1.2. Perumusan Masalah
Profesi pemulung banyak digeluti oleh mereka yang memiliki keterbatasan pendidikan dan keterampilan. Di saat pemerintah tidak mampu menyediakan lapangan
kerja, profesi pemulung masih dapat hidup dengan segala keterbatasannya. Pada umumnya, mereka yang terjun di usaha ini tidak memiliki alternatif pekerjaan lain
selain memulung. Alasannya tak lain karena keterbatasan sumberdaya manusianya, seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Namun, dari segala keterbatasannya, profesi
ini masih dapat bertahan bahkan tetap hidup di kala usaha-usaha lain mengalami kemunduran, terutama pada saat terjadi krisis moneter. Selain itu, penghasilan yang
diterima oleh pemulung pun cukup besar jumlahnya walaupun hanya dengan menggunakan modal yang sangat terbatas ataupun tanpa modal tertentu.
Kehadiran pemulung memberikan “warna” tersendiri bagi perekonomian di Indonesia. Di satu sisi, kehadirannya dianggap telah menggangu keindahan,
kenyamanan, dan ketertiban kota. Namun di sisi lain, pemulung turut membantu pihak Dinas Kebesihan setempat dalam mengurangi gunungan sampah di tempat pembuangan
sampah TPS ataupun tempat pembuangan akhir TPA. Fenomena pemulung makin marak belakangan ini, terutama di daerah perkotaan ataupun daerah yang dekat dengan
pusat kota. Pada Desa Kedaung, terdapat lima permukiman pemulung dimana hampir seluruh penghuninya berasal dari Jawa Tengah. Dilihat dari keterhubungan pemukiman
tersebut dengan pemukiman di sekitarnya, dimana pemukiman pemulung tersebut merupakan bagian dari Rukun Warga RW tertentu, agaknya keberadaan pemulung ini
secara “de facto” telah diakui oleh masyarakat sekitar. Namun keberadaan pemulung ini masih kurang mendapat perhatian dari pemerintah setempat, dalam hal ini Desa
Kedaung. Hal ini terlihat dari belum adanya data-data ataupun program-program kesejahteraan yang terkait dengan pemulung tersebut.
Berdasarkan pemahaman di atas maka dapat diajukan perumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah karakteristik pemulung?
2.
Bagaimanakah karakteristik kerja pemulung?
3.
Bagaimanakah bentuk hubungan sosial antar pemulung itu sendiri, antara pemulung
dengan lapaknya, masyarakat sekitar, dan pemerintah setempat? 4.
Bagaimanakah hubungan antara karakteristik pemulung dengan karakteristik kerja
dan hubungan sosial pemulung serta hubungan karakteristik kerja dengan hubungan sosial pemulung?
5.
Bagaimanakah keadaan kesejahteraan pemulung?
1.3. Tujuan