Pembahasan peningkatan Sikap Ilmiah Siswa

4.2.2 Pembahasan peningkatan Sikap Ilmiah Siswa

Sikap ilmiah yang diamati meliputi 9 aspek yaitu sikap jujur, terbuka, tanggung jawab, obyektif, kerja sama, berpikir kritis, rasa ingin tahu, disiplin, dan peduli lingkungan. Penilaian sikap ilmiah dilakukan menggunakan lembar pengamatan dan angket. Pada tiap pertemuan sikap ilmiah siswa selalu diamati oleh peneliti dan observer melalui lembar pengamatan, kemudian skor akhir sikap ilmiah didapat dari rerata sikap ilimiah siswa pada tiap pertemuan. Angket sikap ilmiah juga dibagikan kepada siswa untuk melihat sikap ilmiah siswa menurut individu siswa masing-masing. Angket sikap ilmiah berupa angket sikap ilmiah kegiatan praktikum dan kegiatan pembelajaran di kelas. Berdasarkan hasil penelitian data sikap ilmiah dari lembar pengamatan pada Tabel 4.7 ditemukan hasil bahwa rerata peningkatan sikap ilmiah kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Rerata N-gain kelas eksperimen sebesar 0,70 berada pada kategori tinggi, sedangkan rerata N-gain kelas kontrol sebesar 0,48 berada pada kategori sedang. Peningkatan tersebut signifikan berdasarkan uji t paired diperoleh harga t hitung sebesar 18,08 pada taraf kepercayaan 95 dengan derajat kebebasan 37 berada pada daerah penolakan H dengan t tabel sebesar 2,03. Peningkatan sikap ilmiah setelah penerapan metode eksperimen berpendekatan inkuiri ini sesuai dengan pendapat Roestiyah 2008: 77, pendekatan inkuiri dapat menumbuhkan sikap obyektif, jujur, rasa ingin tahu, dan terbuka. Bilgin 2009 menyatakan guided inquiry sebagai pendekatan yang berpusat pada siswa, berpengaruh positif terhadap keberhasilan akademik siswa dan mengembangkan keterampilan proses ilmiah serta sikap ilmiah. Berdasarkan hasil temuan peningkatan sikap ilmiah kelas eksperimen pada Gambar 4.5, sikap rasa ingin tahu g= 0,25 memiliki harga N-gain terendah berarti sikap ini sulit terkembangkan. Hal ini dapat terjadi karena kebiasaan lama siswa yang selalu diberi materi oleh guru melalui ceramah sehingga siswa cenderung pasif. Sikap terbuka g= 0,62 dan berpikir kritis g= 0,65 yang berada pada peningkatan kategori sedang berarti sikap ini bisa terkembangkan dengan baik jika guru terus menerus menanamkan sikap terbuka melalui diskusi kelompok dan sikap berpikir kritis melalui pemecahan masalah. Sikap peduli lingkungan g= 0,70, sikap jujur g= 0,71, bekerja sama g= 0,74, obyektif g= 0,87, tanggung jawab g= 0,87, dan disiplin g= 0,93 memiliki peningkatan pada kategori tinggi berarti sikap ini mudah terkembangkan. Berdasarkan hasil temuan peningkatan sikap ilmiah kelas kontrol pada Gambar 4.6, sikap rasa ingin tahu g= 0,05 juga memilki harga N-gain terendah berarti sikap ini sulit terkembangkan. Sudarmin 2012: 131 menyatakan harga N-gain terendah bermakna sulit terkembangkan dan harga N-gain tertinggi yang berarti mudah terkembangkan. Sikap peduli lingkungan g= 0,21 memiliki harga N-gain kategori rendah berarti juga sulit terkembangkan dengan metode pembelajaran ceramah dan eksperimen verifikatif. Sikap tanggung jawab g= 0,34, berpikir kritis g= 0,35, terbuka g= 0,63, obyektif g= 0,63, dan jujur g= 0,64 memiliki harga N-gain kategori sedang berarti sikap ini dapat dikembangkan. Sikap terbuka dan berpikir kritis, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol memiliki harga N-gain kategori sedang berarti sikap ini dapat terkembangkan dengan baik jika guru secara terus menerus menanamkan sikap tersebut dalam setiap proses pembalajaran melalui diskusi kelompok dan soal-soal pemecahan masalah. Sikap disiplin g= 0,70 dan sikap bekerja sama g= 0,73 berada pada peningkatan N-gain kategori tinggi berarti sikap ini mudah terkembangkan. Berdasarkan hasil temuan Gambar 4.5 dan 4.6, dapat disimpulkan bahwa sikap ilmiah yang sulit terkembangkan adalah sikap rasa ingin tahu. Sedangkan sikap ilmiah yang mudah terkembangkan adalah sikap bekerja sama dan disiplin. Hal ini dikarenakan baik pada kelas kontrol maupun eksperimen sikap rasa ingin tahu berada pada peningkatan harga N-gain terendah dan sikap bekerja sama dan disiplin berada pada penungkatan N-gain kategori tinggi. Peningkatan sikap jujur pada kelas eksperimen sebesar 0,72 lebih tinggi daripada pada kelas kontrol sebesar 0,64. Kelas eksperimen menggunakan metode eskperimen berpendekatan inkuiri, metode ini merupakan metode yang digunakan ilmuwan sains dalam menemukan ilmu pengetahuan. Karena dengan metode ini siswa dibiasakan memecahkan masalah dan merancang praktikum dengan pemikirannya sendiri sehingga kejujuran dalam mengungkapkan hasil praktikum akan lebih besar dibanding siswa pada kelas kontrol yang melakukan praktikum tidak dengan idenya sendiri. Peningkatan sikap terbuka pada kelas eksperimen sebesar 0,62, lebih kecil dibandingkan peningkatan sikap terbuka pada kelas kontrol sebesar 0,63. Hal ini dikarenakan walaupun kelas eksperimen proses pembelajaran menggunakan metode eksperimen berpendekatan inkuiri dan pada kelas kontrol menggunakan metode eksperimen tanpa inkuiri, namum kedua kelas di lakukan kegiatan diskusi kelompok. Kegiatan diskusi kelompok yang dilengkapi dengan presentasi hasil diskusi akan membuat sikap terbuka dalam menerima pendapat di kedua kelas meningkat dan bahkan kelas kontrol yang memiliki peningkatan sedikit lebih besar daripada kelas eksperimen. Peningkatan sikap tanggung jawab pada kelas eksperimen sebesar 0,87, lebih tinggi dibandingkan peningkatan pada kelas kontrol sebesar 0,34. Hal ini dikarenakan pada penerapan metode eksperimen berpendekatan inkuri pada kelas eksperimen, siswa dibiasakan diberi tugas yang menantang berupa pemecahan masalah. Siswa bekerja dalam kelompok yang selalu aktif untuk menemukan sendiri konsep pelajaran, siswa juga diberi kebebasan untuk berinisiatif. Pada kelas kontrol tugas yang diberikan tidak menantang karena buka berupa pemecahan masalah, selain itu siswa tidak diberi kebebasan berinisiatif, siswa bersifat pasif, sehingga rasa tanggung jawab sulit tertanam. Peningkatan sikap obyektif pada kelas eksperimen sebesar 0,87, lebih tinggi dibandingkan peningkatan pada kelas kontrol sebesar 0,62. Pada kelas eksperimen siswa merancang praktikum sendiri sesuai hipotesis pemecahan masalah yang diajukan sendiri. Tujuan praktikum untuk menemukan konsep bukan untuk membuktikan konsep, sehingga siswa kelas eksperimen lebih bersifat obyektif dalam melaporkan hasil praktikum. Peningkatan sikap bekerja sama pada kelas eksperimen sebesar 0,74, lebih tinggi sedikit dibandingkan peningkatan pada kelas kontrol sebesar 0,73. Pada kedua kelas, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol dilakukan kegiatan diskusi kelompkok. Kegiatan diskusi kelompok akan membiasakan sikap saling bekerja sama pada diri siswa. Karena diskusi kelompok yang dilakkukan pada kelas eksperimen adalah pada setiap proses pembelajaran untuk bersama-sama memecahkan masalah dan menemukan konsep maka peningkatan sikap bekerja sama kelas eksperimen sedikit lebih tinggi daripada peningkatan pada kelas kontrol. Peningkatan sikap berpikir kritis kelas eksperimen sebesar 0,65, lebih tinggi daripada peningkatan pada kelas kontrol sebesar 0,35. Penerapan metode eksperimen berpendekatan inkuiri pada kelas eksperimen membiasakan siswa untuk berpikir kritis dalam membuat hipotesis dalam memecahkan masalah, merancang kegiatan praktikum, menemukan konsep, dan menghubungkan konsep dengan kehidupan sehari-hari. Setiap proses pembelajaran siswa selalu dituntut untuk aktif berpikir, hal ini berbeda pada kelas kontrol yang siswanya bersifat pasif, sehingga peningkatan sikap berpikir kritis akan lebih tinggi. Peningkatan rasa ingin tahu kelas eksperimen sebesar 0,25, lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang sebesar 0,05. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Ermadianti dkk 2012 yang juga menyatakan terjadi peningkatan sikap rasa ingin tahu setelah penerapan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing. Meningkatnya keingin tahuan ini disebabkan karena strategi pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki kelebihan dalam penyajian masalah yang terdapat LKS, dengan adanya penyajian masalah tersebut akan memancing rasa ingin tahu siswa sehingga siswa termotivasi untuk terus belajar dan ingin terus menemukan jawaban dari pertanyaan atau rasa keingintahuannya. Peningkatan sikap disiplin kelas eksperimen sebesar 0,93, lebih tinggi daripada peningkatan pada kelas kontrol sebesar 0,70. Siswa pada kelas eksperimen dibiasakan aktif memecahkan masalah secara terstruktut dan sistematis, sehingga sikap kedisiplinan akan mudah tertanam. Peningkatan sikap peduli lingkungan kelas eksperimen sebesar 0,70, lebih tinggi dibandingkan peningkatan kelas kontrol sebesar 0,21. Hal ini disebabkan siswa yang dibelajarkan dengan metode eksperimen berpendekatan inkuiri pada kelas eksperimen dibiasakan menghubungkan konsep dengan kehidupan sehari- hari, sehingga mereka mengetahui hubungan konsep larutan penyangga dengan lingkungan. Pengetahuan akan lingkungan ini menanamkan sikap peduli lingkungan pada siswa kelas eksperimen. Hasil analisis deskriptif sikap ilmiah melalui angket sikap ilmiah kegiatan praktikum dan kegiatan pembelajaran dikelas mengungkapkan temuan hasil penelitian bahwa kelas ekperimen dengan penerapan metode eksperimen berpendekatan inkuiri menanamkan sikap ilmiah dalam kategori lebih tinggi daripada kelas kontrol dengan penerapan metode eksperimen verifikatif. Berdasarkan hasil penelitian sikap ilmiah secara stastistika dan deskriptif, maka didapatkan temuan hasil penelitian penerapan metode eksperimen berpendekatan inkuiri dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa. Hasil penelitian ini juga diungkapkan oleh hasil penelitian Ergul et al. 2011 yang menemukan bahwa pembelajaran berbasis inkuiri telah signifkan meningkatkan sikap ilmiah siswa di Turki. Penelitian Hermawanti 2012, juga menemukan bahwa terjadi perbedaan sikap ilmiah siswa antara siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung karena model pembelajaran inkuiri meningkatkan minat belajar siswa yang terekspresi melalui sikap ilmiah. Penelitian Jannah dkk 2012 juga mendapatkan hasil praktikum inkuiri terbimbing meningkatkan nilai karakter sikap ilmiah siswa.

4.2.3 Tanggapan Siswa