Hubungan Antara Produk Domestik Bruto dan Tenaga Kerja

76 sektor pertanian semakin menurun yaitu dari sebesar 75.70 persen pada tahun 1980 turun menjadi sebesar 62.92 persen di tahun 2003. Sebaliknya sektor industri memberikan peran semakin meningkat dari sebesar 9.06 persen menjadi sebesar 20.25 persen, sedangkan sektor jasa mengalami perubahan yang relatif konstan. Dari data pada Tabel 10 dapat digambarkan sebagai berikut : 10 20 30 40 50 60 70 80 1980 1982 19 84 19 86 19 88 19 90 1992 1994 1996 1998 20 00 20 02 Tahun Persentase TK Pertanian TK Industri TK Jasa Gambar 4. Perubahan Struktur Ketenagakerjaan Indonesia, Tahun 1980 – 2003

6.3. Hubungan Antara Produk Domestik Bruto dan Tenaga Kerja

Apabila struktur perekonomian, seperti yang disajikan pada Tabel 9 dan Gambar 3 dihubungkan dengan struktur ketenagakerjaan seperti yang disajikan pada Tabel 10 dan Gambar 4, maka dapat dijelaskan bahwa struktur ketenagakerjaan belum sejalan dengan struktur perekonomian, artinya struktur perekonomian yang baik tersebut tidak didukung oleh srtuktur ketenagakerjaan yang baik dan mantap pula atau dengan kata lain terdapat ketimpangan distribusi tenaga kerja antar sektor perekonomian. Sebagai contoh, data pada tahun 2003 menunjukkan bahwa pangsa relatif tenaga kerja yang berada di sektor pertanian masih cukup tinggi yaitu sebesar 62.92 persen, industri sebesar 20.25 persen dan jasa sebesar 16.83 persen, sedangkan pangsa relatif sektor pertanian, industri dan jasa dalam pembentukan produk 77 domestik bruto masing-masing adalah 27.03 persen, 45.30 persen dan 27.67 persen. Jadi, kenyataan ini secara agregat menunjukkan bahwa laju transformasi atau pergeseran perekonomian tidak diimbangi oleh laju pergeseran tenaga kerja antar sektor Gambar 5. 10 20 30 40 50 60 70 80 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Tahun Persentase thd PDBTK PDB Pertanian TK Pertanian PDB Industri TK Industri PDB Jasa TK Jasa Gambar 5. Hubungan Antara Transformasi Struktur Output PDB dan Transformasi Struktur Ketenagakerjaan di Indonesia, Tahun 1980 – 2003 Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman tentang adanya ketimpangan struktural antara perekonomian dan ketenagakerjaan, di bawah ini akan digambarkan masing-masing sektor pertanian, industri, dan jasa dalam kaitannya antara struktur perekonomian dan struktur ketenagakerjaan. Berdasarkan Gambar 6 terlihat bahwa terjadi gap yang cukup besar antara pangsa sektor pertanian terhadap produk domestik bruto dengan pangsa tenaga kerja sektor pertanian terhadap ketenagakerjaan di Indonesia. Ini berarti bahwa di Indonesia masih banyak terjadi penumpukan tenaga kerja di sektor pertanian dibandingkan dengan sektor industri dan jasa. Adanya penumpukan tenaga kerja yang besar di sektor pertanian akan mengakibatkan terjadinya pemiskinan dan 78 eksploitasi sumberdaya manusia di sektor tersebut , sehingga akan lebih efisien jika pangsa sektor pertanian terhadap produk domestik bruto dan pangsa ketenagakerjaan sektor pertanian terhadap ketenagakerjaan dibuat relatif seimbang Erwidodo, 1995. 10 20 30 40 50 60 70 80 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 Tahun Persentase thd PDBTK PDB Pertanian TK Pertanian Gambar 6. Hubungan Antara Pangsa Sektor Pertanian Terhadap Produk Domestik Bruto dan Tenaga Kerja Sektor Pertanian Terhadap Ketenagakerjaan di Indonesia, Tahun 1980 – 2003 Disamping itu, pergeseran struktur ekonomi memang diharapkan dapat meyerap tenaga kerja lebih banyak di sektor industri yang memiliki efek multiplier terhadap sektor-sektor lainnya, dengan demikian sektor industri tidak hanya membuka lapangan kerja bagi sektornya sendiri tetapi juga lapangan kerja di sektor lain Widodo, 1997. Sektor industri dalam sumbangannya terhadap produk domestik bruto jika dihubungkan dengan pangsa penyerapan tenaga kerja terhadap ketenagakerjaan di Indonesia ternyata tidak seimbang. Hal ini disebabkan karena pada sektor industri sebagian besar investasi yang dilakukannya bersifat capital intensive . Untuk itu, agar sektor industri dapat membuka lapangan kerja baru yang lebih besar sangat tergantung pada faktor kepadatan karya labour intensity industri pengolahan yang dibangun Thee Kian Wie, 1988 dalam Widodo, 1997. Untuk lebih jelasnya 79 hubungan antara pangsa sektor industri terhadap produk domestik bruto dan pangsa tenaga kerja terhadap ketenagakerjaan di Indonesia Gambar 7. 10 20 30 40 50 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 Tahun Persentase thp PDBTK PDB Industri TK Industri Gambar 7. Hubungan Antara Pangsa Sektor Industri Terhadap Produk Domestik Bruto dan Pangsa Tenaga Kerja Terhadap Ketenagakerjaan di Indonesia, Tahun 1980 – 2003 P ada sektor jasa hubungan antara pangsa sektor jasa terhadap produk domestik bruto dan pangsa tenaga kerja terhadap ketenagakerjaan di Indonesia menunujukkan gap yang tidak terlalu besar, hal ini bukan berarti telah terjadi keseimbangan struktural dalam perekonomian dan ketenagakerjaan. Karena bila dilihat lebih mendalam tenaga kerja yang terserap di sektor jasa bisa saja karena kebanyakan tenaga kerja yang bekerja di sektor informal. Lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 8. Berdasarkan Gambar 6, 7 dan 8, semakin jelas terlihat bagaimana ketimpangan struktural terjadi antara struktur perekonomian dan ketenagakerjaan. Akibat kondisi demikian pemerintah sebaiknya segera dapat melakukan perbaikan-perbaikan terutama di bidang investasi sehingga nantinya dapat menyerap tenaga kerja yang lebih banyak tanpa mengesampingkan kebijakan-kebijakan lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. 80 10 20 30 40 1980 1982 1984 1986 198 8 199 1992 1994 1996 1998 2000 2002 Tahun Persentase thd PDBTK PDB Jasa TK Jasa Gambar 8. Hubungan Antara Pangsa Sektor Jasa Terhadap Produk Domestik Bruto dan Pangsa Tenaga Kerja Terhadap Ketenagakerjaan di Indonesia, Tahun 1980 - 2003 81

VII. KERAGAAAN KESEMPATAN KERJA, PRODUK DOMESTIK

BRUTO, TRANSFORMASI TENAGA KERJA DAN KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA PENYULUH PERTANIAN DI INDONESIA Secara umum hasil pendugaan parameter persamaan dalam model kesempatan kerja dan transformasi tenaga kerja di Indonesia cukup baik, dilihat dari kriteria ekonomi, statistik, dan ekonometrik. Semua peubah penjelas memberikan arah dan besaran sesuai dengan harapan dan sebanyak 90 persen dari 14 persamaan struktural mempunyai nilai koefisien determinasi R 2 berkisar antara 0.80–0.98. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum kemampuan peubah-peubah dalam menjelaskan variasi peubah endogennya cukup tinggi. Hasil uji-t statistik pada 72 peubah penjelas menunjukkan 83.33 persen berpengaruh pada taraf nyata 10–30 persen Tabel 11 sampai dengan Tabel 24 . Lebih lengkap program dan hasil pendugaan model kesempatan kerja dan transformasi tenaga kerja di Indonesia periode tahun 1980-2000 dapat dilihat pada Lampiran 3.

7.1. Kesempatan Kerja Sektor Pertanian