Hubungan yang terbentuk antara pemulung dengan lapak adalah hubungan saling menguntungkan dan membutuhkan, karena lapak memberikan pekerjaan dan
penghasilan yang menjanjikan kepada anak buah yang pada umumnya masih relasi di tengah-tengah sulitnya mencari pekerjaan pada saat ini. Di sisi lain, lapak pun tidak bisa
menjalankan usahanya bila tidak ada pemulung yang menjadi anak buahnya. Semakin banyak anak buahnya, penghasilan lapak pun akan semakin besar. Untuk menarik anak
buah maka lapak memberikan fasilitas yang memadai kepada anak buahnya seperti kamar gratis selama bekerja untuk lapak tersebut, terkadang air dan listrik gratis,
dipinjamkan kompor sementara waktu, pembayaran barang pulungan lancar, dan harga beli lapak yang cenderung tinggi. Sebagai gantinya, maka pemulung akan mencari
barang pulungan sebanyak dan sesanggup mungkin. Hal ini tak hanya berguna untuk lapak namun lebih tepatnya berguna untuk diri pemulung itu sendiri. Besarnya
pendapatan pemulung tergantung dari usaha pemulung untuk memperoleh itu semua. Mengenai peraturan dalam memulung, lapak memberikan peraturan tersebut
secara tidak tertulis. Peraturan tersebut antara lain: dalam memulung harus jujur, tidak boleh mencuri, harga ditentukan oleh lapak, sopan dan dilarang untuk memukuli orang.
7.3. Hubungan Pemulung dengan Masyarakat Sekitar
Dilihat dari Frekuensi interaksinya dengan masyarakat, 40 persen pemulung tidak pernah berinteraksi dengan masyarakat, jarang sebanyak 32 persen dan sering sebanyak
28 persen Tabel 24. Alasan mereka tidak pernah berinteraksi dengan masyarakat sekitar adalah karena mereka merasa malu untuk berbicara dengan warga masyarakat.
Menurut mereka, orang yang bekerja seperti ini tidak pantas berbicara dengan warga masyarakat yang cenderung mampu dan berpendidikan tinggi. Selain itu, mereka juga
merasa minder dengan cara berbahasa mereka yang cenderung bicara apa adanya.
Tanggapan-tanggapan negatif masyarakat seputar kehidupan pemulung seperti sering dituduh mencuri, dianggap orang gila juga membuat pemulung kehilangan
kepercayaan diri untuk berbicara dengan warga masyarakat. Akan tetapi pemulung pun tidak bisa begitu saja menyalahkan warga masyarakat. Warga masyarakat berlaku
demikian karena sebelumnya ada beberapa orang diantara para pemulung yang melakukan suatu perbuatan yang tidak terpuji dan akhirnya mengotori nama seluruh
komunitas pemulung. Pemulung pun sering mengeluhkan perilaku warga masyarakat yang suka menaruh barangnya yang masih terpakai namun ditaruh di luar rumahnya.
Pemulung beranggapan bahwa barang yang ditaruh di luar rumah adalah barang bekas. Namun setelah diambil ternyata pemilik menuduh pemulung melakukan pencurian. Bila
dicermati, sebenarnya keadaan hubungan seperti ini adalah “buah” dari tidak dekatnya hubungan dan tidak lancarnya komunikasi antara pemulung dengan masyarakat. Bila
hubungan mereka baik, maka kemungkinan informasi salah yang mengalir diantara keduanya dapat lebih diminimalisir.
Untuk pemulung yang jarang berhubungan dengan masyarakat sekitar, alasannya sama seperti di atas, yaitu merasa minder dengan keadaannya. Akan tetapi, mereka
terkadang masih berinteraksi dengan masyarakat walau hanya sekedar menyapa. Untuk pemulung yang sering berinteraksi dengan masyarakat sekitar, alasan mereka berlaku
demikian adalah bila pemulung berkelakuan baik, sopan dan bersikap terbuka, masyarakat pun akan membalasnya dengan sikap yang sama. Oleh karena itu, pemulung
Tabel 24 Jumlah Pemulung Menurut Frekuensi Interaksi Pemulung dengan Masyarakat, Juli 2005
Frekuensi Interaksi Pemulung dengan Masyarakat Jumlah
Persen
Jarang dijalan hanya menyapa 1-2 orang saja 8
32 Sering lebih dari 2 orang yang disapamengobrol
7 28
Tidak pernah 10
40 Total 25
100
yang sering berinteraksi cenderung sering berhubungan dengan masyarakat sekitar, dimulai dari banyak masyarakat yang mengenalnya sehingga menyapanya,
mengajaknya mengobrol, sampai mengajak pemulung bermain bersama. Hal ini seperti yang disampaikan para responden. Berikut pernyataannya:
“...teman-teman saya tidak hanya di sini saja mbak, tapi juga anak-anak warga kampung sebutan untuk warga di sekitar lingkungan pemulung.
Biasanya kalau sore begini, kami suka bemain bola bersama...”. Ka13 th, pemulung
“...warga disekitar sini udah pada kenal saya. Kalau saya lewat, mereka menyapa saya. Memang awalnya saya duluan yang memulai. Pak Satpam di
Taman Kedaung dan Sarana kompleks juga kenal saya. Mereka kadang menawari saya rokok. Yah, kalau kita baik sama orang, kita jujur aja,
terbuka, mudah-mudahan orang juga akan seperti itu ke kita....”. Wa 50 thpemulung
Walaupun terdapat beberapa orang yang dekat dengan warga masyarakat sekitar, namun mereka tidak ada yang aktif pada kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh
RT atau RW di sekitarnya. Alasannya karena mereka merasa segan untuk ikut bergabung, meskipun sebenarnya pada beberapa pemulung khususnya pemulung pada
Lapak Ka, pemulung tersebut ikut berpartisipasi membayar iuran bulanan RT. Menurut Ketua RT setempat RT 0410, dana tersebut digunakan untuk keperluan-keperluan
sosial, misalkan ada keluarga yang meninggal maka keluarga tersebut diberi santunan dengan menggunakan uang tersebut Lampiran 3d. Oleh karena itu, menurut pemulung,
penerimaan masyarakat baik. Berikut adalah pernyataan dari salah seorang responden: “Menurut saya, masyarakat bersikap biasa-biasa saja, selama ini tidak ada
masalah dengan masyarakat. Yah, kita jujur saja. Kalau jujur, masyarakat juga bersikap baik dengan kita. Kalau ada pemulung yang enggak jujur, kita
harus nasehatin, soalnya bisa merusak kepercayaan masyarakat. Oh iya, pernah ada preman yang mengganggu. Preman tersebut warga masyarakat
sekitar sini. Biasanya kalo gak minta uang, mereka minta rokok. Selama ini dari RT setempat ada pungutan keamanan, tapi dimintanya ke lapak.
Bayarnya Rp5.000,00” An18 thpemulung Lampiran 3a
Berdasarkan data Tabel 25, tanggapan penerimaan warga masyarakat termasuk baik 60 . Sebanyak 4 persen menganggap penerimaan masyarakat biasa-biasa saja,
dan sebanyak 36 persen menganggap bahwa penerimaan masyarakat terhadap kehadiran pemulung tidak baik Tabel 25.
Tabel 25 Jumlah Pemulung dalam Menanggapi Penerimaan Masyarakat
, Juli 2005
Penerimaan Masyarakat Jumlah
Persen
Baik 15 60
Biasa saja 1
4 Tidak baik
9 36
Total 25 100
7.4. Hubungan Pemulung dengan Pemerintah Setempat