Dengan demikian, anak
dapat membangun pengertian baik atau buruk tanpa merasa diindoktrinasi. Stanton dalam Kurniawan 2009: 77 mengemukakan bahwa dalam
menafsirkan tema dalam sebuah cerita, haruslah didasarkan pada hal-hal berikut ini.
1. Penafsiran terhadap tema cerita harus benar-benar memperhatikan setiap
uraian yang menonjol dalam cerita. 2.
Penafsiran terhadap tema sebaiknya tidak bertentangan dengan setiap uraian cerita.
3. Penafsiran tema sebaiknya tidak tergantung pada keterangan yang benar-benar
ada atau tersirat dalam cerita. 4.
Penafsiran tema harus didasarkan secara langsung pada cerita.
2.2.1.2.5 Amanat