129 • Ulat setora
Penyebabnya adalah Setora nitens, dengan bagian yang diserang adalah daun. Gejalanya adalah daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja.
Pengendalian dilakukan menggunakan insektisida Hostation 25 ULV, Sevin 85 ES, Dursban 20 EC pada konsentrasi 0,2-0,3 persen.
• Kumbang oryctes Penyebabnya adalah Oryctes rhynoceros. Bagian yang diserang adalah
titik tumbuh, bakal daun. Gejalanya daun seperti terpotong gunting; pada serangan berat tanaman akan mati. Pengendalian dilakukan dengan
peningkatan sanitasi dan pemberantasan biologi dengan parasit jamur. • Oil palm bunch moth
Penyebabnya adalah Tiorathaba mundella. Bagian yang diserang yaitu bagian buah muda dan kadang-kadang tandan buah. Gejala yang terjadi
diantaranya adalah buah muda berlubang dan tandan buah rusak. Pengendalian dilakukan dengan menggunakan insektisida
DipterexThiodan 0,55 kg370 liter air. Selain itu dilakukan pemberantasan biologi dengan parasit tabuhan dan lalat parasit.
• Babi hutan dan tikus
b. Penyakit
• Root blast Penyebabnya adalah Rhizoctonia lamellifera dan Phythium Sp. Bagian
yang diserang adalah akar. Gejalanya adalah bibit di persemaian mati mendadak serta tanaman dewasa layu dan mati. Selain itu, terlihat adanya
pembusukan akar. Pengendalian yaitu dengan pembuatan persemaian yang
130 baik, pemberian air irigasi di musim kemarau, penggunaan bibit berumur
lebih dari 11 bulan. • Garis kuning
Penyebabnya adalah Fusarium oxysporum. Bagian yang diserang adalah daun. Gejala antara lain dengan adanya bulatan oval berwarna kuning
pucat mengelilingi warna coklat pada daun yang mengakibatkan daun mengering. Pengendalian dilakukan dengan inokulasi penyakit pada bibit
dan tanaman muda. • Dry basal rot
Penyebab adalah Ceratocyctis paradoxa. Bagian yang diserang adalah batang. Gejalanya pelepah mudah patah, daun membusuk dan kering; daun
muda mati dan kering. Pengendalian dilakukan dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit.
9 Panen
Kelapa sawit berbuah setelah berumur 2,5 tahun dan buahnya masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Suatu areal sudah dapat dipanen jika tanaman telah
berumur 31 bulan, sedikitnya 60 persen buah telah matang panen, dan dari lima pohon terdapat satu tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah
sedikitnya ada lima buah yang lepasjatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg
atau lebih.
5.2. Keuntungan Privat dan Keuntungan Sosial Perkebunan Kelapa Sawit
Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan. Dengan menggunakan analisis PAM dimungkinkan untuk melihat
131 keuntungan privat private profitability dan keuntungan sosial social
provitability. Pada keuntungan privat, penerimaan dan biaya dihitung berdasarkan harga privat atau harga aktual yang diterima atau dibayarkan harga
pasar oleh petani. Harga tersebut telah dipengaruhi oleh berbagai kebijakan pemerintah. Kebijakan harga dapat merubah nilai dari biaya input maupun output
dan pada akhirnya mempengaruhi keuntungan privat. Usahatani yang memiliki keuntungan privat lebih besar dari nol
menunjukkan bahwa usaha tani tersebut memiliki daya saing pada tingkat harga dan teknologi yang ada. Tingkat keuntungan privat dapat mencerminkan ukuran
daya saing keunggulan kompetitif usahatani pada tingkat dan harga pasar atau aktual. Dengan melakukan perhitungan yang sama untuk sistem usahatani yang
lain memungkinkan diperoleh perbandingan relatif dayasaing antar sistem usahatani tersebut. Pada keuntungan sosial, penerimaan dan biaya dihitung
berdasarkan harga sosial atau biaya input dan output pada tingkat harga efisien social opportunity cost. Dengan membandingkan keuntungan sosial pada sistem
usahatani dengan sistem usahatani lainnya diperoleh perbandingan relatif tingkat efisiensi keunggulan komparatif antara sistem usaha tani tersebut. Dalam
penelitian ini dilakukan penghitungan dan pembandingan antara keuntungan privat dan keuntungan sosial perkebunan kelapa sawit petani plasma dan kebun
perusahaan inti. Hasil penelitian yang menunjukkan keuntungan privat dan keuntungan
sosial dari perkebunan kelapa sawit petani plasma dan perusahaan inti disajikan pada Tabel 9.
132 Tabel 9. Keuntungan Sosial dan Keuntungan Privat Perkebunan Kelapa Sawit
Petani Plasma, Perusahaan Inti dan Pabrik Kelapa Sawit di Kabupaten Siak
Biaya RpHatahun Uraian
Pendapatan Kotor
RpHatahun Tradable Input
Faktor domestik Keuntungan
RpHatahun Kebun Petani Plasma
Harga Privat 11,634,068
2,456,809 3,424,175
5,753,083 Harga Sosial
11,634,068 2,752,610
3,248,912 5,632,546
Efek Divergensi -295,800
175,263 120,537
Kebun Perusahaan Inti Harga Privat
12,280,405 2,649,408
3,591,098 6,039,899
Harga Sosial 12,280,405
2,937,760 3,404,128
5,938,516 Efek Divergensi
-288,352 186,970
101,382 Pabrik Kelapa Sawit
Harga Privat 167,532,618,441
82,192,882,579 84,006,048,316
1,333,687,546 Harga Sosial
167,978,788,970 79,211,123,394
83,339,381,649 5,094,950,593
Efek Divergensi -446,170,529
2,981,759,185 666,666,667
-3,761,263,047
Keuntungan privat perkebunan kelapa sawit pada petani plasma maupun pada perkebunan kelapa sawit milik perusahaan inti bernilai positif. Hal ini berarti
bahwa pengusahaan perkebunan kelapa sawit petani plasma dan perusahaan inti keduanya memiliki dayasaing yang tinggi pada tingkat harga dan teknologi yang
ada sekarang. Begitu juga halnya dengan keuntungan privat dari pabrik kelapa sawit juga bernilai positif. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa agribisnis
kelapa sawit secara finansial dapat memberikan keuntungan atau memiliki daya saing yang tinggi, baik mulai dari level usahatani maupun pada level agroindustri.
Jika diamati lebih jauh, perkebunan kelapa sawit rakyat petani plasma mempunyai keuntungan privat yang lebih kecil dibandingkan dengan perkebunan
kelapa sawit milik perusahaan inti yaitu masing-masing sebesar Rp 5.75 jutahatahun dan Rp.6.04 jutahatahun. Hal ini menunjukkan bahwa kalau dilihat
dari sisi pengusahaan perkebunan kelapa sawit, petani plasma memiliki daya saing yang lebih rendah dibandingkan dengan perkebunan kelapa sawit milik
133 perusahaan inti. Disamping itu, perusahaan inti masih memperoleh tambahan
keuntungan privat dari pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 tonjam yaitu sebesar Rp 1.33 miliartahun.
Keuntungan sosial perkebunan kelapa sawit rakyat petani plasma dan pada perkebunan kelapa sawit milik perusahaan inti juga bernilai yang positif. Hal ini
berarti bahwa pengusahaan perkebunan kelapa sawit rakyat petani plasma dan perusahaan inti memiliki efisiensi yang baik pada tingkat harga dan teknologi
yang ada sekarang. Begitu juga dengan keuntungan sosial dari pabrik kelapa sawit juga bernilai positif. Dengan demikian, agribisnis kelapa sawit secara ekonomi
dapat memberikan keuntungan atau memiliki tingkat efisiensi yang baik mulai dari pengusahaan kebun kelapa sawit rakyat petani plasma, perusahaan inti
maupun sampai dengan pengusahaan pabrik kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit petani plasma mempunyai keuntungan sosial
yang lebih kecil dibandingkan dengan perkebunan kelapa sawit milik perusahaan inti yaitu masing-masing sebesar Rp 5.63 jutahatahun dan Rp 5.94 jutaha
tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kalau dilihat dari sisi pengusahaan perkebunan kelapa sawit petani plasma juga memiliki efisiensi ekonomi yang lebih rendah
dibandingkan dengan perkebunan kelapa sawit milik perusahaan inti. Perusahaan inti perkebunanan kelapa sawit selanjutnya juga masih memperoleh tambahan
keuntungan sosial dari pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 tonjam sebesar Rp 17.17 miliartahun.
Keuntungan privat dan sosial dari perkebunan kelapa sawit petani plasma lebih rendah dibandingkan dengan keuntungan privat dan sosial perkebunan
kelapa sawit perusahaan inti. Hal ini karena produktivitas dari perkebunan kelapa
134 sawit perusahaan inti 19 311 kgha lebih baik dibandingkan perkebunan kelapa
sawit rakyat petani plasma 18 295 kgha. Sementara itu rata-rata biaya produksi perkebunan kelapa sawit perusahaan inti lebih besar dari rata-rata biaya produksi
yang dikeluarkan oleh perkebunan kelapa sawit petani plasma Tabel 10. Namun demikian, biaya yang besar ini memang dibutuhkan dalam peningkatan
produktivitas kelapa sawit. Dari Tabel 10 tampak bahwa selisih komponen biaya antara perkebunan
kelapa sawit perusahaan inti dan perkebunan kelapa sawit petani plasma yang paling besar adalah biaya pemeliharaan.
Tabel 10. Rata-Rata Biaya Produksi Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Siak per Tahun
Komponen Biaya Kebun Perusahaan Inti
Kebun Petani Plasma Biaya Pemeliharaan Rphatahun
a. Privat 2,704,015.45
2,417,195.45 b. Sosial
2,706,178.67 2,419,129.21
Biaya Panen Rphatahun a. Privat
772,436.36 731,781.82
b. Sosial 617,949.09
585,425.45 Biaya Angkut Rphatahun
a. Privat 579,327.27
548,836.36 b. Sosial
463,461.82 439,069.09
Depresiasi Rphatahun a. Privat
986,493.07 986,493.07
b. Sosial 972,944.91
972,944.91 Biaya Umum Rphatahun
a. Privat 252,113.61
234,215.34 b. Sosial
214,081.20 198,143.20
Total Biaya Rphatahun a. Privat
5,294,385.77 4,918,522.04
b. Sosial 5,468,967.12
5,113,128.76 Pada dasarnya, besar kecilnya biaya pemeliharaan mencerminkan tingkat
penerapan teknologi suatu aktivitas usahatani. Biaya pemeliharaan terdiri dari komponen biaya penggunaan sarana produksi pupuk, pestisida dan herbisida dan
penggunaan tenaga kerja. Dengan demikian, biaya pemeliharaan kebun kelapa
135 sawit perusahaan inti yang lebih besar dari petani plasma mengindikasikan
penerapan teknologi usahatani kelapa sawit kebun perusahaan inti lebih baik dari kebun petani plasma.
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa baik pada perkebunan kelapa sawit petani plasma, kebun perusahaan inti, maupun pabrik kelapa sawit ke
tiganya memiliki keuntungan privat dan keuntungan sosial yang sama-sama lebih besar dari nol. Hal ini berarti bahwa ada atau tidak adanya intervensi pemerintah
pengusahaan perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit tetap saja menguntungkan secara finansial dan ekonomi atau memiliki daya saing dan
tingkat efisiensi yang baik. Dengan demikian, wajar apabila banyak pihak yang tertarik untuk melakukan investasi dalam pengusahaan kebun kelapa sawit dan
pabrik kelapa sawit. Dari hasil analisis kelayakan dengan menggunakan pendekatan analisis
matrik kebijakan diperoleh hasil bahwa pengusahaan kelapa sawit petani plasma, kebun perusahaan inti dan pabrik kelapa sawit adalah layak untuk diusahakan
sebagaimana terlihat dalam Tabel 11. Tabel 11. Kelayakan Finansial Perkebunan Kelapa Sawit kebun petani plasma,
kebun perusahaan inti, dan Pabrik Kelapa Sawit di Kabupaten Siak
Kebun petani plasma Kebun perusahaan inti
Pabrik Kelapa Sawit Indikator
Kelayakan Finansial
Privat Sosial Privat Sosial Privat Sosial
Gross BC
1.98 1.94 1.97 1.94 1.10 1.11
IRR 32 35 33 36 15
18 NPV Rp.
108 599 278 61 365 406
115 857 126 65 038 875
852 531 911 6 968 677 413
Payback Period
7 tahun 7 bulan
7 tahun 8 bulan
7 tahun 5 bulan
7 tahun 6 bulan
7 tahun 3 bulan
7 tahun 8 bulan
136
5.3. Efisiensi Finansial dan Efisensi Ekonomi