23 demikian bagi angkatan kerja yang kurang berpendidikan akan beralih ke sektor-
sektor informal di luar sektor pertanian. Pergeseran struktur ekonomi memang diharapkan dapat menyerap tenaga
kerja lebih banyak ke sektor industri yang memiliki efek multiplier terhadap sektor- sektor lainnya. Dengan demikian, sektor industri tidak hanya membuka lapangan
kerja bagi sektornya sendiri tetapi juga lapangan kerja di sektor lain. Namun, seberapa jauh perkembangan sektor industri dalam membuka lapangan kerja baru
tergantung pada faktor kepadatan karya industri pengolahan.
2.8. Mobilitas Tenaga Kerja Pertanian
Menurut konsep klasik dari Kuznets 1966 mengatakan bahwa sektor pertanian mempunyai peran penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional negara
berkembang. Peran tersebut diwu judkan dalam bentuk sumbangan produk, sumbangan pasar dan sumbangan faktor produksi dan sumbangan devisa.
Sumbangan faktor produksi tenaga kerja sektor pertanian ke sektor non pertanian merupakan mobilitas sektoral tenaga kerja. Jika industri dapat diindentikkan dengan
kota maka yang terjadi adalah mobilitas ruang dari desa ke kota atau urbanisasi. Dalam konsep di atas, hal ini terjadi karena adanya tenaga kerja di sektor pertanian
yang melimpah sehingga produktivitas marginal dari tambahan satu satuan tenaga kerja di sektor pertanian mendekati nol. Sementara sektor industri sedang melakukan
perluasan usahanya yang memerlukan banyak tambahan tenaga kerja. Peran lain dari sektor pertanian yang juga tidak kalah pentingnya adalah
menyediakan kesempatan kerja bagi angkatan kerja yang terus bertambah. Peran ini akan lebih menonjol lagi seandainya penciptaan lapangan kerja dan penyerapan
angkatan kerja di sektor industri tidak lebih cepat dari pertumbuhan angkatan kerja.
24 Hal ini dapat terjadi seandainya industri yang dikembangkan hanyalah yang
berorientasi pada jenis teknologi padat modal atau terjadi stagnasi dalam sektor tersebut.
Dalam uraian sebelumnya analisis struktur ekonomi dalam proses pembangunan kebanyakan didasarkan pada pola perubahan yang terjadi dalam
proses pembangunan ekonomi di negara-negara maju. Perbedaan antara keadaan negara-negara berkembang pada masa kini dengan keadaan negara maju pada waktu
mereka baru mulai mangalami pembangunan, bersumber dari masalah penduduk yang dihadapi. Adanya sifat perkembangan penduduk dan masalah pengangguran di
negara berkembang, mendorong ahli ekonomi untuk membuat teori mengenai corak pembangunan dan perubahan struktur ekonomi
dalam suatu masyarakat, dimana : 1 penduduknya sebagian besar masih menjalankan kegiatan sektor pertanian yang
tradisional, dan 2 sektor tersebut mempunyai kelebihan jumlah tenaga kerja sehingga menghadapi masalah pengangguran terbuka dan tersembunyi. Hal seperti
ini dipelopori oleh Lewis dan kemudian diperdalam oleh Fei dan Ranis Suryana, 1989.
Menurut teori proses transfer tenaga kerja dari sektor pertanian ke non industri yang dikembangkan oleh Fei – Ranis seperti yang ditulis Suryana 1989
adalah bahwa transfer tenaga kerja dibaginya menjadi tiga tahapan berdasarkan pada produktivitas fisik marginal MPP dan upah yang dianggap konstan dan ditetapkan
eksogenus. Tahap pertama, karena tenaga kerja melimpah produktivitas fisik marginal MPP tenaga kerja sama dengan atau mendekati nol sehingga surplus
tenaga kerja yang ditransfer dari sektor pertanian ke sektor industri mempunyai kurva penawaran yang elastis sempurna. Pada tahap ini walaupun ada transfer
tenaga kerja, total produksi di sektor pertanian tidak menurun, produktivitas tenaga
25 kerja meningkat, dan sektor industri dapat tumbuh karena didukung oleh adanya
tambahan tenaga kerja yang disediakan sektor pertanian. Dengan demikian, transfer tenaga kerja menguntungkan kedua sektor ekonomi seperti terlihat pada Gambar 1,
dimana produktivitas fisik marginal tenaga kerja sama dengan nol digambarkan pada ruas OB, tingkat upah sepanjang garis W Gambar 1b, penawaran tenaga kerja yang
elastis sempurna sepanjang So Si Gambar 1a. Tahap kedua, pengangguran satu satuan tenaga kerja di sektor pertanian akan menurunkan produksi karena MPP
tenaga kerja sudah positif ruas BC namun besarnya MPP masih lebih kecil dari tingkat upah W. Transfer tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri pada
tahap ini mempunyai biaya imbangan positif, sehingga kurva penawaran tenaga kerja di sektor industri mempunyai elastis positif sejak titik Si. Transfer akan tetap
terjadi, produsen di sektor pertanian akan dengan senang hati melepaskan tenaga kerjanya walaupun mengakibatkan produksi menurun karena penurunan tersebut
lebih rendah dari besarnya upah yang tidak jadi dibayarkan. Di pihak lain, karena surplus produksi yang ditawarkan ke sektor industri menurun sementara
permintaannya meningkat karena ada tambahan tenaga kerja yang masuk, harga relatif komoditas pertanian akan meningkat. Tahap ketiga adalah komersialisasi di
kedua sektor ekonomi. Pada tahap ini produktivitas fisik marginal tenaga kerja sudah lebih tinggi dari upah. Produsen pertanian akan mempertahankan tenaga
kerjanya sehingga masing-masing sektor akan harus berusaha secara efisien. Transfer masih akan terus terjadi jika inovasi teknologi di sektor pertanian dapat
meningkatkan produktivitas fisik marginal tenaga kerja. Sementara itu, permintaan tenaga kerja meningkat terus dari sektor industri dengan asumsi keuntungan
pembentukan modal di sektor ini diinvestasikan kembali untuk memperluas usaha, mekanisme ini dapat digambarkan seperti pada Gambar 1.
26 Gambar 1. Model Fei - Ranis Tentang Transfer Tenaga Kerja dari Sektor Pertanian
ke Sektor Industri Produk
Marginal
Sii
So Si
Fiii
Fi Fii
Produk fisik marginal Tenaga kerja
Gambar 1.a. Sektor Industri Dalam model Fei - Ranis ini kecepatan transfer tenaga kerja dari sektor
pertanian dan sektor industri bergantung pada : 1 tingkat pertumbuhan penduduk, 2 perkembangan teknologi di sektor pertanian, dan 3 tingkat pertumbuhan stok
modal di sektor industri yang ditentukan oleh keuntungan yang dicapai industri dan surplus yang terjadi di sektor pertanian.
Produk Rata-rata
Produk fisik marginal MPP
W Upah konstan
I B
II C III Tenaga Kerja
Gambar 1.b. Sektor Pertanian
27 Dengan demikian keseimbangan pertumbuhan di kedua sektor tersebut
menjadi prasyarat untuk menghindari stagnasi dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Ini berarti sektor tersebut harus tumbuh seimbang dan transfer serta
penyerapan tenaga kerja di sektor industri harus lebih cepat dari pertumbuhan angkatan kerja.
Mobilitas tenaga kerja di Indonesia saat ini tidak dapat diidentifikasikan hanya dengan salah satu tahapan model Fei - Ranis seperti yang telah diuraikan di
atas. Dapat saja mobilitas tenaga kerja di suatu daerah dicirikan oleh tahap satu, tetapi di daerah lainnya sudah berada pada tahap tiga. Keadaan ini disebabkan
besarnya keragaman tahapan perkembangan pembangunan pertanian di Indonesia yang bergantung pada kualitas sumberdaya, identitas campur tangan manusia dan
inovasi teknologi. Namun demikian, asumsi bahwa produktiv itas fisik marginal tenaga kerja sama dengan nol yang mencirikan tahap pertama model Fei - Ranis
tidak didukung oleh hasil-hasil penelitian sebelumnya Suhartini, 2001. Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa transfer tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor non pertanian masih tetap berlangsung. Transfer tersebut tidak berada pada tahap pertama dalam model Fei - Ranis, karena bukti-bukti empiris menunjukkan
bahwa dengan anggapan teknologi yang diterapkan saat ini relatip tetap, produktivitas fisik marginal tenaga kerja masih positip dan penawaran tenaga kerja
pertanian di sektor industri tidak elastis sempurna. Bagi yang terjun di sektor pertanian, transfer yang terjadi didorong oleh adanya harapan upah pendapatan di
sektor industri yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor pertanian. Keadaan ini cocok diterangkan pada tahapan kedua atau ketiga dari model Fei - Ranis.
Sedangkan menurut Sutrisno 1985, dalam penelitiannya menyatakan faktor-faktor yang paling dominan mempengaruhi keputusan mobilitas kerja adalah rasio
28 upahpendapatan sektor pertanian dibandingkan dengan sektor non pertanian, juga
dipengaruhi oleh faktor pemilikan tanah dan status sosialnya dimasyarakat.
2.9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja di Sektor