Latar Belakang Masalah PENERAPAN METODE EKSPERIMEN BERPENDEKATAN INKUIRI PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN SIKAP ILMIAH SISWA

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ilmu kimia merupakan salah satu cabang sains. Sains merupakan mata pelajaran yang diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Salah satu fungsi dan tujuan dari mata pelajaran sains adalah siswa dapat memperoleh pengalaman dalam penerapan metode ilmiah melalui eksperimen sehingga terlatih untuk bersikap ilmiah Istikomah dkk, 2010: 40. Sikap ilmiah sangat penting bagi siswa karena dapat meningkatkan daya kritis siswa terhadap fenomena alam yang dihadapi. Siswa senantiasa dihadapkan pada fenomena alam dan dalam menyikapi permasalahan tersebut tidak hanya mengandalkan pengetahuan teoritis saja tetapi harus disertai dengan sikap ilmiah yang menjadi tolok ukur tingkat pemahaman yang dimiliki siswa Wahyudiati, 2010: 363. Sikap ilmiah sangat bermakna dalam interaksi sosial, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Apabila sikap ilmiah telah terbentuk dalam diri siswa maka akan terwujudlah suri tauladan yang baik bagi siswa, baik dalam anakan penyelidikan atau berinteraksi dengan masyarakatmelaks Sardinah dkk, 2012: 73. Pada kenyataannya dalam proses pembelajaran, sikap ilmiah tersebut belum dibekalkan oleh guru. Pembelajaran kimia di sekolah masih cenderung teoritik dan mengesampingkan praktik, sehingga tidak memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Hasil wawancara dengan guru bidang studi kimia, Ibu Minang selaku guru kimia di SMAN 7 Semarang, kegiatan pembelajaran kimia khususnya pada pokok bahasan larutan penyangga dengan indikator menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga melalui percobaan hanya dilakukan melalui pemberian teori kepada siswa tanpa adanya kegiatan praktikum. Pada pokok bahasan lain, kegiatan praktikum dilakukan tetapi bersifat verifikatif, hanya membuktikan konsep atau prinsip yang telah dibahas sebelumnya. Rancangan pembelajaran yang disajikan melalui ceramah lebih bersifat pada menghafal dan menerima. Pengetahuan dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa, sehingga guru menfokuskan diri pada upaya penuangan pengetahuan ke dalam kepala siswa. Sesuai dengan yang disampaikan Sadia Hermawati, 2012: 5 yang mengatakan dengan kegiatan pembelajaran melalui ceramah berarti guru tidak pernah mengupayakan membelajarkan bagaimana siswa belajar untuk bisa membangun makna dalam dirinya. Semestinya pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dewasa ini sudah mengalami pergeseran menuju pembelajaran yang berpusat pada siswa student centered. Pembelajaran dirancang dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki siswa, dengan harapan dapat membantu siswa mengkonstruk pikirannya dan menjadikan pebelajar aktif. Nilai UAS semester gasal kelas XI SMAN 7 Semarang menunjukkan pemahaman konsep siswa yang rendah dengan rata-rata yaitu 67,83 dan persentase ketuntasan masih kurang dari 75. Hal ini disebabkan pemahaman konsep yang dimiliki siswa berasal dari hafalan. Belajar hafalan akan mudah lupa sedangkan belajar bermakna akan lama tersimpan dalam memori otak. Belajar bermakna terjadi bila siswa menemukan sendiri pengetahuan. Belajar lebih dari proses menghafal dan menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan siswa yang diperoleh bermakna untuk siswa melalui keterampilan berpikir Sanjaya, 2011: 195. Diperlukan tindak lanjut yang serius dari guru agar tujuan pembelajaran kimia dapat tercapai secara optimal sehingga pemahaman konsep dan sikap ilmiah siswa dapat meningkat. Salah satu upaya tersebut adalah dengan penerapan metode eksperimen berpendekatan inkuiri yang dapat meningkatkan unjuk kerja, keterampilan proses dan sikap ilmiah siswa Rustaman dkk, 2005: 109. Pendekatan inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan self consept pada diri siswa sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik, membantu siswa dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru, dan mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif, jujur, dan terbuka Roestiyah, 2008: 77. Menurut Hermawati 2012: 6, pembelajaran yang mengutamakan keterlibatan siswa dalam membangun pengetahuannya dapat dilaksanakan dengan mengikuti model pembelajaran inkuiri. Belajar secara inkuiri memanfaatkan keingintahuannya untuk mendapatkan suatu jawaban dari pertanyaan atau masalah yang dimilkinya. Pertanyaan atau masalah dapat memotivasi siswa untuk mencari tahu jawabannya melalui perencanaan dan pelaksanaan penyelidikan. Proses pembelajaran seperti ini akan melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya. Dengan demikian proses penyelidikan yang dilakukan siswa dalam pembelajaran akan memberikan pemahaman yang lebih baik dan menjadi bermakna. Hal ini didukung oleh penelitian Lawson 2000 bahwa pembelajaran pada sekolah menengah dengan kurikulum berbasis inkuiri dapat mengembangkan berpikir kritis dan penguasan konsep. Keyakinan akan keunggulan inkuiri didukung oleh pernyataan Bruner Hermawati, 2012 yang menyatakan keuntungan mengajar dengan inkuiri adalah: 1 siswa akan memahami konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik; 2 membantu siswa dalam menggunakan daya ingat dan transfer pada situasi proses belajar baru; 3 mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri; dan 4 mendorong siswa berpikir inisiatif dan merumuskan hipotesanya sendiri. Selain itu, pembelajaran menjadi student centered, membentuk dan mengembangkan konsep diri, dapat mengembangkan bakat kemampuan individu, dapat menghindari cara belajar menghafal dan menerima informasi serta memberikan waktu bagi siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. Demikian juga yang dikemukakan Kholifudin 2012 bahwa peran pendekatan inkuiri terbimbing melalui metode eksperimen selama proses pembelajaran memberi keleluasaan pada siswa untuk melakukan percobaan sendiri dengan bimbingan guru sehingga siswa mempunyai keinginan yang lebih besar untuk mengikuti pembelajaran, lebih memahami konsep, serta menggerakkan ide siswa. Didukung pula oleh hasil penelitian Gautreau Binns 2012, bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dengan pembelajaran berbasis inkuiri. Ergul et al. 2011 juga memperoloh hasil temuan bahwa pembelajaran berbasis inkuiri telah signifikan meningkatkan sikap ilmiah siswa di Turki. Pendekatan inkuiri terbimbing melalui metode eksperimen selama proses pembelajaran memberi keleluasaan pada siswa untuk melakukan percobaan sendiri dengan bimbingan guru sehingga siswa mempunyai keinginan yang lebih besar untuk mengikuti pembelajaran, lebih memahami konsep, menggerakkan ide siswa, dan meningkatkan nilai karakter sikap ilmiah siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian Khan Zafar 2011 dan Jannah dkk 2012. Metode eksperimen berpendekatan inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa student centered sehingga membuat siswa menemukan sendiri suatu konsep melalui data hasil eksperimen dan meningkatkan kemampuan berpikir jangka panjang. Siswa melakukan suatu percobaan yang dirancang sendiri dengan bimbingan guru untuk menguji suatu hipotesis yang merupakan prediksi siswa dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru. Hal ini berbeda dengan metode eksperimen verifikatif yang berpusat pada guru teacher centered dan membuat siswa tidak dapat mengembangkan kreasi, inovasi, dan sikap ilmiah yang dimilikinya, karena teori yang diperoleh bukan hasil dari penemuan oleh siswa sendiri melainkan pemberian ceramah dari guru sehingga pemahaman konsep siswa cenderung kurang. Akan dilakukan penelitian dengan judul “Penerapan Metode Eksperimen Berpendekatan Inkuiri pada Materi Larutan Penyangga untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Sikap Ilmiah Siswa.

1.2 Rumusan Masalah