kelas. Siswa sudah cukup baik untuk menggunakan media boneka Upin dan Ipin dalam menceritakan kembali tetapi masih ada beberapa siswa yang menggunakan
media diposisikan di depan mulut sehingga pendengar tidak memahami apa yang diceritakan. Siswa dengan tekun mengikuti langkah-langkah menceritakan
kembali yang dipandu oleh guru, walaupun kadang-kadang ada beberapa siswa yang masih kurang sabar untuk menyelesaikan cerita.
Kepercayaan diri siswa dalam menceritakan kembali dapat dilihat dari dokumentasi berikut ini
Gambar 20 Kepercayaan Diri Siswa Menceritakan Kembali Di depan Kelas Siklus II
4.1.2.4 Refleksi Siklus II
Pembelajaran menceritakan kembali cerita anak melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin yang dilakukan pada siklus II
dapat diikuti siswa dengan baik, siswa sangat antusias dan serius ketika guru melakukan apersepsi dan menjelaskan materi. Siswa sudah lebih aktif dalam kelas.
Siswa sudah lebih kondusif dalam menceritakan kembali cerita anak dengan memperhatikan hal-hal yang harus diperhatikan ketika menceritakan kembali.
Siswa memperoleh kemudahan dalam memperagakan, mengekspresikan karakter tokoh, dan menyajikan cerita menjadi lebih menarik.
Berdasarkan hasil tes menceritakan kembali melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin pada siklus II telah mencapai batas nilai
ketuntasan, yaitu skor rata-rata siswa 79,11 dan masuk kategori baik. Pada siklus II ini, 11 siswa mendapat nilai sangat baik, 20 mendapat nilai baik, dan sisanya yaitu
3 siswa mendapat nilai cukup. Hasil belajar siswa siklus II menunjukkan bahwa siswa sudah bisa memilih diksi dan gaya bahasa yang baik dalam ceritanya, kata-
kata yang dipilih pun terasa sudah tidak kaku dan sudah semakin baik, siswa juga dapat menyajikan cerita lebih menarik.
Peningkatan nilai pada siklus II ini juga diiringi dengan perubahan perilaku siswa dari negatif ke arah positif. Dari hasil observasi, dapat diketahui
bahwa pada siklus II siswa lebih antusias dalam pembelajaran menceritakan kembali cerita anak dan keadaan kelas lebih kondusif. Dari hasil jurnal siswa juga
dapat diketahui siswa merasa senang dan lebih mudah menceritakan kemali cerita anak. Pada saat wawancara, siswa juga menyatakan hal serupa. Siswa memahami
penjelasan yang diberikan oleh guru dan merasa senang dengan pembelajaran menceritakan kembali cerita anak melalui teknik demonstrasi dengan media
boneka Upin dan Ipin. Hasil dokumentasi juga menunjukan perubahan perilaku siswa ke arah positif. Siswa terlihat memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh
guru dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Secara keseluruhan banyak keberhasilan yang dicapai pada siklus II,
diantaranya: 1 siswa lebih semangat belajar dan merespon baik penjelasan guru.
Hal tersebut ditunjukkan dengan keaktifan siswa dalam kegiatan tanya jawab selama proses pembelajaran, keseriusan siswa saat diskusi kelompok, 2 suasana
kelas menjadi lebih kondisif dan tertib setelah dilakukan pembelajaran menceritakan kembali cerita anak melalui teknik demosntrasi dengan media
boneka Upin dan Ipin, 3 guru lebih mudah memonitor dan membimbing kegiatan menceritakan kembali cerita anak. Kelemahan yang muncul pada siklus II hanya
terdapat pada beberapa siswa yang pada dasarnya tidak suka menceritakan kembali di depan kelas, tetapi dengan motivasi yang diberikan oleh guru, siswa tersebut
tetap bisa menceritakan kembali cerita anak melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin.
Dengan memperhatikan hasil yang dicapai siswa dan perubahan perilaku siswa yang mengalami peningkatan, serta tidak ditemukan kekurangan-kekurangan
pada siklus II ini, maka peneliti merasa cukup puas dengan dua siklus dan tidak perlu mengadakan pengulangan tindakan pada pembelajaran di siklus berikutnya.
4.2 Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan pada hasil tindakan siklus I dan siklus II. Setiap siklus melalui beberapa tahap, yaitu perencanaan, tindakan,
pengamatan observasi, dan refleksi. Pada siklus II, tahap-tahap tersebut dilaksanakan dengan perbaikan dari pembelajaran siklus I.