Hubungan Antar Pemulung dalam Satu Bedengan

BAB VII HUBUNGAN SOSIAL PEMULUNG Sebagai makhluk sosial, pemulung membutuhkan pengakuan untuk dihargai, salah satunya adalah membina hubungan dengan orang lain. Namun kehidupan pemulung sepertinya terpisah dari masyarakat secara luas. Oleh karena itu, pada bab ini yang dikaji adalah hubungan sosial pemulung. Selanjutnya, bab ini akan membahas hubungan antar pemulung dalam satu bedengan, hubungan pemulung dengan lapak, hubungan pemulung dengan masyarakat sekitar dan hubungan pemulung dengan pemerintah Desa Kedaung.

7.1. Hubungan Antar Pemulung dalam Satu Bedengan

Sebagian besar 72 pemulung sering berinteraksi antara satu sama lainnya Tabel 20. Hal ini karena mereka tinggal di lingkungan yang berdekatan dan memiliki kedekatan secara psikologis karena berasal dari daerah asal yang sama yaitu brebes. Lingkungan pertetanggaan yang saling berdekatan belum tentu menjamin interaksi yang baik antar sesama pemulung karena ternyata 28 persen pemulung jarang berinteraksi satu sama lainnya. Alasan mereka yang utama karena mereka tidak mau mencampuri Tabel 20 Jumlah Pemulung Menurut Frekuensi Interaksi Antar Pemulung, Juli 2005 Frekuensi Interaksi Antar Pemulung Jumlah Persen Sering 18 72 Jarang 7 28 Total 25 100 Keterangan: Sering : bila pemulung selalu berinteraksi positif dengan pemulung lainnya ketika mereka bertemu dimana saja Jarang : bila pemulung tidak selalu berinteraksi dengan pemulung lainnya ketika mereka bertemu dimana saja urusan orang lain. Sikap seperti ini terbentuk karena mereka pernah terlibat dalam konflik pertetanggaan sehingga membuat mereka membatasi interaksinya. Jika ditimpa masalah dan terutama masalah yang menyangkut masalah lingkungan pemulung, para pemulung yang sering memusyawarahkannya sebanyak 52 persen, sedangkan yang jarang sebanyak 24 persen. Adapun yang tidak pernah memusyawarahkannya sebanyak 24 persen Tabel 21. Sebagai salah satu contoh, setahun yang lalu di Lapak Ka pernah ada preman yang meminta uang dengan paksa kepada para pemulung. Preman tersebut meminta dengan cara mendatangi satu demi satu kamar pemulung. Hal ini membuat pemulung menjadi resah. Kemudian pemulung secara bersama-sama bermusyawarah dan sepakat untuk mengungkapkan hal ini kepada lapaknya. Hasil dari musyarawarah ini sang lapak bersedia melindungi anak buahnya dengan meminta para preman untuk tidak datang lagi ke lingkungan ini dan bila membutuhkan sesuatu harap datangi saja lapaknya, jangan mengganggu anak buahnya. Tabel 21 Jumlah Pemulung Menurut Frekuensi Musyawarah, Juli 2005 Frekuensi Musyawarah Jumlah Persen Sering 13 52 Jarang 6 24 Tidak pernah 6 24 Total 25 100 Keterangan : Sering : bila ada permasalahan di lingkungan pemulung selalu dimusyawarahkan Jarang : bila ada permasalahan di lingkungan pemulung tidak selalu dimusyawarahkan Tidak pernah : bila ada permasalahan di lingkungan pemulung tidak pernah dimusyawarahkan Selanjutnya, untuk sekedar mendengarkan keluhan teman dan memberikan solusinya, banyak pemulung yang saling berinteraksi, yaitu sebanyak 56 persen. Pemulung yang jarang mendengarkan keluhan sebanyak 16 persen, dan yang tidak pernah sebanyak 28 persen Tabel 22. Para pemulung yang sering mendengarkan keluhan temannya serta memberikan solusi biasanya mereka akan menenangkan temannya untuk terus bersabar, karena pekerjaan ini menuntut kesabaran yang tinggi dari segala pandangan buruk masyarakat kepada pemulung. Namun untuk pemulung yang jarang mendengarkan keluhan temannya serta memberikannya solusi, mereka beranggapan bahwa semua pemulung menghadapi masalah yang sama dan mereka tidak dapat membantu karena mereka menghadapi permasalahan yang sama dan tidak dapat memecahkan masalah tersebut. Tabel 22 Jumlah Pemulung Menurut Frekuensi Mendengarkan Keluhan dan Memberikan Solusi Antar Pemulung, Juli 2005 Frekuensi Mendengarkan Keluhan dan Memberikan Solusi Antar Pemulung Jumlah Persen Sering 14 56 Jarang 7 28 Tidak pernah 4 16 Total 25 100 Keterangan : Sering : bila responden selalu mendengarkan keluhan pemulung lainnya sekaligus memberikannya solusi Jarang : bila responden tidak selalu mendengarkan keluhan pemulung lainnya dan tidak selalu memberikannya solusi Tidak pernah : bila responden tidak pernah mendengarkan keluhan pemulung lainnya dan memberikannya solusi Hubungan yang terjadi antara pemulung dalam satu bedeng, bila dilihat dari teori hubungan sosial menurut Zanden, maka hubungan yang paling banyak terbentuk adalah hubungan Expressive-instrumental continuum yaitu hubungan yang terbentuk antara bukan hanya untuk mendapatkan rasa aman, cinta, penerimaan, pertemanan, dan rasa bermanfaat antara pemulung yang satu dengan pemulung lainnya tetapi juga untuk mendapatkan bantuan dari pemulung lainnya. Ketika seorang pemulung sedang kesulitan dia tidak hanya ingin pemulung lain mendengarkan keluhannya, tetapi pemulung tersebut juga mengharapkan mereka dibantu dalam mengatasi masalahnya tersebut. Masalah yang paling sering dialami pemulung adalah kekurangan uang. Bila mengacu pada hubungan expressive ties maka hubungan yang terjadi antara pemulung masih kuat karena lebih dari 50 persen interaksi antara pemulung masih terus terjalin, namun hubungan antara pemulung tersebut terlihat kian melemah.

7.2. Hubungan Pemulung dengan Lapak