20 tenaga kerja juga meningkat dari 57.94 persen menjadi 62.86 persen. Sementara di
sektor lain kecendrungannya mengalami penurunan Adriani, 2000. Jadi pada periode krisis ekonomi, sektor pertanian adalah sektor yang dapat
bertahan, walaupun pada periode sebelumnya sektor pertanian adalah sektor yang cendrung terabaikan oleh para penentu kebijakan. Para penentu kebijakan
pemerintah yang umumnya didominasi oleh ekonom makro dan industrialis mengalami kekurangan apresiasi terhadap pentingnya peranan sektor pertanian
terutama di wilayah perdesaan.
2.6. Transformasi Struktur Lapangan Kerja
Perubahan fundamental yang terjadi dalam struktur ekonomi Indonesia ternyata membawa dampak cukup besar terhadap struktur lapangan kerja, dimana
tenaga kerja yang ada banyak mengalami pergeseran-pergeseran misalnya dari sektor pertanian ke sektor di luar pertanian akibat semakin bertambahnya lapangan
kerja baru yang tercipta. Sebelum krisis ekonomi pertumbuhan tenaga kerja di lapangan usaha pada
sektor-sektor di luar pertanian lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan di sektor pertanian Zulkarnaen, 1995. Perubahan struktur tenaga kerja tersebut juga
membawa dampak terhadap cara hidup dan kebutuhan hidup keluarga, yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap pola konsumsinya.
Namun sejak krisis ekonomi pertengahan tahun 1997 kondisi ketenagakerjaan di Indonesia menjadi berubah sehingga diperlukan strategi dan
reformasi kebijakan un tuk mengatasi ketenagakerjaan di Indonesia Swasono, 1999. Secara nasional, pangsa penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian menunjukkan
peningkatan sebesar 4.24 persen, sementara sektor-sektor di luar pertanian justru
21 terjadi penurunan. Pada kenyataannya memang dijumpai kasus angkatan kerja yang
kehilangan kesempatan kerja di kota dan kembali ke desa. Menurut Warr dalam Nurmanaf dan Susilowati 2000, sekitar 20 persen diantara mereka masuk dan
bekerja di sektor pertanian. Fenomena ini menunjukkan bahwa sektor pertanian sangat akomodatif dalam penyerapan tenaga kerja. Namun dalam menyikapi
meningkatnya pangsa tenaga kerja sektor pertanian perlu berhati-hati, karena apabila kesempatan kerja yang mampu disediakan oleh sektor pertanian ternyata lebih kecil
dibanding peningkatan tenaga kerja di sektor tersebut berarti hanya menciptakan penggangguran tidak kentara dan penurunan produktivitas sektor pertanian. Oleh
karena itu meningkatnya pangsa tenaga kerja pertanian memerlukan penciptaan kesempatan kerja, agar dapat menekan laju penurunan produktivitas sektor
pertanian. Secara umum, penciptaan kesempatan kerja dipengaruhi oleh dua faktor
pokok yaitu: 1 proses produksi dan 2 pasar. Untuk proses produksi diperlukan adanya investasi, masukan yang berupa bahan, energi alam dan energi manusia yang
dikombinasikan dengan menggunakan teknologi untuk menghasilkan barang dan jasa. Seterusnya diperlukan pasar untuk mendistribusikan hasil produksi kepada
yang menggunkannya dan agar produsennya memperoleh pendapatan. Selain itu, pasar diperlukan untuk menyediakan masukan bagi proses produksi Suroto, 1992.
Menurut Sagir 1996 menyebutkan, agar pergeseran transformasi dari sektor pertanian ke sektor non pertanian itu tidak mengakibatkan kemerosotan
tingkat produksi, maka langkah yang harus dilaksanakan adalah: 1 program pengembangan sumberdaya manusia di sektor pertanian dengan sasaran
meningkatkan produktivitas kerja sektor pertanian dengan mengolah hasil pertanian dan 2 memindahkan sumberdaya manusia sektor per tanian ke sektor industri
22 pengolahan, dengan terlebih dahulu menyiapkan mereka sebagai tenaga kerja
terampil dan terlatih untuk memasuki pasar kerja industri olahan.
2.7. Struktur Lapangan Kerja dan Kualitas Angkatan Kerja