VII. IMPLIKASI KEBIJAKAN
7.1. Pembangunan Ekonomi Kabupaten Siak
Dari aspek ekonomi regional diketahui bahwa sektor pertanian di Kabupaten Siak menyumbang 29.50 persen PDRB non migas dan menyerap tenaga kerja 61.28 persen,
sementara sektor perindustrian menyumbangkan 48.47 persen PDRB nonmigas dan menyerap tenaga kerja sebanyak 16.14 persen. Dengan hanya mempertimbangkan sektor
non migas sumbangan komoditas sawit dalam perekonomian Kabupaten Siak juga cukup signifikan yaitu menyumbang PDRB non migas sebesar 6.0 persen dan menyerap tenaga
kerja sebesar 9.43 persen. Dari sisi struktur perdagangan komoditas sawit di Kabupaten Siak memberikan kontribusi ekpor netto yang positif baik dari sisi subsektor perkebunan
kelapa sawit perkebunan besar maupun dari sisi subsektor industri pengolahan kelapa sawitnya. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Kuznets 1964, sektor
pertanian di negara-negara sedang berkembang kontribusinya terhadap pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi nasional, dapat dikelompokkan dalam empat bentuk yaitu kontribusi produk, kontribusi pasar, kontribusi faktor-faktor produksi dan kontribusi
devisa. Sementara itu Todaro2000 menjelaskan setidaknya sektor pertanian memberikan kontribusi dalam pembangunan ekonomi dalam 6 hal yaitu: i kontribusi
penyerapan tenaga kerja ii kontribusi terhadap pendapatan iii kontribusi terhadap penyediaan pangan iv kontribusi terhadap penyediaan bahan baku bagi sektor lainnya,
v kontribusi dalam bentuk kapital dan vi ikut menyumbang dalam penyediaan mata uang asing dari hasil ekspor pertanian. Khususnya untuk komoditas kelapa sawit
peranannya dalam perekonomian nasional dapat dilihat dari penerimaan pajak, penyerapan tenaga kerja, dan terbukti memberikan kontribusi profitabilitas yang tinggi
dan berkisambungan bagi pelaku bisnis serta meningkatkan kesejahteraan rakyat Darmosarkoro, 2006. Sedangkan Indef 2007 secara rinci menjelaskan bahwa
setidaknya industri kelapa sawit nasional berperan dalam: menyediakan kesempatan kerja lebih dari 2 juta orang, menghasilkan devisa dan menyediakan bahan baku untuk industri
minyak goreng dan industri hilir kelapa sawit lainnya. Perekonomian Kabupaten Siak didominansi oleh sektor pertambangan. Hal ini
dapat dilihat dari kontribusi sektor ini pada PDRB sebesar 87.23 persen, penyerapan tenaga kerja sebesar 10.42 persen, dan kontribusinya yang juga terbesar dalam netto
ekspor di Kabupaten Siak yaitu sebesar hampir 6.5 milyar rupiah bahkan lebih besar dari total netto ekspor Kabupaten Siak yang berjumlah 4,98 milyar rupiah. Walaupun
demikian ternyata dari 20 sektor yang diamati di Kabupaten Siak peranannya dalam perekonomian Siak bila dilihat dari koefisien pengganda multiplier output, keterkaitan
ke depan, keterkaitan ke belakang, dan nilai tambah hanya menduduki rangking yang ke empat, kalah dibandingkan dengan sektor tanaman pangan dan industri makanan,
minuman tembakau yang sama sama menduduki rangking pertama, dan tidak berbeda jauh dengan perkebunan kelapa sawit rakyat, industri pengolahan kelapa sawit dan
perkebunan kelapa sawit perusahaan besar yang masing masing menduduki rangking ke enam, ke tujuh dan kesepuluh. Fenomena semacam inilah yang sering disebut sebagai
kebocoran ekonomi economic leakage, yaitu suatu kondisi dimana perekonomian sektor pertambangan di Kabupaten Siak ternyata lebih banyak mengalir ke luar Kabupaten Siak.
Fenomena kebocoran ekonomi ini yang umum terjadi di sektor jasa tourisme ini UNCTAD dalam
www.oceansatlas.org , 2007; North West Province,2002; Miles
et al, 2004, juga dilaporkan terjadi pada industri pertambangan sebagaimana ditemui di
Southern Gulf of Carpentaria Queensland Miles et al, 2004 di Northern remote
Australia Pritchard, 2002 dan di White Pine County Nevada UCED, 2001 Atas dasar kondisi ini dapat direkomendasikan untuk menjadikan pertanian,
khususnya subsektor perkebunan kelapa sawit, dan pengembangan industri berbasis bahan baku pertanian sebagai salah satu prioritas utama dalam pembangunan ekonomi di
Kabupaten Siak. Dengan demikian penerapan strategi Agribisnis: Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian di Pedesaan sebagaimana yang diusulkan oleh Saragih 2001 ;
Syafaat dan Mardianto2002, dan strategi Agricultural Demand Led Industrialization ADLI Adelman, 1984 dapat dipertimbangkan untuk diterapkan di Kabupaten Siak. Hal
ini didukung oleh hasil penelitian aspek mikro diketahui bahwa pengusahaan perkebunan kelapa sawit petani plasma, perkebunan perusahaan inti dan pabrik kelapa sawit di
Kabupaten Siak mempunyai keuntungan privat dan sosial yang positif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa agribisnis kelapa sawit secara finansial dapat memberikan
keuntungan atau memiliki daya saing yang tinggi, baik mulai dari level usahatani maupun pada level agroindustri. Disamping itu agribisnis kelapa sawit juga secara ekonomi dapat
memberikan keuntungan atau memiliki tingkat efisiensi yang tinggi, baik mulai dari level usahatani maupun pada level agroindustri. Hasil analisis kelayakan dengan
menggunakan pendekatan analisis matrik kebijakan diperoleh hasil bahwa pengusahaan kebun kelapa sawit petani plasma, kebun perusahaan inti dan pabrik kelapa sawit adalah
layak untuk diusahakan. Hal serupa juga ditunjukkan oleh hasil studi kelayakan PPKS 2002, 2004, 2005 terhadap rencana pembangunanan kelapa sawit di Kecamatan Bunga
Raya dan Sei Apit; di Kecamatan Minas, Sungai Mindau dan Siak; serta di Kecamatan Dayun, Koto Gasib, Tualang, Siak dan Bunga Raya Kabupaten Siak.
Temuan-temuan penelitian di atas sesuai dengan penelitian Pimeh 2004 yang menyatakan bahwa komoditas minyak sawit Indonesia memiliki keunggulan ekonomi,
keunggulan komparatifefisiensi dan daya saing struktural yang tinggi. Minyak sawit Indonesia mempunyai nilai RCA tertinggi ke dua setelah negara Malaysia di antara
negara-negara penghasil minyak sawit di dunia Tabel 40. Bahkan Indef 2007 menyebut industri
sawit Indonesia merupakan sektor unggulan dan memiliki
daya saing di pasar internasional yang ditunjukkan dengan RCA revealed comparative advantage sebesar 14,8.
Tabel 40. Index RCA Revealed Comparative Advantage negara penghasil minyak sawit Negara 1990 1995 2000 2002
Malaysia 4.957 4.832 9.467 9.099 Indonesia 3.705 4.004 2.405 2.474
Hongkong 1.306 4.086 3.825 2.043 Singapura 1.050 2.098 5.079 NA
Keterangan: NA tidak tersedia data Dengan demikian upaya pemerintah Kabupaten Siak untuk melakukan
pengembangan kelapa sawit rakyat merupakan kebijakan yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan, setidaknya dari hasil penelitian ini baik dari aspek ekonomi
mikro maupun regional. Oleh karena itu, visi Kabupaten Siak yang mewujudkan “Kabupaten Siak sebagai pusat budaya Melayu di Riau yang didukung oleh Agribisnis,
Agroindustri dan Pariwisata yang maju dalam lingkungan masyarakat yang agamis dan sejahtera pada tahun 2020”, seharusnya benar-benar dijadikan acuan dan dituangkan
dalam program pembangunan regional dalam upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pemerataan pendapatan, dan membantu upaya mengurangi
angka kemiskinan dan pengangguran.
7.2. Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit