penyangga. Penelitian dilaksanakan dalam tujuh kali pertemuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3.6.3.1 Kelas Eksperimen
Pada penelitian ini, sebagai kelas eksperimen adalah kelas XI IA 1. Pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan metode eksperimen
berpendekatan inkuiri. Pembelajaran dilaksanakan dalam tujuh kali pertemuan. Rincian kegiatan pembelajaran kelas eksperimen disajikan pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Kegiatan Pembelajaran Kelas Eksperimen pertemuan
Jam pelajaran Kegiatan pembelajaran 1
2 Pretes dan pengerjaan soal tes orientasi inkuiri
2 2
Penjelasan langkah-langkah inkuiri dan perumusan hipotesis diskusi dan kekritisan
dalam memecahkan masalah di LKS 3
2 Pembuatan rancangan eksperimen sesuai
hipotesis diskusi 4
2 Praktikum pengaruh penambahan sedikit asam,
basa, dan pengenceran pada larutan penyangga diskusi
5 2
Penemuan konsep larutan penyangga sesuai hasil praktikum diskusi dan keaktifan menjawab soal
6 2
Peranan larutan penyangga diskusi dan keaktifan dalam berpendapat
7 2
Postes,pengisian angket sikap ilmiah, dan angket tanggapan siswa.
Pertemuan pertama pada kelas eksperimen dilakukan kegiatan pengerjaan soal pretes pemahaman konsep selama 60 menit. Setelah itu dilakukan kegiatan
pengerjaan soal tes orientasi inkuiri, soal ini mengungkap pengetahuan awal siswa mengenai konsep-konsep dan langkah-langkah inkuiri yang dimiliki siswa. Hasil
analisis soal orientasi inkuiri terangkum pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Hasil Analisis Soal Orientasi Inkuiri No Konsep dan langkah-langkah inkuiri
Persentase penguasaan awal siswa
1. Definisi masalah
47,37 2.
Definisi dan langkah penyusunan hipotesis
68,42 3.
Definisi variabel 44,74
4. Langkah merancang eksperimen
76,32 5.
Cara pembuatan kesimpulan 55,26
6. Tujuan praktikum berbasis inkuiri
36,84 Berdasarkan Tabel 3.5 diketahui sebanyak 47,37 siswa memiliki
pengetahuan awal mengenai definisi masalah yang harus dipecahkan sebagai langkah awal kegiatan inkuiri, sebanyak 68,42 siswa mengetahui pengertian
hipotesis dan cara pembuatannya, sebanyak 44,74 siswa mengetahui variabel sebagai acuan untuk pembuatan rancangan eksperimen, sebanyak 76,32 siswa
mengetahui langkah merancang eksperimen, 55,26 siswa mengetahui cara membuat kesimpulan yang benar, dan hanya 36,84 siswa mengetahui tujuan
praktikum inkuiri dimana praktikum bertujuan untuk menemukan teori bukan untuk membuktikan teori. Hasil tes orientasi inkuiri siswa menjadi acuan guru
untuk menentukan lamanya pembelajaran dan menentukan bagian pembelajaran inkuiri yang harus lebih ditekankan pada siswa.
Pertemuan kedua dilakukan kegiatan penjelasan langkah inkuiri yang dibantu dengan LKS inkuiri. LKS inkuiri berisi langkah inkuiri penuntun siswa.
Sebelum memulai pembelajaran menggunakan metode eksperimen berpendekatan inkuiri, penting bagi siswa untuk terlebih dahulu mengetahui pengertian metode
eksperimen dan langkah-langkah inkuiri. Siswa secara berkelompok melakukan diskusi membuat hipotesis berdasarkan masalah yang disajikan dalam LKS.
Pembuatan hipotesis dilakukan secara individu dengan mencantumkan sumber
informasi dalam pembuatan hipotesis. Kendala yang dihadapi adalah banyak siswa yang tidak tertarik dengan pembuatan hipotesis karena menurut mereka hal
itu tidak penting, menuntuk banyak berpikir, sebagian siswa berpendapat lebih baik membahas materi pelajaran secara langsung seperti yang biasa dilakukan
guru mitra. Kendala tersebut di atasi dengan pemberian informasi mengenai manfaat eksperimen berbasis inkuiri terhadap ilmu sains khususnya kimia. Setelah
mendengar penjelasan akhirnya siswa mengerti dan mau membuat hipotesis. Banyak pertanyaan yang diajukan siswa karena metode ini baru bagi siswa, tapi
dari sinilah rasa ingin tahu dan sikap berpikir kritis siswa mulai tertanam. RPP kelas eksperimen pertemuan kedua dapat dilihat pada Lampiran 2.
Pertemuan ketiga dilakukan perancangan eksperimen dengan langkah- langkah menentukan alat, bahan, dan cara kerja sesuai hipotesis yang dibuat
siswa. Kemudian dilakukan diskusi perwakilan kelompok mengenai rancangan eksperimen. Kendala yang dihadapi adalah ada satu kelompok yang tidak mau
membuat rancangan eksperimen karena malas, hal ini diatasi dengan menyuruh kelompok lain untuk maju presentasi terlebih dahulu kemudian mewajibkan
kelompok tersebut menyimak hasil rancangan temannya barulah akhirnya kelompok tersebut bisa belajar dari temannya dan harus maju untuk presentasi.
Kendala lain yang dihadapi adalah presentasi berjalan dengan sangat monoton, tidak ada satupun siswa yang mau bertanya, hal ini diatasi dengan pemberian
pertanyaan oleh guru tetapi meminta siswa dari kelompok lain yang menanyakan kepada kelompok yang presentasi, akhirnya tanya jawab dan keaktifan dalam
diskusi kelompok dapat terbentuk. RPP kelas eksperimen pertemuan ketiga dapat diihat pada Lampiran 3.
Pertemuan keempat dilakukan praktikum mengenai pengaruh penambahan sedikit asam, basa, dan pengenceran pada larutan penyangga. Cara kerja yang
dilakukan berasal dari hasil diskusi kelompok yang sudah di benarkan oleh guru. Masing-masing kelompok melakukan praktikum yang berbeda. Setelah kegiatan
praktikum selesai, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil praktikum dan kesimpulan sementara. Praktikum hampir berjalan lancar namun ada sedikit
kendala karena siswa banyak yang melakukan foto-foto di laboratorium sehingga mengganggu jalannya praktikum. Hal ini diatasi dengan pemberian nasihat kepada
siswa bahwa hal itu berbahaya, serta dengan adanya penilaian sikap ilmiah oleh para observer membuat siswa sadar dengan sendirinya karena sikap mereka
dinilai. RPP kelas eksperimen pertemuan keempat dapat dilihat pada Lampiran 4. Pertemuan kelima dilakukan kegiatan presentasi perwakilan kelompok
mengenai hasil praktikum dan penemuan konsep larutan penyangga. Dari hasil praktikum, siswa sendiri yang menemukan konsep larutan penyangga, konsep
tersebut mengenai pengertian larutan penyangga, perbedaan larutan penyangga dengan bukan larutan penyangga, komponen larutan penyangga, cara pembuatan
larutan penyangga, dan pengaruh penambahan asam, basa, pengenceran pada pH larutan penyangga. Guru menambahkan penjelasan mengenai perhitungan larutan
penyangga yang masih sulit ditemukan sendiri oleh siswa dari hasil praktikum, siswa juga merasa kesulitan dalam melakukan perhitungan pH larutan penyangga.
Akhirnya dengan pemberian latihan soal oleh guru, siswa dapat memahami
perhitungan pH larutan penyangga dan meningkatkan sikap berpikir kritis siswa. RPP kelas eksperimen pertemuan kelima dapat dilihat pada Lampiran 5.
Pertemuan keenam dilakukan kegiatan diskusi mengenai peranan larutan penyangga. Hal ini bersifat kontekstual yang mengaitkan materi pelajaran ke
dalam kehidupan siswa sehari-hari. Tiap kelompok melakukan presentasi hasil kelompoknya masing-masing. Siswa semakin tertarik dengan larutan penyangga
karena mereka tahu peranannya dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya sekedar tahu penggunaan rumus-rumus dalam pengerjaan soal. RPP kelas eksperimen
pertemuan keenam dapat dilihat pada Lampiran 6. Pertemuan ketujuh dilakukan pengerjaan soal postes selama 60 menit,
kemudian pengisian angket sikap ilmiah siswa. Sebelum pengerjaan postes guru menekankan bahwa sikap kejujuran akan lebih dihargai daripada mencontek. Cara
mengatasi siswa agar tidak mencontek, bagi yang mencontek maka nilai akan dikurangi 1 poin. Setelah pengerjaan postes selesai, angket sikap ilmiah dibagikan
kepada siswa dan diisi oleh siswa dikelas, sedangkan angket tanggapan siswa mengenai penerapan metode eksperimen berpendekatan inkuiri diisi siswa
dirumah dan dikumpulkan sehari sesudahnya. Pada penelitian ini, waktu 10 menit selalu digunakan guru untuk
menjelaskan pentingnya sikap ilmiah khususnya untuk calon saintis yaitu para siswa. Dalam kegiatan ini semua siswa selalu menyimak dan mendengarkan
dengan baik, terlihat motivasi yang besar mulai tertanam di siswa. Sikap ilmiah yang meliputi sikap jujur, terbuka, tanggung jawab, obyektif, bekerja sama,
berpikir kritis, rasa ingin tahu, disiplin, dan peduli lingkungan ditanamkan kepada siswa pada setiap kegiatan pembelajaran.
3.6.3.2 Kelas Kontrol