Frekuensi Pulang ke Daerah Asal Ikhtisar

Tabel 19 Jumlah Pemulung Menurut Frekuensi Pulang ke Daerah Asal dalam Setahun, 2005 Frekuensi Pulang ke Daerah Asal dalam Setahun Jumlah Persen Belum pernah pulang 6 24 1 12 bulan sekali 8 32 1,5 8 bulan sekali 1 4 2 6 bulan sekali 4 16 3 4 bulan sekali 2 8 4 3 bulan sekali 1 4 6 2 bulan sekali 3 12 Total 25 100 Rata-rata = 1,84 kali per tahun

6.12. Frekuensi Pulang ke Daerah Asal

Frekuensi pemulung pulang ke daerah asalnya dalam setahun rata-rata 1,8 kali 1 - 2 kali dalam setahun Tabel 19. Pemulung yang sering pulang ke kampung halamannya adalah mereka yang masih memiliki kepentingan di daerah asalnya. Kepentingan-kepentingan tersebut antara lain hajatan, mengurusi rumah yang ditinggalkan, menengok saudara-saudara terdekatnya, dan mengurusi lahannya. Pemulung akan lebih banyak pulang ke kampung halamannya pada bulan-bulan tertentu yaitu ketika lebaran, musim tanam dan musin panen yang membutuhkan banyak buruh tani. Akan tetapi ada juga pemulung yang belum pernah pulang sama sekali. Beberapa alasannya karena tidak mempunyai biaya, tidak mempunyai saudara yang dapat dikunjungi lagi ataupun tanah di daerah asalnya.

6.13. Ikhtisar

Pemulung telah menjalani pekerjaan ini rata-rata selama 3,65 tahun dengan kisaran kurang dari 1 tahun sampai dengan 10 tahun. Pemulung tinggal di lapak terakhir rata-rata selama 1 tahun. Hal ini berarti pekerjaan pemulung merupakan pekerjaan yang tidak terikat. Lama tinggal pemulung tergantung dari fasilitas dan rasa persaudaraan yang diberikan oleh lapak. Adapun motivasi kerja yang dimiliki pemulung adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar terutama pangan. Sebagian besar pemulung berpenghasilan Rp421.200,00 dengan kisaran Rp150.000,00 sampai dengan Rp900.000,00 per bulan. Sistem pembayaran pemulung adalah timbang bayar. Pemulung muda setelah seharian bekerja biasanya langsung menimbang barang pulungan yang telah didapatkannya, sedangkan pemulung tua biasanya menunggu selama dua sampai dengan tiga hari untuk menunggu barang pulungan yang dikumpulkannya telah cukup berat untuk ditimbang. Dalam sebulan rata-rata pemulung bekerja selama 25 hari dengan hari kerja terendah 14 hari dan tertinggi 30 hari. Mengenai jam kerjanya, pemulung bekerja rata- rata selama 5,3 jam, dengan kisaran 3 – 13 jam per hari. Dalam bekerja, pemulung menempuh jarak rata-rata 5 km per harinya. Jenis barang pulungan yang diambil adalah semua jenis barang kecuali sayuran. Barang yang diambil biasanya berasal dari jenis kertas, kardus, plastik, benda logam, beling, dan sebagainya. Dalam sebulan pemulung biasanya berhasil mendapatkan barang pulungan dengan berat rata-rata 642,8 kg. Dalam memulung peralatan wajib yang biasa digunakan adalah ganco, karung, dan gerobak. Peraturan dalam memulung tidak disebutkan secara tertulis melainkan hanya berupa kesepakatan. Hal yang sering dibahas adalah mengenai wilayah kerja. Dalam setahun pemulung sebagian besar rata-rata mengirimkan uang 1 – 2 kali, dengan besar uang rata-rata Rp. 183.800,00. Frekuensi pemulung pulang ke daerah asalnya dalam setahun rata-rata 1 – 2 kali. BAB VII HUBUNGAN SOSIAL PEMULUNG Sebagai makhluk sosial, pemulung membutuhkan pengakuan untuk dihargai, salah satunya adalah membina hubungan dengan orang lain. Namun kehidupan pemulung sepertinya terpisah dari masyarakat secara luas. Oleh karena itu, pada bab ini yang dikaji adalah hubungan sosial pemulung. Selanjutnya, bab ini akan membahas hubungan antar pemulung dalam satu bedengan, hubungan pemulung dengan lapak, hubungan pemulung dengan masyarakat sekitar dan hubungan pemulung dengan pemerintah Desa Kedaung.

7.1. Hubungan Antar Pemulung dalam Satu Bedengan