Hubungan Antara Karakteristik Kerja dengan Hubungan Sosial

bedengnya dan keluar bila ada perlu saja. Umur yang relatif terpaut jauh dengan umur para tetangganya yang pada umumnya banyak yang lebih muda darinya, membuat komunikasinya kurang begitu baik. Berikut adalah penuturannya: “....saya enggak pernah ngobrol dengan Pak Kadi lapak, enggak ada yang bisa diobrolin. Jadi, kalau udah nimbang, saya langsung balik ke bedeng....”. Sa70 thpemulung Lain halnya dengan responden yang berasal dari Madura tidak sedaerah dengan lapak yang mengaku sering berinteraksi dengan lapaknya. Responden menganggap hubungannya dengan lapak selama ini baik. Berikut adalah ungkapan salah seorang responden: “....saya cukup akrab dengan bos lapak karena memang umur bos itu sepantaran dengan saya. Jadi enak untuk diajak bicara. Memang sih kalau kita lagi sakit suka dibantu, tapi gak cuma-cuma karena kalau kita sudah sembuh kita harus ganti obat tersebut...”. Sr24pemulung

8.3. Hubungan Antara Karakteristik Kerja dengan Hubungan Sosial

Tabel 42 menunjukkan pemulung yang tinggal dengan lapak terakhirnya kurang dari 1 tahun, interaksi yang terjadi antara sesama pemulung tersebut cenderung jarang 35,7 . Mereka masih belum mengenal dengan baik tetangganya yang sama-sama pemulung. Semakin lama seorang pemulung tinggal dengan lapaknya maka interaksi antar pemulung akan semakin sering. Bahkan pemulung yang tinggal lebih dari 4 tahun akan lebih sering berinteraksi dengan sesama pemulung. Hal ini karena pemulung Tabel 42 Persentase Pemulung Menurut Lama Tinggal dengan Lapak Terakhir dan Interaksi Antara Pemulung dengan Masyarakat Interaksi Antar Pemulung Lama Tinggal Di Lapak Terakhir Tahun Jarang Sering Total 1 35,7 64,3 100 1 – 3 20 80 100 3 100 100 tersebut sudah mengenal suasana tempat pemulung tinggal, apa yang sebaiknya dan tidak seharusnya dibicarakan dengan sesama pemulung di dalam bedengan tersebut. Berdasarkan data pada Tabel 43, tampak semakin lama pemulung tinggal dengan lapak terakhirnya maka interaksi antara pemulung dengan lapaknya akan terjalin lebih sering. Interaksi antara pemulung dengan lapak yang paling banyak, terjadi pada pemulung yang telah tinggal dengan lapaknya lebih dari 4 tahun 100 . Hal ini karena pemulung dan lapak sudah saling mengenal secara mendalam antara satu dengan lainnya. Hubungan antara pemulung dengan lapaknya cenderung berlangsung dengan baik. “...Saya cukup dekat hubungannya dengan lapak. Kalau susah kadang kita suka dibantu...” An18 thpemulung Lampiran 3a Pernyataan pemulung ini didukung pula oleh lapaknya. Berikut adalah pernyataannya: “Selama ini, hubungan saya dengan anak buah baik-baik saja. Kita saling menegur satu sama lain. Bila ada anak buah yang lalai atau malas, kita menasihatinya. Kita bersikap terbuka dan fair saja. Terkadang kalau mau lebaran, anak buah saya suka saya beri THR, tapi itu seadanya saja...” An40 thlapak Lampiran 3c Dilihat dari keterhubungan antara lama menjadi pemulung dengan interaksi antar pemulung dalam satu bedengan diketahui bahwa semakin lama responden menjadi pemulung maka interaksi antara sesama pemulung cenderung semakin sering Tabel 43 Persentase Pemulung Menurut Lama Tinggal dengan Lapak Terakhir dan Interaksi Antara Pemulung dengan Lapak Interaksi Pemulung dengan Lapaknya Lama Tinggal Di Lapak Terakhir Tahun Tidak Pernah Jarang Sering Total 1 7,1 28,6 64,3 100 1 – 3 0 20 80 100 3 100 100 Tabel 44 Persentase Pemulung Menurut Lama Menjadi Pemulung dan Interaksi Antara Pemulung dalam Satu Bedengan Interaksi Antar Pemulung Lama Menjadi Pemulung Tahun Jarang Sering Total 1 37,5 62,5 100 1 – 4 27,3 72,3 100 4 16,7 83,3 100 Tabel 45 Persentase Pemulung Menurut Lama Menjadi Pemulung dan Interaksi Antara Pemulung dengan Lapak Interaksi Pemulung dengan Lapak Lama Menjadi Pemulung Tahun Tidak Pernah Jarang Sering Total 1 12,5 37,5 50 100 1 – 4 27,3 72,7 100 4 16,7 83,3 100 Tabel 44. Semakin lama mereka menjadi pemulung, maka mereka akan memiliki lebih banyak pengalaman ketika menjalankan profesi memulung ini. Bagaimana cara memilih barang yang bernilai tinggi, bagaimana cara menanggapi tanggapan-tanggapan miring masyarakat mengenai dirinya, dan berbagai pengalaman lainnya dapat diceritakan kepada pemulung lainnya. Mereka pun akan memahami dengan baik percakapan seperti apa yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan sehingga perasaan masing-masing pemulung dapat terjaga. Dari data pada Tabel 45 dapat dilihat bahwa pemulung yang tidak pernah berinteraksi dengan lapaknya di luar waktu penimbangan semuanya merupakan pemulung baru kurang dari 1 tahun 12,5 . Namun bukan berarti semua pemulung baru tidak bisa berinteraksi dengan lapaknya. Sebanyak 50 persen pemulung baru ternyata sering berinteraksi terhadap lapaknya. Namun semakin lama pemulung menjalani profesi ini maka interaksi antara pemulung dengan lapaknya akan terjadi semakin sering. Jadi kedekatan pemulung dengan lapaknya cenderung dipengaruhi oleh Tabel 46 Persentase Pemulung Menurut Penghasilan dalam Sebulan dan Interaksi antara Pemulung dengan Lapak Interaksi Antara Pemulung dengan Lapak Penghasilan Rp Tidak pernah Jarang Sering Persen ≤ 384.000,00 9,1 36,4 54,5 100 384.00,00 – 559.999,99 28,6 71,4 100 ≥ 560.000,00 100 100 faktor lama menjadi pemulung dan fasilitas yang diberikan oleh lapak kepada pemulung. Berdasarkan pada Tabel 46, diketahui bahwa interaksi yang tidak pernah terjalin antara pemulung dengan lapaknya di luar waktu penimbangan hanya terjadi pada pemulung yang berpenghasilan rendah 9,1 . Begitu pula sebaliknya, interaksi antara pemulung dengan lapaknya terjalin sering hanya pada pemulung yang berpenghasilan tinggi 100 . Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa semakin besar penghasilan pemulung maka interaksi antara pemulung dengan lapaknya cenderung semakin sering. Interaksi antara pemulung dengan warga masyarakat sekitar cenderung jarang 27,3 bahkan tidak pernah 63,6 terjadi pada pemulung yang berpenghasilan rendah Tabel 47. Berdasarkan pengamatan, hal ini dapat terjadi karena pemulung merasa inferior atau rendah diri. Salah satunya karena penghasilan pemulung yang rendah. Alasan lainnya, penghasilan pemulung yang rendah menjadikan pemulung lebih memprioritaskan mencari barang pulungan untuk mendapatkan penghasilan dibandingkan menghabiskan waktu hanya untuk sekedar berinteraksi dengan warga masyarakat sekitar. Kondisi ini berlaku sebaliknya pada pemulung yang berpenghasilan tinggi, dimana interaksi antara pemulung dengan warga masyarakat cenderung sering 57,1 . Dengan penghasilan yang tinggi maka pemulung cenderung merasa tidak terlalu minder atau inferior atas keadaannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa penghasilan pemulung memiliki kecenderungan hubungan dengan interaksi antara pemulung dengan warga masyarakat, dimana semakin tinggi penghasilan pemulung, maka interaksi antara pemulung dengan warga masyarakat cenderung berlangsung semakin sering. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah penghasilan pemulung, maka interaksi antara pemulung dengan warga masyarakat cenderung berlangsung semakin jarang bahkan tidak pernah. Tabel 47 Persentase Pemulung Menurut Penghasilan dalam Sebulan dan Interaksi antara Pemulung dengan Masyarakat Interaksi antara Pemulung dengan Masyarakat Penghasilan Tidak pernah Jarang Sering Persen ≤ 384.000,00 63,6 27,3 9,1 100 384.00,00 – 559.999,99 42,8 28,6 28,6 100 ≥ 560.000,00 42,9 57,1 100 8.4. Ikhtisar Hasil analisis hubungan antara karakteristik pemulung dengan karakteristik kerja pemulung memperlihatkan adanya kecenderungan hubungan antara jenis kelamin dengan lama menjadi pemulung, hari kerja, jam kerja, jarak tempuh, berat barang pulungan, dan penghasilan dimana persentase terbesar pada kategori laki-laki lebih tinggi atau sama dengan kategori perempuan; dan hubungan antara daerah asal dengan lama tinggal di lapak terakhir. Akan tetapi pada hubungan antara usia dengan jam kerja, jarak tempuh, dan penghasilan terlihat kurang konsisten. Hasil analisis juga menunjukkan adanya hubungan antara karakteristik pemulung dengan hubungan sosial pemulung, diantaranya terlihat dari adanya kecenderungan hubungan pada jenis kelamin dan interaksi pemulung dengan masyarakat sekitar, usia dengan interaksi pemulung dalam satu bedengan, daerah asal dengan interaksi pemulung dalam satu bedengan dan interaksi pemulung dengan lapak. Pada hubungan antara karakteristik kerja pemulung dengan hubungan sosial pemulung, juga menunjukkan adanya kecenderungan hubungan, diantaranya terlihat dari hubungan antara lamanya pemulung tinggal di lapak terakhir dengan interaksi antara pemulung dengan masyarakat dan interaksi antara pemulung dengan lapaknya, lama menjadi pemulung dengan interaksi antara pemulung dalam satu bedengan dan interaksi antara pemulung dengan lapaknya, penghasilan pemulung dengan interaksi antara pemulung dengan lapaknya dan interaksi antara pemulung dengan masyarakat sekitar. Dengan demikian, antara karakteristik pemulung dengan karakteristik kerja pemulung dan dengan hubungan sosial serta karakteristik kerja pemulung dengan hubungan sosial pemulung memiliki kecenderungan hubungan walau tidak semua variabel menunjukkan hubungan yang cukup konsisten. BAB IX KESEJAHTERAAN PEMULUNG Dalam bab ini, kesejahteraan pemulung dilihat dari penghasilan total keluarga pemulung, pengeluaran total keluarga untuk pangan, kepemilikan barang-barang fasilitas keluarga, kesehatan pemulung, kesejahteraan pemulung menurut indikator kesejahteraan BKKBN, dan kesejahteraan pemulung menurut pandangan subjektif. Adapun responden yang digunakan dalam mengkaji kesejahteraan pemulung berbeda dari bab sebelumnya. Responden merupakan keluarga pemulung sebanyak 23 keluarga.

9.1. Penghasilan Total Keluarga Pemulung