Dasar Pemikiran Struktur Ekonomi dan Kesempatan Kerja Sektor Pertanian dan Non Pertanian serta Kualitas Sumberdaya Manusia di Indonesia

37 III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Dasar Pemikiran

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa yang tergolong tenaga kerja adalah penduduk yang berusia 15 - 64 tahun. Disisi lain Tambunan 1996 mengatakan tenaga kerja itu adalah bagian dari penduduk usia kerja, baik yang bekerja maupun mencari kerja, yang masih mau dan mampu untuk melakukan pekerjaan. Lebih jauh dikatakanny a, terdapat perbedaan pengertian antara angkatan kerja working age population dengan tenaga kerja labour force walaupun keduanya sering diartikan sama. Angkatan kerja adalah penduduk yang berdasarkan usianya sudah bisa bekerja, sedangkan tenaga kerja adalah penduduk yang sedang bekerja atau aktif mencari kerja. Jadi orang yang sudah masuk usia kerja 10 – 64 65 tahun belum tentu bekerja, mau bekerja atau aktif mencari kerja seperti mahasiswa atau ibu rumah tangga. Oleh karena itu, di suatu negara jumlah angkatan kerja tidak selalu sama dengan jumlah tenaga kerja. Menurut Ananta 1990, Indonesia menggolongkan penduduk yang berusia 10 tahun ke atas sebagai tenaga kerja, dengan alasan bahwa telah banyak penduduk yang berusia 10-14 dan 65 tahun yang bekerja. Berdasarkan sensus penduduk, jumlah penduduk yang telah bekerja itu mencerminkan jumlah kesempatan kerja yang ada. Berarti kesempatan kerja itu bukanlah lapangan pekerjaan yang masih terbuka walaupun komponen yang terakhir ini akan menambah kesempatan kerja yang ada di waktu yang akan datang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sigit 1989 dan Rahmat 1992 bahwa transformasi terjadi salah satunya disebabkan oleh adanya kesempatan kerja yang terbatas pada sektor pertanian, dan semakin terbukanya kesempatan kerja di 38 sektor non pertanian, serta semakin membaiknya aksessibilitas antara pedesaan dan perkotaan dan pengaruh status sosial masyarakat setempat. Faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kesempatan kerja pada sektor pertanian juga merupakan hal yang dapat menentukan kenapa terjadinya transformasi dari sektor pertanian ke sektor non pertanian. Dengan kata lain terjadinya transformasi tenaga kerja di sektor ini dapat dikelompokkan menjadi dua hal yaitu disebabkan karena adanya: 1 faktor pendorong, dan 2 faktor penarik. Faktor pendorong dari sektor pertanian seperti tingkat upah yang lebih baik, status sosial masyarakat, dan tingkat pendidikan. Sedangkan faktor penarik yang umumnya dari sektor industri dan jasa seperti upah yang lebih tinggi, tingkat pendidikan yang lebih baik, prestise dimasyarakat dilihatnya lebih baik. Sesuai dengan uraian pada bab sebelumnya bahwa hasil pembangunan di sektor pertanian adalah merupakan penggabungan dari sektor industri dan jasa, maka sudah barang tentu kedua sektor ini akan dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap terjadinya transformasi tenaga kerja maupun kualitas sumberdaya manusia, bila di kedua sektor tersebut ada suatu investasi yang baik yang dapat menciptakan lapangan kerja dengan spesifikasi kualitas yang relatif lebih baik juga. Berdasarkan uraian di atas, proses transformasi tenaga kerja Indonesia dan kualitas sumberdaya manusia dari sektor pertanian ke sektor non pertanian bukan karena hanya terbatasnya lapangan kerja di sektor pertanian melainkan diakibatkan adanya indikasi bahwa dengan bekerja di luar sektor pertanian industri, jasa akan memberikan dampak penghasilan yang lebih baik, gengsi yang lebih tinggi di masyarakat dan lain lain. Secara empiris kondisi ini sudah berkembang di masyarakat sehingga generasi yang telah mengenyam pendidikan terutama bidang pertanian seharusnya dapat berkeja dengan disiplin ilmu yang dimilikinya kembali 39 ke kampung halamannya untuk mengembangkan dan mengaplikasikan ilmunya, ternyata mereka sangat sulit untuk melakukan hal tersebut. Dengan semakin berkembangnya pembangunan di negara kita maka persentase tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian mengalami penurunan dan sebaliknya sektor industri dan jasa mengalami peningkatan. Ini merupakan salah satu ciri suatu negara yang mengarah ke industri disamping adanya sumbangan terhadap produk domestik bruto sektor pertanian mengalami penurunan Widodo,1997.

3.2. Permintaan Tenaga Kerja