28 upahpendapatan sektor pertanian dibandingkan dengan sektor non pertanian, juga
dipengaruhi oleh faktor pemilikan tanah dan status sosialnya dimasyarakat.
2.9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja di Sektor
Pertanian dan Non Pertanian Pertumbuhan angkatan kerja semakin besar salah satunya diakibatkan oleh
bertambahnya jumlah penduduk yang tentunya akan dapat berimplikasi terhadap ketersediaan kesempatan kerja baru. Bila dilihat lebih dalam, kesempatan kerja yang
baru sudah barang tentu tidak hanya diperuntukkan bagi angkatan kerja baru akan tetapi juga diperlukan oleh angkatan kerja yang belum memperoleh pekerjaan.
Sektor pertanian juga mengalami hal serupa, yaitu walaupun kesempatan kerja bertambah, namun pertambahan ini tidak dapat menampung semua angkatan kerja di
sektor ini, hal ini juga dapat sebagai pendorong kenapa pekerja di sektor pertanian pindah ke sektor non pertanian.
Menurut Sawit 1986 faktor yang mendorong dan mengatur permintaan tenaga kerja juga diakibatkan oleh adanya jadwal tanam yang mengatur pergiliran
waktu tanam sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi permintaan tenaga kerja di daerah tersebut. Lebih jauh dikatakannya bahwa permintaan tenaga
kerja ditentukan juga oleh musim tanam utama di suatu daerah. Paling tidak ada dua hal yang dapat mempengaruhinya yaitu : 1 masa kekurangan pekerjaan di desa
yaitu pada masa d imana sektor pertanian sepi sehingga yang dominan adalah non pertanian dan 2 masa sibuk di bidang pertan ian permintaan tenaga kerja
semakin tinggi dengan upah yang diharapkan semakin tinggi pula. Disisi lain Yusdja 1985 mengatakan, bahwa kesempatan kerja di sektor pertanian juga
dipengaruhi oleh luas tanah pertanian, produktivitas, intensifikasi tanaman dan teknologi yang diterapkan. Di sektor non pertanian dipengaruhi oleh volume
29 produksi, teknologi dan tingkat harga komoditi. Kesempatan kerja yang umumnya
ditentukan oleh luas lahan adalah usaha peternakan dan perikanan. Kesempatan kerja pada sektor ini lebih banyak ditentukan oleh jumlah ternak dan luasnya daerah
penangkapan ikan. Sedangkan Rahardjo 1986 menyatakan, bahwa penyerapan tenaga kerja dipengaruhi oleh intensitas dan pola tanam, karena itu peningkatan
kesempatan kerja di sektor pertanian perlu ditunjang oleh peningkatan produksi dengan perbaikan penyediaan sarana prasarana yang dapat mendukung peningkatan
produksi. Dengan demikian, dapat dikatakan sektor pertanian memiliki daya serap yang cukup tinggi terhadap tenaga kerja yang ada, sehingga sebagai salah satu sektor
yang berperan penting dalam penyerapan tenaga kerja maka sektor pertanian inipun akhirnya menjadi penyedia tenaga kerja juga bagi sektor industri dan jasa. Ini berarti
akan terjadi transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian dalam hal tenaga kerja.
2.10. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Transformasi Tenaga Kerja dari Sektor Pertanian ke Sektor non Pertanian
Sagir 1996 menyatakan bahwa sektor pertanian merupakan sektor dengan daya serap yang tinggi terhadap tenaga kerja yang ada, jelaslah bahwa untuk
memasuki era industri -globalisasi maka langkah pertama yang harus digarap adalah program pembangunan sumberdaya manusia di sektor pertanian. Sebagai sektor
penyerap tenaga kerja terbesar, maka sektor pertanian merupakan sumber tenaga kerja bagi sektor non pertanian, tanpa harus menghadapi kemerosotan tingkat
produksi, dengan prasyarat terlebih dahulu harus terjadi kenaikan produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian. Peningkatan produktivitas di sektor pertanian
memungkinkan adanya pergeseran ke sektor non pertanian tanpa kekawatiran kemerosotan produksi.
30 Sumbangan faktor produksi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non
pertanian merupakan mobilitas tenaga kerja. Jika industri dapat diidentikan dengan kota maka yang terjadi adalah mobiltas ruang. Hal ini terjadi karena adanya tenaga
kerja di sektor pertanian yang melimpah sehingga produktivitas marginal dari tambahan satu satuan tenaga kerja di sektor pertanian mendekati nol. Sementara
sektor industri sedang melakukan perluasan usahanya yang memerlukan banyak tambahan tenaga kerja.
Peran lain sektor pertanian yang tak kalah pentingnya adalah menyediakan kesempatan kerja bagi angkatan kerja yang terus bertambah. Peran ini akan lebih
menonjol lagi seandainya penciptaan lapangan kerja dan penyerapan angkatan kerja di sektor industri tidak lebih cepat dari pertumbuhan angkatan kerja. Hal ini dapat
terjadi seandainya industri yang dikembangkan hanyalah yang berorientasi pada jenis teknologi pada modal atau terjadi stagnasi dalam sektor tersebut.
Dalam pembangunan ekonomi ciri lain yang paling menonjol adalah makin meningkatnya peranan sektor non pertanian, disisi lain peranan sektor pertanian
semakin menurun sehingga dapat dikatakan bahwa pembangunan ekonomi sejalan dengan perkembangan industri. Dengan demikian terjadilah transformasi tenaga
kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian. Menurut Tambunan 1996, pertumbuhan ekonomi suatu negara ditandai
oleh terjadinya perubahan struktur ekkonomi, adanya peningkatan produktivitas dan partisipasi tenaga kerja. Untuk menaikkan produktivitas tenaga kerja di sektor
pertanian dapat dipercepat dengan cara memberikan kesempatan kerja bagi sektor pertanian dengan memberikan kesempatan saling menunjang antar sektor. Kemudian
perkembangan ekonomi di suatu pedesaan telah ikut andil dalam merubah struktur ketenagakerjaan di pedesaan, berkembangnya kegiatan non pertanian telah
31 mengakibatkan peralihan tenaga buruh pertanian ke non pertanian yang sudah
barang tentu akan menimbulkan masalah dalam penyediaan tenaga kerja usahatani. Disamping disebabkan oleh faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan terjadinya
transformasi tenaga kerja Rahmat, 1992. Untuk melihat lebih jauh faktor-faktor yang mempengaruhi transformasi
tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian menurut hasil penelitian Kagami 2000 di propinsi Sumatera Selatan menyatakan bahwa sektor pertanian
masih mendominasi dalam struktur ketenagakerjaan Sumatera Selatan, namun dari tahun ke tahun pangsa relatifnya menunjukkan penurunan. Namun penurunannya ini
sangat lambat, sampai tahun 1997 pangsa sektor pertanian masih menyerap lebih dari 50 persen kesempatan kerja total. Dengan kenyataan ini dapat dikatakan bahwa
selama ini transformasi ketenagakerjaan yang terjadi berlangsung sangat lamban. Lebih lanjut hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian di Sumatera Selatan yaitu kesempatan kerja sektor pertanian, kesempatan
kerja sektor industri, dan kesempatan kerja sektor jasa. Hasil dugaan parameternya menunjukkan bahwa variasi transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor
non pertanian sekitar 80.22 persen mampu dijelaskan oleh peubah kesempatan kerja di sektor pertanian, kesempatan kerja sektor industri dan kesempatan kerja di sektor
jasa, dan sisanya sebesar 19.78 persen dijelaskan oleh peubah lainnya. Menurut Sigit 1989, faktor penyebab terjadinya terjadinya transformasi
tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian dapat dikategorikan menjadi dua yaitu : 1 faktor pendorong dan 2 faktor penarik. Faktor pendorong
yang berasal dari sektor pertanian sedangkan faktor penarik berasal dari sektor non pertanian. Secara umum penyebab transformasi tenaga kerja terjadi akibat adanya
32 perubahan pada tingkat pendidikan, penduduk usia muda yang makin meningkat,
perubahan norma-norma yang berhubungan dengan jenis dan situasi pekerjaan dikalangan pencari kerja dan masyarakat umumnya, adanya peluang untuk berkerja
di luar sektor pertanian, sempitnya pemilikan lahan pertanian sawah dan meningkatnya penggunaan teknologi serta tingkat upah yang relatif lebih tinggi di
sektor non pertanian. Sementara itu Rahmat 1992, menyatakan transformasi tenaga kerja terjadi akibat adanya perubahan sikap mental para tenaga kerja, upah tenaga
kerja di sektor pertanian cendrung tetap, timbulnya kesempatan kerja baru di sektor non pertanian, kenyamanan bekerja di sektor non pertanian dan semakin
meningkatnya atau membaikknya kondisi komunikasi sehingga terjadi proses trasformasi.
Faktor-faktor lainnya yang disampaikan oleh Yennetri 1998 dalam penelitiannya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja dan
transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke non pertanian di Sumatera Barat adalah keterbatasan modal, teknologi dan skala usaha. Sedanngkan penelitian
Sumaryanto 1990 tentang penawaran tenaga kerja pertanian dan perubahannya di beberapa desa di Jawa Barat dengan menggunakan ekonometrik dan analisis regresi
tunggal menyatakan bahwa faktor-faktor utama yang mempengaruhi penawaran tenaga kerja adalah tingkat upah, luas sawah garapan, hubungan kerja
kelembagaan dan kondisi agro ekosistem.
2.11. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Sumberdaya Manusia