“....Iya mbak, saya buat KTP musiman, KTP ini memproses anak saya yang sakit. Waktu itu kan anak saya diare, trus saya disarankan oleh tetangga
untuk ke LKC Lembaga Kesehatan Cuma-Cuma dari Dompet Duafa Republika saja, karena LKC khusus untuk orang yang tidak mampu dan
LKC pun tidak akan meminta biaya. Oleh karena itu saya bawa anak saya ke sana. Syarat di LKC ini relatif mudah. Di LKC ini anak saya ditangani dan
menginap selama 3 hari. Entah mengapa saya disuruh membawa anak saya ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Dan belakangan ini saya tahu bahwa
anak saya menderita busung lapar. Di rumah sakit ini saya dimintai surat Keterangan tidak mampu dari RT setempat, KTP setempat KTP musiman
dan Kartu Keluarga. Terus terang aja untuk mengurusi ini saya sangat repot karena saya bukan penduduk asli. Demi mendapatkan pengobatan gratis,
saya mengurusi itu semua. Bahkan saya harus meminta surat keterangan dari Rumah Sakit Umum Tangerang, dan sebagainya. Untuk semua itu uang
yang saya habiskan hampir mencapai Rp500.000,00 Kartu Keluarganya aja sendiri sudah Rp200.000,00 sedangkan KTP Rp50.000,00....”.Al28 th
pemulung
Pemulung yang tidak mempunyai KTP musiman pada umumnya karena mereka tidak mengetahui bahwa warga migran harus memiliki KTP Musiman. Selain itu
mereka pun tidak pernah ataupun tidak mau berurusanberkepentingan dengan birokrasi atau tempat pelayanan setempat. Sebagian kecil dari responden yang mengaku
mengetahui perihal KTP Musiman ini sengaja tidak membuatnya karena proses pembuatan KTP ini birokrasinya sangat rumit, mahal dan masa berlakunya pun tidak
lama seperti KTP asli. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh salah seorang responden:
“...KTP musiman? Iya saya tahu kak, itu KTP buat orang di luar Desa Kedaung kan. Saya tahunya dari teman saya yang kebetulan ngurusin KTP
musiman ini buat berobat anaknya rumah sakit. Mahal banget kak. Untuk bikin
satu KTP aja bisa sampai Rp50.000-an. Sudah begitu jadinya lama banget
sampai 3 bulan. Kalau KTP-nya mau cepet jadi, tambah lagi uangnya kak, makanya dari pada gitu, mending uangnya buat keperluan
yang lain...”. Sr24 th, pemulung
5.9. Ikhtisar
Profesi pemulung lebih banyak digeluti oleh kaum laki-laki. Usia pemulung yang bekerja mayoritas berada pada usia kerja. Semua pemulung ini berasal dari pedesaan
dan paling banyak berasal dari Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Tingkat pendidikan
pemulung termasuk rendah karena banyak pemulung yang tidak sekolah ataupun bila sekolah tidak tamat SD. Keluarga pemulung rata-rata memiliki 3 orang anggota
keluarga yang biasanya terdiri dari ayah, ibu dan satu orang anak. Semua pemulung di Desa Kedaung beragama Islam. Alasan para pemulung memilih pekerjaan ini beragam.
Alasan yang paling banyak dikemukakan adalah profesi ini tidak memerlukan persyaratan tertentu, sudah ada relasi yang bekerja seperti ini sebelumnya, dan memang
tidak ada alternatif pekerjaan lain selain memulung. Sebelum berkecimpung di usaha ini, pemulung bekerja di usaha sektor informal. Riwayat pekerjaan pemulung semuanya
merupakan pekerjaan informal. Pemulung pun tidak pernah mengikuti kursus keterampilan. Keterampilan yang dimiliki sebagian pemulung dipelajarinya secara
otodidak. Adapun mengenai kepemilikan KTP, hampir semua pemulung tidak mempunyai KTP musiman KTP setempat.
BAB VI KARAKTERISTIK KERJA PEMULUNG
Sebelum memahami cara dan sifat kerja pemulung, akan dikemukakan terlebih dahulu karakteristik atau ciri-ciri profesi pemulung. Karakteristik kerja pemulung ini
dapat dilihat dari lamanya menjadi pemulung, lama tinggal di lapak terakhir, motivasi kerja, hari dan jam kerja, dalam memulung, karakteristik barang pulungan, berat barang
yang dipulung, penghasilan pemulung, peralatan yang digunakan dalam memulung, frekuensi pengiriman uang ke daerah asal, dan frekuensi pulang ke daerah asal.
6.1. Lama Menjadi Pemulung
Para pemulung rata-rata telah menjalani pekerjaan ini selama 3,65 tahun. Persentase terbesar lama menjadi pemulung berada dalam selang 1 – 4 tahun yakni
sebesar 44 persen. Hal ini berarti pekerjaan memulung relatif masih baru bagi sebagian orang dan bisa diartikan bahwa profesi ini semakin banyak diminati dan berkembang di
Desa Kedaung mulai 4 tahun belakangan ini. Kini pemulung jumlahnya semakin banyak, terlihat dari banyaknya pemulung baru dalam setahun terakhir. Untuk
pemulung yang bekerja lebih dari 10 tahun, sebelumnya mereka telah menjadi pemulung di tempat lain di luar Desa Kedaung. Informasi lebih lanjut dapat dilihat pada
Tabel 9. Tabel 9 Jumlah Pemulung Menurut Lamanya Menjadi Pemulung, Juli 2005
Lama Menjadi Pemulung Tahun
Jumlah Persen
1 8
32 1 – 4
11 44
4 6
24 Total 25
100 Rata-rata = 3,65 tahun
6.2. Lama Tinggal di Lapak Terakhir