Budidaya Kelapa Sawit Keragaan Umum Perkebunan Kelapa Sawit

123 ke PKS milik PTP Nusantara V. Kondisi ini menyebabkan harga TBS yang diterima oleh petani swadaya lebih rendah daripada harga TBS yang diterima petani plasma. Harga TBS terendah yang diterima petani swadaya sebesar Rp 418kg dan tertinggi sebesar Rp 606kg, dengan rata-rata Rp 517kg. Sama halnya dengan petani plasma, seluruh petani swadaya menyatakan bahwa harga TBS yang mereka terima masih terlalu rendah. Menurut mereka harga TBS yang sesuai layak adalah sebesar Rp 780kg.

5.1.3. Budidaya Kelapa Sawit

Salah satu unsur penting bagi keberhasilan pengelolaan usahatani kelapa sawit adalah ketersediaan sarana produksi tanaman yang mencakup benihbibit, pupuk, pestisida, serta alat dan mesin pertanian yang diperlukan. Ketersediaan sarana produksi ini terkait dengan kaidah enam tepat, yang terdiri dari tepat jumlah, jenis, mutu, tempat, harga dan dosis. Oleh karenanya penggunaan sarana produksi akan terkait dengan sekor hulu dan sektor hilir, sehingga kedua sektor ini sangat menentukan kelancaran pengadaan dan penyaluran sarana produksi tersebut. Bibit kelapa sawit yang digunakan oleh petani pada umumnya berasal dari bibit unggul yang diperoleh dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit PPKS di Medan. Untuk petani plasma seluruhnya menggunakan bibit unggul kelapa sawit yang berasal dari PPKS. Sementara itu, petani swadaya disamping banyak yang menggunakan bibit unggul dari PPKS, namun banyak pula yang menggunakan bibit hasil pembibitan sendiri yang tidak jelas kualitasnya, yang disebut juga dengan mariles marihat lelesan. Hal ini sangat berpengaruh terhadap produksi kelapa sawit yang dihasilkan oleh petani. Tidaklah mengherankan apabila 124 produktivitas kelapa sawit petani swadaya lebih rendah daripada produktivitas kelapa sawit petani plasma, karena petani plasma menggunakan bibit unggul sedangkan petani swadaya banyak yang menggunakan bibit mariles. Pada umumnya petani kelapa sawit menggunakan pupuk anorganik dalam memelihara tanaman kelapa sawit. Usahatani kelapa sawit bagi petani plasma merupakan mata pencaharian utama, sedangkan hanya 43 persen petani swadaya yang menyatakan bahwa kelapa sawit merupakan mata pencaharian mereka, 57 persen sisanya menyatakan bahwa usahatani kelapa sawit merupakan pekerjaan sambilan. 1 Sistem Pembibitan Pembibitan yang dilakukan di kebun kelapa sawit di Indonesia pada umumnya menggunakan sistem dua tahap double stage yaitu pembibitan awal pre nursery dan pembibitan utama main nursery. Penggunaan sistem dua tahap lebih menguntungkan karena 1 kemudahan dalam pengawasan dan pemeliharaan, 2 tersedianya waktu yang cukup untuk mempersiapkan pembibitan utama, 3 mutu bibit lebih terjamin karena terdapat proses seleksi dan 4 seleksi yang ketat dapat mengurangi penggunaan tanah dan polibag PPKS, 2004. 2 Pembukaan Areal Perkebunan Pembukaan lahan baru atau tanaman baru TB untuk budidaya kelapa sawit tidak memerlukan pengolahan lahan yang intensif. Sistem perakaran kelapa sawit mampu menembus lapisan tanah tanpa diolah dengan luku. Pembukaan areal perkebunan, dilakukan penebangan pohon-pohon dengan menggunakan chain saw Risza, 1994. Setelah melakukan penebangan, dilakukan perencekan, 125 memancangan jalur rumpukan dan merumpuk mekanis serta pemberantasan lalang. Pemberantasan lalang dilakukan mengunakan round up sebanyak 2 liter per hektar. Apabila lahan telah siap, dilakukan penanaman bibit dengan sebelumnya melakukan pemancangan dan pembuatan lubang, dengan populasi untuk satu hektar adalah 143 tanaman. 3 Pembangunan Penutup Tanah Kacangan Tujuan pembangunan penutup tanah kacangan Leguminaceae Cover Crop LCC adalah untuk mengurangi erosi permukaan tanah, menambah bahan organik dan cadangan unsur hara, memperbaiki airasi, menjaga kelembaban tanah, menekan perkembangan gulma, menghemat biaya penyiangan dan biaya pemupukan, dan menekan gangguan kumbang orcyctes Risza, 1994. Jenis dan spesies kacangan yang digunakan di perkebunan kelapa sawit Kabupaten Siak adalah Collopogonium mucunoides CM, Pueraria javanica PY dan Centrocema pubescent CP. Ketiga spesies di atas cepat tumbuh, CM dan CP tidak tahan lama sedangkan PY tahan lama. Dalam satu hektar areal kebun kelapa sawit, digunakan CM sebanyak 3 kg per hektar, PY sebanyak 2 kg per hektar dan CP sebanyak 3 kg per hektar. 4 Penyiangan, Merumput dan Pemupukan Pada awal pembukaan lahan, dilakukan penyiangan dan merumput. Penyiangan dilakukan selama tiga bulan dan melakukan sport sprayingwiping sebanyak tiga rotasi dengan menggunakan round up sebanyak 0,9 liter per hektar, rodzip 0,6 kg per hektar dan Coulter sebanyak 1 liter per hektar. Pemupukan yang dilakukan pada awal pembukaan lahan adalah memupuk lubang tanam dengan pupuk Rock Phosphati RP, memupuk tanaman kacangan dan memupuk tanaman 126 kelapa sawit. Besarnya pupuk RP yang digunakan untuk memupuk lubang tanam adalah 71,5 kg per hektar, sedangkan pupuk RP yang digunakan untuk campuran tanaman kacangan adalah 8 kg per hektar. Pupuk yang digunakan untuk memupuk tanaman kelapa sawit adalah pupuk ZA sebesar 0,25 kg per hektar, pupuk Muriate of Potash MPO sebesar 0,15 kg per hektar dan pupuk Dolomit sebesar 0,31 kg per hektar. Pemeliharaan tanaman kelapa sawit yang teratur dilakukan agar tanaman mencapai tingkat pertumbuhan yang sehat dan produktivitas yang tinggi. Penyiangan selalu dilakukan untuk mengurangi gulma-gulma yang menggangu dengan menggunakan round up, rodzip dan coulter. Di lain pihak pemupukan dilakukan untuk meningkatkan unsur hara di dalam tanah. Pupuk yang digunakan pada tanaman belum menghasilkan TBM adalah pupuk ZA, pupuk RP, pupuk MOP, Kieserite dan Borate. 5 Pemangkasan Daun Pemangkasan daun bertujuan untuk memperoleh tanaman yang bersih, jumlah daun yang optimal dan memudahkan panen. Terdapat tiga jenis pemangkasan sebagai berikut. • Pemangkasan pasir Membuat daun kering, buah pertama atau buah busuk waktu tanaman berumur 16-20 bulan. • Pemangkasan produksi Memotong daun-daun yang tumbuhnya saling menumpuk songgo dua sebagai persiapan panen pada waktu tanaman berumur 20-28 bulan. • Pemangkasan pemeliharaan 127 Membuang daun-daun songgo dua secara rutin, sehingga pada pokok tanaman hanya terdapat sejumlah 28-54 helai. 6 Kastrasi Bunga Kastrasi adalah pembuangan bunga, baik bunga jantan maupun bunga betina sebelum areal tersebut dipolinasi. Kastrasi bertujuan untuk merangsang pertumbuhan vegetatif dan menghilangkan sumber infeksi hama penyakit. Kastrasi pada tanaman kelapa sawit dilakukan sejak tanaman mengeluarkan bunga yang pertama sampai tanaman berumur 33 bulan, yaitu enam bulan sebelum panen, pada saat dimulai penyerbukan buatan. Pada saat kastrasi dihentikan bunga yang paling tua telah berada kurang lebih 30 cm di atas tanah Risza, 1994 7 Penyerbukan Buatan Bunga jantan dan betina pada tanaman kelapa sawit letaknya terpisah dan masaknya tidak bersamaan sehingga penyerbukan alami kurang intensif. Untuk mengoptimalkan jumlah tandan yang berbuah, dilakukan penyerbukan buatan oleh manusia atau oleh serangga.

a. Penyerbukan oleh manusia