Hubungan Antara Karakteristik Pemulung dengan Karakteristik Kerja

BAB VIII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PEMULUNG, KARAKTERISTIK KERJA DAN HUBUNGAN SOSIAL PEMULUNG

8.1. Hubungan Antara Karakteristik Pemulung dengan Karakteristik Kerja

Sebagian besar pemulung perempuan di Desa Kedaung baru menjadi pemulung. Hal ini terlihat dari lama mereka bekerja menjadi pemulung yang kurang dari satu tahun sebanyak 71,4 persen Tabel 27. Biasanya mereka tidak sengaja pergi sendiri dari daerah asalnya untuk bekerja sebagai pemulung melainkan mereka mengikuti suami, orang tuanya atau saudaranya. Di desa ini tidak ada pemulung perempuan yang bekerja lebih dari 5 tahun. Tabel 27 Persentase Pemulung Menurut Jenis Kelamin dan Lama Menjadi Pemulung Lama Menjadi Pemulung Tahun Total Jenis Kelamin 1 1 – 4 4 Laki-laki 16,7 50 33,3 100 Perempuan 71,4 28,6 0 100 Adapun pemulung laki-laki paling banyak telah bekerja sebagai pemulung selama kurun waktu 1 – 4 tahun 50 . Tetapi banyak pula pemulung laki-laki yang bekerja lebih dari 4 tahun 33,3 . Mereka biasanya telah bekerja sejak masih muda atau ketika mereka masih bujangan belum berkeluarga. Laki-laki desa yang belum berkeluarga ini senang mencari berbagai pengalaman bekerja dan salah satunya adalah menjadi pemulung. Pemulung-pemulung baru biasanya senang menjalani profesi ini. Akan tetapi, pemulung yang sudah bertahun-tahun berkecimpung di usaha ini merasa bosan, capai dan ingin segera berganti pekerjaan. Oleh karena tidak ada alternatif pekerjaan lainnya menyebabkan mereka terus menekuni profesi ini. Berdasarkan hari kerjanya Tabel 28, pemulung laki-laki lebih banyak yang bekerja dengan hari kerja tinggi, yaitu lebih dari 26 hari pada setiap bulannya 55,6 . Semakin banyak hari kerjanya, maka persentase responden laki-laki yang bekerja jumlahnya juga cenderung semakin besar. Hari kerja untuk responden perempuan ternyata hampir sama pula dengan responden laki-laki yang mana lebih dari separuh jumlah total responden perempuan 57,2 bekerja lebih dari 26 hari. Namun, tidak ada responden perempuan yang bekerja dengan hari kerja 19 hingga 26 hari, dan responden perempuan yang bekerja kurang dari 19 hari berjumlah 42,8 persen. Tabel 28 Persentase Pemulung Menurut Jenis Kelamin dan Hari Kerja Pemulung dalam Sebulan Hari Kerja Jenis Kelamin 19 19-26 26 Total Laki-laki 11 33,4 55,6 100 Perempuan 42,8 57,2 100 Berdasarkan jam kerjanya Tabel 29, responden laki-laki lebih banyak bekerja pada kisaran jam kerja sedang yaitu 121 – 210 jam per bulan 66,6 . Namun terdapat juga laki-laki yang bekerja dengan jam kerja yang tinggi yaitu di atas 210 jam per bulan 16,7 . Jumlah jam kerja perempuan termasuk rendah karena sejumlah 57,2 persen perempuan bekerja kurang dari 121 jam per bulan. Tidak ada seorang pun perempuan yang bekerja di atas 210 jam per bulan. Tabel 29 Persentase Pemulung Menurut Jenis Kelamin dan Jam Kerja Pemulung dalam Sebulan Jam Kerja Jenis Kelamin 121 121 – 210 210 Total Laki-laki 16,7 66,6 16,7 100 Perempuan 57,2 42,8 100 Dari kedua tabel Tabel 28 dan 29, dapat dilihat bahwa pemulung laki-laki cenderung banyak yang bekerja dengan hari dan jam kerja yang lebih tinggi daripada pemulung perempuan. Hal ini terjadi karena beberapa hal diantaranya adalah pemulung laki-laki merupakan pencari nafkah utama, sehingga responden laki-laki akan lebih bertanggungjawab dengan bekerja lebih berat untuk mencari nafkah demi menghidupi keluarganya. Bila responden laki-laki kurang bekerja giat, maka keluarga mereka akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar pangan. Responden perempuan bekerja sebagai pemulung sifatnya hanya membantu suami atau keluarga mereka. Pekerjaan responden perempuan adalah mengurusi urusan domestik seperti memasak, merawat anak, merawat rumah, dan lain-lain dan memulung jika urusan domestik mereka telah selesai. Akan tetapi, tanggung jawab responden perempuan lebih kepada urusan domestik rumahtangganya. Jarak tempuh sebagian besar pemulung perempuan 71,4 termasuk dekat karena hanya mampu bekerja sejauh kurang dari 5 km per hari Tabel 30. Tetapi diantara para wanita tersebut ada yang mampu bekerja dengan menempuh jarak lebih dari 10 km yang termasuk kategori jauh. Pemulung laki-laki ternyata banyak juga yang menempuh jarak dekat, yaitu kurang dari 5 km per hari 44,5 , sedangkan jarak 5 – 9 km sebanyak 38,8 persen, dan lebih dari 9 sebanyak 16, 7 persen. Pemulung perempuan lebih banyak yang jarak tempuhnya dekat karena tenaga pemulung perempuan lebih rendah daripada pemulung laki-laki. Pemulung perempuan pun memiliki rasa tanggung Tabel 30 Persentase Pemulung Menurut Jenis Kelamin dan Jarak Tempuh Pemulung dalam Sehari Jarak Tempuh Memulung Kilometer Jenis Kelamin 5 5-9 9 Total Laki-laki 44,5 38,8 16,7 100 Perempuan 71,4 14,3 14,3 100 jawab untuk mengurusi rumahtangganya sehingga mereka tak jauh memulung agar mereka dapat segera kembali ke bedengnya untuk melanjutkan pekerjaan rumahtangga mereka berikutnya. Selain itu juga karena pemulung perempuan khawatir tersasar bila memulung terlalu jauh. Berdasarkan Tabel 31, kemampuan memperoleh barang pulungan baik pemulung perempuan maupun pemulung laki-laki termasuk rendah. Sebanyak 61,1 persen pemulung laki-laki dan 57,2 persen pemulung perempuan hanya mampu mendapatkan barang dengan berat kurang dari 301 kg per bulannya. Namun untuk berat barang pulungan lebih dari 750 kg per bulan hanya mampu dilakukan oleh laki-laki. Tidak ada pemulung perempuan yang mampu mendapatkan barang pulungan dengan berat barang lebih dari 750 kg per bulan. Pemulung perempuan mendapatkan barang lebih sedikit dari laki-laki tak lain karena pemulung perempuan banyak yang tidak sanggup membawa barang dengan berat lebih dari 750 kg per bulannya. Tabel 31 Persentase Pemulung Menurut Jenis Kelamin dan Berat Barang Pemulung dalam Sebulan Berat Barang Kilogram Jenis Kelamin 301 301-750 750 Total Laki-laki 61,1 27,7 11,2 100 Perempuan 57,2 42,8 100 Sebagian besar responden laki-laki berpenghasilan cukup baik. Mereka yang berpenghasilan antara Rp384.000,01 hingga Rp559.999,99 per bulan berjumlah 38,9 persen dan yang berpenghasilan lebih dari Rp560.000,00 per bulan sebanyak 33,3 persen Tabel 32. Bila dirata-ratakan, maka penghasilan laki-laki adalah sebesar Rp485.000,00 per bulan. Namun posisi Rp485.000,00 per bulan masih berada di bawah UMK Propinsi Banten yang besarnya Rp796.000,00 per bulan. Penghasilan pada responden perempuan berlaku sebaliknya. Responden perempuan justru lebih banyak Tabel 32 Persentase Pemulung Menurut Jenis Kelamin dan Penghasilan Pemulung dalam Sebulan Penghasilan Rupiah Jenis Kelamin ≤ 384.000 384.001 – 559.999 ≥ 560.000 Total Laki-laki 27,8 38,9 33,3 100 Perempuan 85,8 0 14,2 100 yang berpenghasilan kurang dari Rp384.000,00 per bulan 85,8 . Hanya 14,2 persen responden perempuan yang berpenghasilan lebih atau sama dengan Rp560.000,00 per bulan. Oleh karena pekerjaan pemulung sangat mengandalkan tenaga maka hanya sedikit pemulung perempuan yang mampu mendapatkan hasil yang cukup besar. Rata – rata penghasilan responden pemulung perempuan adalah Rp257.142,9 per bulan. Dilihat dari hari kerja dan usianya, rata-rata pemulung pada setiap kategori usia bekerja dengan hari kerja tinggi yaitu lebih dari 26 hari dalam sebulan Tabel 33. Mereka menyadari bahwa mereka harus bekerja giat agar dapat memenuhi kebutuhan di esok hari, karena uang yang didapat untuk memenuhi kebutuhan di esok hari tesebut tergantung dari perolehan uang pada hari sebelumnya. Tabel 33 Persentase Pemulung Menurut Usia Pemulung dan Hari Kerja Pemulung dalam Sebulan Hari Kerja Usia tahun 19 19 – 26 26 Total 10 – 29 18,8 25 56,2 100 30 – 49 28,6 28,6 42,8 100 49 100 100 Pada Tabel 34 dapat dilihat bahwa sedikit pemulung yang bekerja di atas 210 jam per bulan. Bahkan tidak ada responden pemulung yang berusia lebih dari 49 tahun yang bekerja lebih dari 210 jam kerja per bulan. Hal ini mengingat bahwa pekerjaan pemulung membutuhkan kondisi tubuh yang sehat dan kuat, sedangkan berdasarkan hasil penelitian di lapangan, banyak responden yang sering mengeluhkan sakit, biasanya Tabel 35 Persentase Pemulung Menurut Usia Pemulung dan Jarak Tempuh Memulung dalam Sehari Jarak Tempuh Memulung Kilometer Usia Tahun 5 5-9 9 Total 10 – 29 56,3 25 18,7 100 30 – 49 42,9 57,1 100 49 50 50 100 sakit pusing migren dan badan terasa sangat pegal. Semakin tua usia pemulung belum dapat dikatakan jam kerja pemulung dalam sebulan semakin mengecil karena data pada tabel belum menunjukkan adanya konsistensi. Semua kategori usia, bagian dari persentase terbesarnya mengisi pada kategori jam kerja antara 121 – 210 jam per bulan, kecuali kategori usia 30 – 49 tahun. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa jam kerja pemulung 121 – 210 jam per bulan adalah jam kerja normal pemulung di Desa Kedaung. Mengenai kategori usia 30 – 49 tahun, jam kerja responden cenderung rendah karena menurut sumber data primer, pada kategori tersebut dari total empat responden, tiga diantaranya perempuan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa responden perempuan memiliki waktu jam kerja memulung yang lebih rendah daripada pemulung laiki-laki mengingat mereka responden perempuan tidak hanya bekerja mencari nafkah melainkan juga menyelesaikan tugas-tugas domestik. Jarak tempuh memulung responden yang berusia 10 – 29 tahun cenderung tidak jauh yaitu kurang dari 5 kilometer per hari Tabel 35. Bahkan responden yang berusia di bawah 20 tahun tidak ada yang memulung lebih dari 9 kilometer per hari. Jarak Tabel 34 Persentase Pemulung Menurut Usia Pemulung dan Jam Kerja Pemulung dalam Sebulan Jam Kerja Usia Tahun 121 121 – 210 210 Total 10 – 29 18,7 68,8 12,5 100 30 – 49 57,1 28,6 14,3 100 49 100 100 tempuh memulung responden yang berusia 30 – 49 tahun sejauh 5 – 9 kilometer per hari 57,1 dan kurang dari 5 kilometer per hari sebanyak 42,9 persen. Dari data primer diketahui bahwa responden pemulung yang mampu menempuh jarak lebih dari 9 kilometer per hari adalah pemulung yang berusia antara 20 – 29 tahun dan 50 – 59 tahun. Untuk responden yang berusia 20 – 29 tahun, mereka mampu melakukan perjalanan jauh karena mereka adalah kaum muda yang masih memiliki semangat dan kekuatan fisik yang baik. Akan tetapi untuk responden yang berusia 50 – 59 tahun jumlahnya hanya satu responden. Untuk responden yang berusia lebih dari 50 tahun, walaupun usianya sudah tua, tetapi ia masih memiliki semangat yang baik, karena dalam memulung ia tak sekedar memulung tetapi juga berinteraksi baik dengan masyarakat sekitar yang ia lalui maupun masyarakat sekitar bedengan yang juga mengenalnya. Akan tetapi, di sisi lain, ada responden kategoi tua yang berlaku sebaliknya. Berdasarkan pemaparan tersebut, tampaknya hubungan antara usia pemulung dengan jarak tempuh memulung kurang konsisten. Mengenai hubungan antara usia pemulung dengan penghasilan, pada Tabel 36 terlihat bahwa pada setiap kategori usia, rata-rata persentase terbesar pemulung berada pada kategori penghasilan rendah. Namun, jika dilihat pada kolom kategori penghasilan tinggi, maka data menunjukkan adanya kecenderungan bahwa semakin tua maka semakin tinggi penghasilannya,walaupun secara keseluruhan hubungan ini belum dapat dikatakan konsisten. Tabel 36 Persentase Pemulung Menurut Usia Pemulung dan Penghasilan Pemulung dalam Sebulan Penghasilan Rupiah Usia Tahun ≤ 384.000,00 384.00,00 – 559.999,99 ≥ 560.000,00 Total 10 – 29 43,7 31,3 25 100 30 – 49 42,8 28,6 28,6 100 49 50 50 100 Tabel 37 Persentase Pemulung Menurut Daerah Asal dan Lama Tinggal di Lapak Terakhir Lama Tinggal Di Lapak Terakhir Daerah Asal 1 1 – 3 3 Total Sedaerah 52,9 41,2 5,9 100 Tidak sedaerah 62,5 37,5 100 Data pada Tabel 37 mengindikasikan bahwa pada umumnya, baik responden yang sedaerah maupun tidak sedaerah dengan lapaknya tidak menjadikan responden tinggal lebih lama dengan lapaknya. Akan tetapi, ada kecenderungan hubungan bahwa pemulung yang tinggal dengan lapaknya lebih dari 3 tahun adalah pemulung yang sedaerah dengan lapaknya. Alasan karena responden ternyata masih berhubungan darah atau keluarga dengan lapak. Namun menurut pendapat responden lainnya, hubungan keluarga belum tentu membuat seseorang tinggal lebih lama pada lapak, walaupun lapak tersebut merupakan keluarganya. Berikut adalah pernyataannya: “Bos ini masih keluarga saya, tapi saya tidak selalu ikut dia. Selama ini saya memang sering pindah-pindah, cari pengalaman di tempat baru. Kira-kira sudah sekitar 7 kali pindah. Kadang-kadang cuma setahun atau dua tahun tinggal di bos trus pindah lagi ke tempat lain. Saya pindah karena yah cari pengalaman dan cari tawaran harga yang lebih tinggi, kadang saya pindah karena saya gak cocok sama bosnya, misal bos suka membanding-bandingin saya dengan pemulung lain”. An18 thpemulung Lampiran 3a. Pernyataan di atas juga didukung oleh pernyataan dari seorang lapak dimana seorang pemulung yang berasal dari satu daerah dengan lapak tidak harus tinggal dengan lapak tersebut. Berikut adalah hal-hal yang dikemukakannya: “....anak buah saya banyak yang dari Brebes, sama seperti asal daerah saya, tapi bukan berarti saya yang mengajak mereka kerja untuk saya, melainkan mereka sendiri yang menawari diri kerja untuk saya. Biasanya kalau baru sampai kota, mereka tinggal dengan saya. Saya sediakan bedeng untuk tidur dan makan untuk hari-hari pertama saja. Setelah sampai mereka bisa langsung bekerja sambil belajar ke pemulung lainnya. Namun, setelah beberapa bulan bekerja dengan saya, terserah mereka aja mau tetap ikut dengan saya atau pindah bos. Itu tidak masalah, karena yah begitulah usaha seperti ini...”. Ka50 thLapak Lampiran 3b

8.2. Hubungan Antara Karakteristik Pemulung dengan Hubungan Sosial