Kesejahteraan Pemulung Menurut Pandangan Subjektif

n. Kepemilikan tabungan Sebagian besar pemulung tidak memiliki tabungan yaitu sebesar 65,2 persen. Alasannya adalah karena keuangan mereka sangat terbatas. Penghasilan yang didapat pada suatu hari akan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan belanja esok harinya atau melunasi hutang sebelumnya. Adapun responden yang memiliki tabungan sebanyak 34,8 persen. Alasan mereka menabung adalah mereka memiliki selisih antara penerimaan yang mereka dapatkan dengan pengeluaran. Biasanya sebagian dari uang tabungan ini ada yang dikirim ke daerah asalnya, namun lebih banyak yang mempergunakan tabungan ini untuk membayar cicilan kredit seperti televisi, motor, baju, dan bisa pula untuk membayar utang kepada tetangganya. Namun tabungan pemulung bukanlah tabungan yang melalui bank, melainkan hanya sebagai simpanan di bedeng. Berdasarkan pemaparan tersebut, kesejahteraan seluruh keluarga pemulung menurut indikator BKKBN termasuk keluarga prasejahtera karena masih terdapat beberapa kriteria indikator kesejahteraan keluarga prasejahtera yang belum terpenuhi, diantaranya dilihat dari variasi berpakaian untuk kegiatan yang berbeda ketika bekerja dan di rumah tidak dimiliki oleh 8,7 persen keluarga dan bagian terluas dari lantai adalah tanah sebanyak 100 persen. Walaupun demikian, seluruh keluarga pemulung ternyata telah mampu memenuhi salah satu kriteria dari keluarga sejahtera 2, yaitu seluruh anggota keluarga pemulung telah menggunakan jasa dokter atau unit kesehatan resmi untuk berobat. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran 8.

9.6. Kesejahteraan Pemulung Menurut Pandangan Subjektif

Hasil wawancara dengan para pemulung mengenai pandangan pemulung terhadap keadaan kesejahteraan dirinya dan keluarganya menunjukkan pandangan yang bervariasi dengan alasan-alasan yang beragam. Pandangan-pandangan tersebut tampak tidak terlepas dari sosial ekonomi dan psikologi masing-masing pemulung. Sebagai gambaran, dilihat dari segi kehidupan sosialnya, banyak pemulung yang merasa minder dengan masyarakat sekitar yang memandang sebelah mata kepada mereka. Pemulung merasa kehadirannya tidak diterima begitu baik oleh warga masyarakat sehingga pemulung menganggap dirinya bukanlah bagian dari masyarakat sekitar. Bila dilihat dari sisi ekonominya, pemulung merasa penghasilan yang diterima hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan esok hari. Oleh karena itu hanya sejumlah kecil pemulung yang menyisihkan uangnya untuk ditabung. Dari sisi psikologis, khususnya motivasi pemulung dalam bekerja, hampir keseluruhan responden bekerja dengan motivasi mmenuhi kebutuhan primer. Padahal, bila seseorang bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan primernya, maka etos kerja termasuk rendah. Bedasarkan gambaran mengenai pemulung yang telah dikemukakan, maka secara khusus pandangan- pandangan yang terungkap dalam penelitian ini dikelompokkan dalam kategori pandangan pemulung, yaitu: 1 pemulung yang merasa belum sejahtera dengan keadaannya sekarang. Menurut 73,9 responden, pada umumnya mereka merasa masih jauh dari sejahtera. Alasan yang mereka paparkan antara lain: belum merasa cukup dengan penghasilan yang didapatkan, masih memiliki banyak hutang, masih banyak keinginan yang belum tercapai, belum mempunyai rumah tetap, pangan tidak mencukupi, dan belum memiliki pekerjaan yang tetap Tabel 58. Bila ditelusuri dan dikaitkan dengan bahasan indikator-indikator kesejahteraan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka keluarga yang merasa belum sejahtera ini rata-rata perbandingan pemasukan penghasilan total keluarga pemulung dengan pengeluaran untuk pangan sebesar 58,2 persen, kepemilikan televisi dan vcd hanya dimiliki oleh 47,1 persen dan 29,4 persen responden ada 1 responden yang menyatakan belum sejahtera namun ia sudah mampu kredit motor. Sebagian besar keluarga pemulung tidak sehat 88,2 , 2 pemulung yang sudah merasa sejahtera dengan keadaannya sekarang. Sebanyak 26,1 persen responden menganggap bahwa diri mereka sudah cukup sejahtera. Alasannya karena merasa bahwa banyak kebutuhan atau keinginan yang sudah terpenuhi dan terpenuhinya kebutuhan makan sekeluarga. Tabel berikut ini adalah alasan sejahteranya pemulung atau tidak menurut subjektif responden Tabel 59. Tabel 59 Alasan Pemulung Sudah Merasa Sejahtera, 2005 Alasan Pemulung Merasa Sejahtera Persen Banyak keinginan telah tercapai 14,28 Mempunyai pekerjaan yang mampu menghasilkan 14,28 Merasa berkecukupan 42,88 Penghasilan dirasa cukup untuk makan 14,28 Segala kebutuhan telah tercukupi 14,28 Total 100 Tabel 58 Alasan Pemulung Belum Merasa Sejahtera, Juli 2005 Alasan Pemulung Belum Merasa Sejahtera Persen Banyak utang 16,66 Belum jelas hidupnya 4,17 Belum mempunyai rumah sendiri 25 Belum merasa hidup enak 4,17 Belum punya pekerjaan tetap 16,66 Belum punya peralatan RT yang bagus-bagus 4,17 Kalau tidak kerja maka besok tidak bisa makan 4,17 Pas – pasan 8,34 Penghasilan ini sangat tidak mencukupi 16,66 Total 100 Bila ditelusuri dan dikaitkan dengan bahasan indikator-indikator kesejahteraan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka keluarga pemulung yang merasa sudah sejahtera ini rata-rata perbandingan pemasukan penghasilan total keluarga pemulung dengan pengeluaran untuk pangan sebesar 55,1 persen tidak jauh beda dengan responden yang merasa belum sejahtera, namun besar perbandingan relatif lebih rendah, kepemilikan televisi dan vcd dimiliki oleh 83,3 persen dan 66,7 persen responden, dan keluarga pemulung yang sehat sebanyak 33,3 persen, atau tidak sehat sebanyak 66,7 persen kesehatan pemulung yang merasa sudah sejahtera ternyata masih banyak yang rendah, namun dari segi jumlah, lebih banyak pemulung merasa sejahtera yang sehat dibandingkan dengan pemulung merasa belum sejahtera. 9.7.Ikhtisar Bab ini menjabarkan aspek kesejahteraan pemulung yang dilihat berdasarkan indikator kemiskinan menurut BPS 2005, BKKBN 2003, dan pandangan subjektif responden. Keadaan kesejahteraan pemulung berdasarkan indikator-indikator objektif tidak selalu sesuai dengan keadaannya kesejahteraan pemulung dari sudut pandang subjektif. Namun diantara dua indikator objektif tersebut, yang terlihat mendekati kesejahteraan menurut pandangan subjektif adalah indikator kesejahteraan menurut BKKBN 2003. Sebagai gambaran bila mengacu pada BPS 2005 maka lebih dari setengah jumlah keluarga responden tidak termasuk pada kategori keluarga miskin karena penghasilan total keluarga pemulung banyak yang berada di atas Rp560.000,00 per bulan. Apabila kesejahteraan pemulung dilihat dari indikator kesejahteraan menurut BKKBN 2003, maka hampir sebagian besar keluarga pemulung termasuk pada keluarga prasejahtera karena semua responden keluarga tidak memenuhi syarat keluarga sejahtera 1, diantaranya masih ada responden yang tidak memiliki variasi berpakaian untuk kegiatan yang berbeda ketika di rumah dan bekerja dan bagian terluas dari lantai masih berupa tanah walau telah dilapisi plastik. Adapun kesejahteraan menurut pandangan subjektif pemulung, sebagian besar pemulung beranggapan kehidupan mereka masih belum sejahtera karena mereka belum mempunyai tempat tinggal yang menetap, pekerjaan yang belum pasti, penghasilan masih “pas-pasan”, dan sebagainya. Berdasarkan pemaparan-pemaparan yang telah disebutkan, maka dapat dinyatakan bahwa pemulung masih belum sejahtera. BAB X PEMBAHASAN: TINJAUAN TERHADAP EKSISTENSI DAN PROSPEK KEHIDUPAN PEMULUNG

10.1. Eksistensi Pemulung