Kerangka Pemikiran KERANGKA TEORI

III. KERANGKA TEORI

3.1. Kerangka Pemikiran

Mengacu pada bagian terdahulu, pengembangan dan pembangunan perkebunan kelapa sawit dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu perkebunan kelapa sawit rakyat dan perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh perusahaan besar. Perkebunan kelapa sawit rakyat memiliki karakteristik: 1 petani mengelola lahan secara swadaya atau sebagai petani plasma, 2 sebagai petani plasma bargaining position lemah, 3 modal terbatas, 4 manajemen pengelolaan sederhana, 5 teknologi sederhana, dan 6 produk yang dihasilkan dan dijual hanya dalam bentuk TBS. Sementara itu, perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh perusahaan besar memiliki karakteristik: 1 pengelolaan perusahaan dilakukan oleh suatu tim manajemen terpadu, 2 bargaining position relatif kuat, 3 modal cukup tersedia, 4 menerapkan sistem manajemen yang profesional, 5 teknologi tinggi, dan 4 produk dihasilkan dan dijual dalam CPO, PKO dan produk-produk turunan lainnya. Pemerintah senantiasa melakukan intervensi dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia, baik pada perkebunan rakyat maupun intervensi dalam pengembangan perkebunan besar. Intervensi dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan kinerja perkebunan di Indonesia. Hal ini dilakukan mengingat pengembangan perkebunan kelapa sawit memberikan manfaat ekonomi berupa manfaat langsung kepada para pelaku ekonomi yang terlibat dan dampak tidak langsung terhadap perekonomian daerah maupun perekonomian nasional. Secara teoritis intervensi diarahkan pada upaya minimasi biaya atau memaksimumkan keuntungan yang diperoleh para pelaku yang terlibat dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit. Pada akhirnya pengembangan perkebunan kelapa sawit diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sektor perkebunan dan sektor 65 lainnya, menyerap tenaga kerja, dan membantu mengurangi kemiskinan serta menciptakan distribusi pendapatan yang lebih merata. Pengembangan perkebunan kelapa sawit dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dari pelaku yang terlibat langsung dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit seperti tercermin dalam karakteristik pelaku perkebunan rakyat dan perkebunan besar dan intervensi pemerintah. Manfaat ekonomi dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, seperti: suku bunga, harga input, dan harga output. Perubahan suku bunga dan fluktuasi harga input dan harga output yang dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan domestik maupun internasional juga sangat mempengaruhi perolehan manfaat ekonomi dalam pengembangan perusahaan kelapa sawit. Intervensi pemerintah dalam pengembangan kelapa sawit rakyat terutama dalam rangka untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengembangkan perkebunan kelapa sawit dengan pola PIR dan pola patungan http:www.deptan.go.idditbangbunpedoman.htm, diakses tanggal 12 Juni 2005. Salah satu daerah di Indonesia yang sedang mengembangkan perkebunan kelapa sawit pola patungan adalah Kabupaten Siak Provinsi Riau. Untuk mendapatkan gambaran tentang dayasaing, efisiensi, benefit-cost pengembangan kelapa sawit ini dan manfaat serta dampaknya terhadap perekonomian daerah perlu dilakukan kombinasi analisis dari aspek mikro dan dari aspek regional. Analisis dari aspek mikro dilakukan dengan membandingkan dayasaing, efisiensi, benefit-cost pengembangan perkebunan kelapa sawit petani plasma pola PIR dengan perkebunan kelapa sawit milik perusahaan inti. Sedangkan dari aspek ekonomi regional dengan melakukan analisis dampak pengembangan perkebunan kelapa sawit terhadap pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan. 66 Secara ringkas pemikiran di atas dapat dituangkan dalam diagram kerangka pemikiran seperti disajikan pada Gambar 1 berikut ini. Gambar 1. Kerangka Pemikiran Studi Analisis Dayasaing dan Dampak Ekonomi Regional Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Siak PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PERKEBUNAN KELAPA SAWIT RAKYAT PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PERUSAHAAN BESAR Karakteristik: • Petani mengelola lahan secara swadaya atau sebagai petani plasma • Sebagai petani plasma bargaining position lemah • Modal terbatas • Manajemen pengelolaan sederhana • Teknologi sederhana • Produk yang dihasilkan dan dijual hanya dalam bentuk TBS Karakteristik: • Pengelolaan perusahaan dilakukan oleh suatu Tim Managemen • Bargaining position relatif kuat • Modal cukup tersedia • Menerapkan sistem manajemen yang profesional • Teknologi tinggi • Produk dihasilkan dan dijual dalam CPO, PKO dan produk-produk turunan lainnya Intervensi Pemerintah Daerah Dayasaing Efisiensi BenefitCost External Shocks: • Nilai tukar • Harga input • Harga output Intervensi Pemerintah Daerah Dampak terhadap: • Pertumbuhan ekonomi Sektor Perkebunan Kelapa Sawit, Sektor Perkebunan, dan Sektor Lainnya ? • Distribusi Pendapatan faktorial dan institusi ? 67 Seperti telah diungkapkan di atas bahwa analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis dari aspek ekonomi regional dan dari aspek ekonomi mikro. Ada beberapa model ekonomi yang dapat digunakan untuk membantu menganalisis permasalahan tersebut seperti analisis manfaat dan biaya benefit cost analysis, Policy Analysis Matrix PAM, Pemrograman linier Linnear programming, Pemrograman Dinamik Dynamic programming, Partial Equilibrium, Analisis Input Ouput IO, Social Accounting Matrix SAM, Multimarket Model dan Computable General Equilibrium models CGE. Rich, Winter-Nelson dan Miller 2005 menganalisis berbagai model ekonomi berdasarkan informasi variabel yang dikehendaki seperti biaya, harga, perdagangan, hubungan antar sektor dan kesejahteraan serta pekerjaan dan berdasarkan ruang lingkup analisisnya mulai dari on farm, sektor, nasional dan regional serta global Gambar 2. Adapun kesesuaian penggunaan berbagai model ekonomi tersebut berdasarkan kriteria berbagai isu kebijakan yang hendak dibahas, ruang lingkup analisisnya, sesitifitasnya terhadap ruang serta berbagai kriteria lainnya dapat dilihat pada tabel 1. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka pada penelitian ini untuk analisis aspek mikro digunakan analisis Policy Analysis Matrix PAM sedangkan Social Accounting Matrix SAM digunakan untuk menganalisis aspek ekonomi regional dari pengembangan perkebunan kelapa sawit. 68 Gambar 2. Tipologi berbagai model model ekonomi Rich et. al., 2005 Tabel 1. Kesesuaian berbagai model ekonomi berdasarkan berbagai kriteria Kriteria Analisis Manfaat Biaya dan PAM Pemrograman Linier Dinamik Input Output SAM Partial Equilibrium Multi Market CGE Kebijakan Biaya +++ ++ ++ +++ +++ Harga + + + +++ +++ Perdagangan Internasional ++ ++ ++ +++ +++ Hubungan antar sektor + + +++ +++ +++ Kesejahteraan + + +++ +++ +++ Tenaga kerja + + +++ + +++ Ruang Lingkup OrganisasiKelembagaan +++ ++ + + + Sektoral ++ + ++ +++ +++ Regional Nasional + + ++ +++ +++ Global + + + ++ +++ Spasial ++ +++ +++ +++ +++ Perubahan Waktu + +++ + +++ +++ Ketidakpastian ++ ++ ++ ++ ++ Kemudahan Penggunaan +++ + ++ ++ + Keterangan: + tidak sesuai; ++ sesuai ; +++ sangat sesuai Ruang Waktu Stakeholders Informasi yang dikehendaki Ketersediaan data Biaya Perdagangan Harga Hubungan antar sektor dan kesejahteraan Pekerjaan Analisis Manfaat dan Biaya Dan PAM Pemrograman Linier, Dinamik Multi Market IO dan SAM Partial Equilibrium CGE On farm Sektor Nasional atau regional Global Ruang lingkup analisis 69

3.2. Policy Analysis Matrix dan Benefit Cost Analysis