Tabel 52 Jumlah Keluarga Pemulung Menurut Sumber Air Minum, Juli 2005 Sumber Air Minum Pemulung
Jumlah Persen
Air galon 2
8,7 Jet pump
air tanah 16
69,6 Sumur timba air tanah
4 21,7
Total 23 100,0
9.5. Kesejahteraan Pemulung Menurut Indikator Kesejahteraan BKKBN
Menurut indikator kesejahteraan BKKBN, keluarga dikatakan prasejahtera bila tidak memenuhi salah satu kriteria indikator keluarga sejahtera 1, yaitu anggota
keluarga melaksanakan ibadah, makan dua kali sehari atau lebih, mempunyai pakaian yang berbeda-beda untuk di rumah, bekerjasekolah dan bepergian, bagian terluas dari
lantai bukan tanah, bila anak atau anggota keluarga sakit, mereka akan dibawa ke sarana kesehatan petugas kesehatan. Keluarga dikatakan sejahtera 1 bila keluarga tersebut
memenuhi seluruh kriteria keluarga sejahtera 1 atau tidak mampu memenuhi salah satu kriteria keluarga sejahtera 2. Kriteria keluarga sejahtera 2 adalah anggota keluarga
melaksanakan ibadah menurut agama yang dianut secara teratur, minimal seminggu sekali keluarga menyediakan dagingikantelur sebagai lauk pauk, seluruh anggota
keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru setahun terakhir, luas lantai rumah paling kurang 8 m
2
per penghuni rumah, seluruh anggota keluarga dalam tiga bulan terakhir dalam keadaan sehat, paling kurang satu orang anggota keluarga yang
berusia 15 tahun ke atas berpenghasilan tetap, seluruh anggota keluarga yang berusia 10 – 60 tahun bisa membaca tulisan latin, seluruh anak berusia 6 – 15 tahun bersekolah
pada saat ini, bila anak hidup dua oranglebih pada keluarga yang masih PUS, saat ini mereka memakai kontrasepsi kecuali sedang hamil. Namun, kriteria keluarga sejahtera
2 mengenai penggunaan alat kontrasepsi tidak digunakan dalam mengkaji kesejahtaraan pada penelitian ini.
a.
Rutinitas beribadah
Sebagian besar 73,9 responden menyatakan jarang melakukan ibadah. Alasannya adalah mereka merasa tidak pantas sholat karena mereka sedang dalam
keadaan kotor. Adapun sisanya sebanyak 26,1 persen mengaku rutin menjalankan ibadah, yakni ibadah sholat lima waktu. Alasannya adalah mereka menyadari
kewajibannya sebagai seorang muslim. Oleh karena itu, biasanya ketika mereka bekerja mereka akan kembali ke bedengan di waktu-waktu sholat untuk berganti pakaian dan
menunaikan sholat. b.
Frekuensi makan
Semua responden mengemukakan bahwa frekuensi makan mereka dua kali atau lebih dalam sehari, bahkan lebih banyak yang lebih dari dua kali sehari. Untuk
responden yang hanya makan dua kali sehari sebanyak 30,4 persen, responden yang makan tiga kali sehari 60,9 persen, dan responden yang makan 4 kali sehari sebanyak
8,7 persen Tabel 53. Frekuensi makan mereka banyak karena pekerjaan memulung ini sangat mengandalkan tenaga.
Tabel 53
Jumlah Keluarga Pemulung Menurut Frekuensi Makan Keluarga dalam Sehari, Juli 2005
Frekuensi Makan dalam Sehari Jumlah
Persen
2 7 30,4
3 14 60,9
4 2 8,7
Total 23 100,0
c.
Lauk dagingikantelur yang dikonsumsi dalam satu minggu
Lauk yang dikonsumsi pemulung dalam seminggu terakhir adalah ikan dan telur sebanyak 52,2 persen, selanjutnya ikan atau telur saja masing-masing sebanyak 13
persen. Sedangkan sisanya yaitu sebanyak 21,7 persen responden tidak memakan telur ataupun ikan dalam seminggu terakhir ini Tabel 54.
Tabel 54 Jumlah Keluarga Pemulung Menurut Konsumsi Lauk dalam Seminggu Terakhir, Juli 2005
Lauk yang dikonsumsi dalam seminggu terakhir Jumlah
Persen
Ikan dan telur 12
52,2 Ikan 3
13,0 Telur 3
13,0 Tidak 5
21,7 Total 23
100,0
d.
Variasi berpakaian untuk tiap kegiatan
Hampir semua pemulung yaitu 91,3 persen memiliki pakaian yang berbeda-beda untuk di rumah, bekerja dan berpergian. Hanya sebesar 8,7 persen responden yang tidak
memiliki pakaian yang berbeda-beda. e.
Bagian terluas dari lantai
Semua bagian terluas dari kamar bedeng yang ditinggali pemulung adalah tanah yang dilapisi oleh plastik. Fasililitas ini disediakan oleh lapak masing-masing.
Permukaan tanah yang tidak rata membuat tidur pemulung menjadi tidak nyaman, kecuali bila diberi kasur.
f. Saranapetugas kesehatan anggota keluarga
Pada umumnya, jika mereka merasa sakit, maka yang menjadi pilihan pertama adalah mengkonsumsi obat warung. Namun apabila sakit tidak kunjung sembuh, maka
mereka baru memikirkan untuk berobat ke dokter atau puskesmas. Puskesmas dipilih karena biayanya yang terjangkau. Mengenai dokter, tidak semua dokter menjadi pilihan
pemulung. Ada satu dokter yang menjadi pilihan pemulung. Dokter tersebut prakteknya tidak jauh dari bedeng pemulung. Selain itu dokter tersebut pun mengenakan biaya yang
murah kepada pemulung. Bila penyakit bertambah parah, mereka baru akan ke rumah sakit. Dengan demikian, sarana atau petugas kesehatan yang banyak digunakan oleh
responden adalah puskesmas yaitu sebanyak 52,1 persen dan dokter sebanyak 43,6 persen. Hanya seorang responden 4,3 memilih menggunakan fasilitas Lembaga
Kesehatan Cuma-cuma LKC Tabel 53. Responden lain tidak menggunakan fasilitas LKC mereka tidak tahu prosedurnnya atau bahkan tidak tahu bahwa terdapat LKC
sebagai lembaga kesehatan untuk kaum tidak mampu..
Tabel 55 Jumlah Keluarga Pemulung Menurut Sarana Petugas Kesehatan yang Digunakan, Juli 2005
Sarana Petugas Kesehatan yang Digunakan Keluarga Pemulung
Jumlah Persen
Dokter 10 43,6
LKC 1 4,3
Puskesmas 11 52,1
Total 23 100,0
g.
Kepemilikan pakaian baru
Lebih dari separuh responden yaitu sebanyak 60,9 persen memiliki pakaian baru minimal satu dalam setahun terakhir ini. Adapun sisanya sebanyak 39,1 persen
responden tidak memiliki pakaian baru minimal satu dalam setahun terakhir ini. Seringkali pemulung menerima pakaian bekas dari masyarakat sekitar.
h.
Status tempat tinggal bedengan
Status tempat tinggal bedengan pemulung pada semua pemulung adalah dipinjamkan oleh lapak bos pemulung.
i. Luas lantai rumah
Data pada Tabel 56 menunjukkan bahwa luas lantai tempat tinggal pemulung yang memenuhi syarat kesejahteraan yaitu 8 m
2
per anggota rumahtangga, hanya terdapat pada satu responden 4,3 , sedangkan lainnya yaitu 95,7 persen luas lantai rumah per
anggota keluarganya kurang dari 8 m
2
. Berdasarkan hasil observasi ditemukan salah seorang responden yang memiliki 7 anggota keluarga menempati luas bedeng yang
hanya 3 x 2,5 m
2
.
Tabel 56 Luas Lantai Tempat Tinggal Pemulung, Juli 2005 Luas Lantai Tempat Tinggal Pemulung
Jumlah Persen
0,57 1 4,3
1,50 1 4,3
2,00 7 30,4
2,25 2 8,7
3,00 3 13,0
4,00 4 17,4
4,50 2 8,7
6,00 2 8,7
8,00 1 4,3
Total 23 100,0
j. Kesehatan anggota keluarga dalam tiga bulan terakhir
Kesehatan anggota
keluarga pemulung dalam tiga bulan terakhir ini pada umumnya menunjukkan tidak sehat karena lebih dari setengah total responden 65,2
responden mengalami keluhan kesehatan sehingga berakibat mereka tidak bisa melakukan pekerjaannya. Sisanya sebanyak 34,8 persen tidak mengalami keluhan
kesehatan apapun pada anggota keluarganya. k.
Keteraturan penghasilan
Penghasilan yang diterima pemulung bersifat tidak teratur. Hal ini mengingat bahwa sampah sebagai bahan utama yang mereka cari jumlahnya tidak selalu menentu.
l. Kemampuan membaca dan menulis anggota keluarga
Anggota keluarga responden yang telah berusia 6 tahun ke atas sebanyak 56,5 persen bisa membaca dan menulis walapun terkadang ada yang kurang lancar
Tabel 57.
Tabel 57 Kemampuan Membaca dan Menulis Anggota Keluarga, Juli 2005
Kemampuan membaca dan menulis anggota keluarga Jumlah
Persen
Anggota keluarga tidak bisa membaca dan menulis 9
43,5 Anggota keluarga bisa membaca dan menulis
13 56,5
Total 23 100,0
m.
Tingkat pendidikan anak yang berusia 6 – 15 tahun
Hampir semua anak-anak pemulung tidak disekolahkan ataupun bila disekolahkan anak tersebut tidak berhasil menamatkan sekolahnya. Keluarga pemulung yang
mempunyai anak berusia 6 – 15 tahun hanya 11 keluarga. Dari 11 keluarga tersebut, 90,9 persen anak-anak mereka tidak sekolah karena tidak ada biaya. Responden yang
anaknya disekolahkan ini mempunyai dua orang anak dan kedua anaknya saat ini sedang menempuh pendidikan sekolah dasar. Ia menyadari bahwa bagaimanapun
pendidikan untuk anak itu penting untuk diperjuangkan, seperti pernyataan berikut: ”....begini-begini saya mbak kalau buat pendidikan anak, saya usahakan
nomor satu. Saya lebih baik sisihkan uang makan saya untuk bayar sekolah anak. Bukan apa-apa mbak, saya hanya gak kepingin anak saya nantinya
kalau sudah besar susah seperti saya. Menyekolahkan anak itu seperti punya tabungan untuk hari tua. Sekarang kan kita orang tua yang membiayai
mereka. Suatu saat nanti saya harap mereka yang ganti merawat kami orang tua. Memang penghasilan dari suami saya tidak mencukupi, tapi saya coba
bantu dengan berdagang kue ke sekolahan anak saya, atau saya drop saja. Lumayan buat tambahan keluarga mbak.”Li30 thistri pemulung.
Sebenarnya keluarga responden pemulung banyak yang menginginkan anaknya sekolah. Mereka pun menyadari pentingnya pendidikan tetapi karena keterbatasan dana
maka mereka akhirnya memutuskan untuk tidak menyekolahkan anaknya. Pada saat observasi berlangsung, terdapat anak keluarga pemulung yang baru lulus SD. Namun
karena orang tuanya tidak ada biaya sedangkan jumlah anggota keluarganya cukup besar 5 orang maka orang tuanya tidak dapat menyekolahkannya ke tingkat lanjutan
walaupun sebenarnya anak tersebut menginginkannya. Berikut adalah pernyataannya:
“Saya baru saja lulus SD mbak, trus karena di desa saya nganggur, saya diajak orang tua saya kesini, buat bantu-bantu orang tua. Terkadang saya
juga suka ikut bantu mulung. Sebenarnya saya ingin sekali sekolah, tapi karena tidak ada biaya maka saya tidak bisa melanjutkan sekolah. Kadang-
kadang saya suka malu mbak, kalau lagi mulung ketemu dengan anak-anak SMP...”Su13 thpemulung
n.
Kepemilikan tabungan
Sebagian besar pemulung tidak memiliki tabungan yaitu sebesar 65,2 persen. Alasannya adalah karena keuangan mereka sangat terbatas. Penghasilan yang didapat
pada suatu hari akan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan belanja esok harinya atau melunasi hutang sebelumnya. Adapun responden yang memiliki tabungan
sebanyak 34,8 persen. Alasan mereka menabung adalah mereka memiliki selisih antara penerimaan yang mereka dapatkan dengan pengeluaran. Biasanya sebagian dari uang
tabungan ini ada yang dikirim ke daerah asalnya, namun lebih banyak yang mempergunakan tabungan ini untuk membayar cicilan kredit seperti televisi, motor,
baju, dan bisa pula untuk membayar utang kepada tetangganya. Namun tabungan pemulung bukanlah tabungan yang melalui bank, melainkan hanya sebagai simpanan di
bedeng. Berdasarkan pemaparan tersebut, kesejahteraan seluruh keluarga pemulung
menurut indikator BKKBN termasuk keluarga prasejahtera karena masih terdapat beberapa kriteria indikator kesejahteraan keluarga prasejahtera yang belum terpenuhi,
diantaranya dilihat dari variasi berpakaian untuk kegiatan yang berbeda ketika bekerja dan di rumah tidak dimiliki oleh 8,7 persen keluarga dan bagian terluas dari lantai
adalah tanah sebanyak 100 persen. Walaupun demikian, seluruh keluarga pemulung ternyata telah mampu memenuhi salah satu kriteria dari keluarga sejahtera 2, yaitu
seluruh anggota keluarga pemulung telah menggunakan jasa dokter atau unit kesehatan resmi untuk berobat. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran 8.
9.6. Kesejahteraan Pemulung Menurut Pandangan Subjektif