174 terhadap kinerja ekonomi Kabupaten Siak, yaitu: output multiplier, factorial
multiplier, value added multiplier, other lingkages multiplier forward and backward linkages, household income multiplier, private income multiplier,
dan government income multiplier.
6.2.1. Pengganda Output Bruto, Keterkaitan, Nilai Tambah, dan Faktor Produksi
Tabel 24 menyajikan hasil analisis pengganda output bruto, pengganda keterkaitan keterkaitan ke depan dan ke belakang, pengganda nilai tambah,
dan pengganda faktorial tenaga kerja dan kapital. Berdasarkan Tabel 19, koefisien pengganda output bruto seluruh sektor selalu lebih besar dari satu. Hal
ini mengindikasikan bahwa injeksi sebesar 1 miliar rupiah pada setiap sektor akan meningkatkan output bruto masing-masing sektor lebih besar dari 1 miliar
rupiah. Dari Tabel 24 dapat dilihat dari koefisien pengganda output bruto sektor
yang memiliki koefisien tertinggi berturut turut adalah subsektor industri pengolahan lainnya, subsektor pertanian tanaman pangan, serta subsektor
industri makanan, minuman dan tembakau. Sedangkan subsektor yang memiliki koefisien terendah adalah subsektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar
Tabel 24. Berbagai subsektor di sektor pertanian memiliki koefisien pengganda output bruto berkisar antara 1.00 – 2.42. Koefisien-koefisien
pengganda ini memberi arti bahwa peningkatan pendapatan sebesar 1 miliar rupiah di subsektor subsektor pertanian tersebut akan meningkatkan output
bruto sebesar 1.00 – 2.42 miliar rupiah.
175 Tabel 24. Koefisien Pengganda Output, Keterkaitan, Nilai Tambah dan Faktorial
di Kabupaten Siak Tahun 2003
Keterkaitan Faktorial Sektor Output
Ke Depan
Ke Belakang
Nilai Tambah
Tenaga Kerja
Kapital Pertanian Tanaman Pangan
2.42 1.32
1.04 0.70
0.51 0.19
Pertanian Tanaman Lainnya 1.26
0.24 1.13
0.87 0.66
0.21 Peternakan dan Hasil-Hasilnya
1.23 0.21
1.02 0.56
0.43 0.13
Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat 1.12
0.11 1.56
1.28 1.07
0.20 Perkebunan Kelapa Sawit Perusahaan Besar
1.00 0.00
1.50 0.84
0.64 0.20
Kehutanan dan Perburuan 1.22
0.21 0.69
0.80 0.26
0.54 Perikanan
1.40 0.40
0.05 0.03
0.01 0.01
Pertambangan dan Penggalian 1.53
0.43 0.14
1.02 0.06
0.96 Industri Kelapa Sawit
1.15 0.13
1.70 0.68
0.40 0.28
Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 1.65
0.52 1.66
0.73 0.44
0.29 Industri Pengolahan Lainnya
8.54 6.68
0.49 0.44
0.16 0.28
Listrik, Gas dan Air Minum 1.17
0.14 0.23
0.11 0.04
0.06 Pdgangan, Jasa Penunjang Angkutan Pergudangan
1.13 0.03
1.91 0.65
0.41 0.24
Konstruksi 1.48
0.48 0.54
0.21 0.12
0.09 Restoran Perhotelan
1.61 0.60
0.14 0.06
0.04 0.03
Transportasi 1.56
0.57 1.43
0.01 0.15
0.16 Bank Asuransi
1.24 0.24
0.01 0.01
0.01 0.00
Real Estate dan Jasa Perusahaan 1.39
0.37 0.46
0.51 0.13
0.38 Pem., Perth., Pend., Kes., Jasa Sosial Lain
1.58 0.56
0.64 0.37
0.30 0.07
Jasa Individu, RT dan Jasa Lain 1.45
0.44 0.21
0.16 0.07
0.10 J u m l a h
35.14 13.68
13.68 10.03
5.61 4.42
Subsektor pertanian tanaman pangan memiliki koefisien pengganda output bruto lebih besar daripada subsektor pertanian lainnya, adapun yang
terendah adalah subsektor perkebunan kelapa sawit perkebunan besar. Subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat memiliki koefisien pengganda output bruto
sebesar 1.12, yang mengindikasikan bahwa peningkatan pendapatan sebesar 1 miliar rupiah di subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat tersebut akan
meningkatkan output bruto sebesar 1.12 miliar rupiah. Adapun untuk perkebunan kelapa sawit perusahaan besar setiap peningkatan pendapatan
sebesar 1 miliar rupiah di subsektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar akan meningkatkan output bruto juga sebesar 1 miliar rupiah. Sedangkan pada
sektor hilir dari kelapa sawit ini, yaitu industri pengolahan kelapa sawit setiap peningkatan pendapatan sebesar 1 miliar rupiah di subsektor industri
176 pengolahan kelapa sawit akan meningkatkan output bruto juga sebesar 1.15
miliar rupiah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembangunan kelapa sawit baik di sektor hulunya berupa perkebunan kelapa sawit rakyat ataupun
perkebunan kelapa sawit perusahaan besar maupun di sektor hilirnya berupa industri pengolahan kelapa sawit terbukti dapat meningkatkan output bruto.
Berdasarkan koefisien pengganda keterkaitan ke depan berturut turut subsektor industri pengolahan lainnya, subsektor pertanian tanaman pangan dan
subsektor jasa restoran dan perhotelan memiliki koefisien tertinggi di bandingkan dengan sektor sektor lainnya. Sedangkan subsektor perkebunan
kelapa sawit perusahaan besar mempunyai koefisien pengganda keterkaitan ke depan terkecil dibandingkan 20 subsektor lainnya.
Dari sisi koefisien pengganda keterkaitan ke belakang berturut turut subsektor jasa perdagangan, penunjang angkutan dan pergudangan, subsektor
industri pengolahan kelapa sawit dan subsektor industri makanan, minuman dan tembakau, subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat serta subsektor perkebunan
kelapa sawit perusahaan besar memiliki koefisien tertinggi di bandingkan dengan sektor sektor lainnya. Pada sektor pertanian koefisien pengganda
keterkaitan ke depan berkisar antara 0.00 – 1.32, sedangkan koefisien pengganda keterkaitan ke belakang berkisar antara 0.05 – 1.56. Subsektor
pertanian tanaman pangan memiliki koefisien pengganda keterkaitan ke depan yang lebih besar daripada subsektor pertanian lainnya, sedangkan yang terendah
tetap pada subsektor perkebunan kelapa sawit perkebunan besar. Subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat dan kelapa sawit perkebunan besar berturut
turut memiliki koefisien pengganda keterkaitan ke belakang tertinggi, sedangkan yang terendah adalah dari subsektor perikanan.
177 Dari sisi sektor industri pengolahan, subsektor industri pengolahan
kelapa sawit memiliki koefisien pengganda keterkaitan ke depan terendah, tetapi memiliki koefisen pengganda keterkaitan ke belakang yang paling tinggi,
bahkan menduduki urutan ke dua tertinggi dari 20 sektor yang ada. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembangunan kelapa sawit baik di sektor
hulunya berupa perkebunan kelapa sawit rakyat ataupun perusahaan besar maupun di sektor hilirnya berupa industri pengolahan kelapa sawit terbukti
mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian Kabupaten Siak.
Dalam hal keterkaitan ke belakang di Kabupaten Siak industri pengolahan kelapa sawit, perkebunan kelapa sawit rakyat, dan perkebunan
kelapa sawit perusahaan besar masing masing menduduki urutan ke 2, 4 dan 5 di antara ke 20 sektor lainnya. Hanya pada subsektor perkebunan kelapa sawit
perusahaan besar yang mempunyai koefisien pengganda keterkaitan ke depan relatif kecil mendekati 0, hal ini dapat dipahami karena hampir semua hasil
produk perkebunan kelapa sawit perusahaan besar biasanya langsung dimanfaatkan sebagai bahan baku industri untuk pengolahan CPO pada pabrik
pengolahan kelapa sawit PKS yang dimiliki oleh perkebunan kelapa sawit perusahaan besar itu sendiri. Dengan demikian peran komoditas sawit dalam
perekonomian Kabupaten Siak sangat penting, karena keterkaitannya baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sektor-sektor perekonomian lain
baik keterkaitan ke depan maupun ke belakang. Dari aspek pengganda nilai tambah, berturut turut subsektor perkebunan
kelapa sawit rakyat, sektor pertambangan dan penggalian, subsektor pertanian tanaman lainnya, dan perkebunan kelapa sawit perkebunan besar memiliki
178 koefisien pengganda nilai tambah lebih besar dibandingkan 20 sektor lainnya.
Sektor perkebunan kelapa sawit rakyat, subsektor pertanian tanaman lainnya dan subsektor perkebunan kelapa sawit perkebunan besar berturut-turut memiliki
koefisien nilai tambah sebesar 1.28, 0.87 dan 0.84. Sedangkan subsektor perikanan merupakan subsektor pertanian yang memiliki koefisien pengganda
nilai tambah yang paling rendah dibandingkan dengan subsektor pertanian lainnya.
Dari sisi sektor industri pengolahan, nilai koefisien nilai tambah industri pengolahan kelapa sawit masih lebih tinggi dari industri pengolahan lainnya dan
masih kalah sedikit dari industri makanan, minuman dan tembakau. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengembangan kelapa sawit khususnya kelapa
sawit rakyat sangatlah tepat bagi perekonomiaan Kabupaten Siak mengingat komoditas ini mempunyai koefisien pengganda nilai tambah yang tinggi, bahkan
untuk subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat mempunyai nilai tertinggi di antara 20 sektor perekonomian lainnya.
Dari aspek pengganda faktor produksi, subsektor pertanian secara keseluruhan, kecuali pada subsektor kehutanan dan perburuan serta subsektor
perikanan, masih memiliki koefisien pengganda tenaga kerja yang lebih besar dari koefisien pengganda kapital. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor
pertanian merupakan sektor yang padat tenaga kerja labor intensive. Dengan demikian baik perkebunan kelapa sawit perkebunan besar maupun perkebunan
kelapa sawit rakyat juga masih bersifat padat tenaga kerja, hanya saja perkebunan kelapa sawit rakyat penggunaan tenaga kerjanya lebih intensif
dibandingkan dengan perkebunan kelapa sawit perkebunan besar.
179 Adapun sektor sangat padat kapital capital intensive di Kabupaten Siak
adalah berturut- turut sektor pertambangan dan penggalian, sektor jasa real estate dan jasa perusahaan, industri pengolahan lainnya, jasa perorangan dan
jasa transportasi. Adapun sektor industri pengolahan kelapa sawit ternyata juga masih bersifat padat tenaga kerja. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
sektor ekonomi yang melibatkan komoditas kelapa sawit adalah tergolong sangat strategis di Kabupaten Siak, mengingat banyaknya tenaga kerja yang
terlibat didalam sektor ini baik di subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat, subsektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar maupun di subsektor
industri pengolahan kelapa sawit. Mengacu pada pemaparan hasil analisis dari Tabel 24 dapat diuraikan
dengan jelas urutan subsektor yang menempati urutan teratas sampai terbawah apabila dilakukan perankingan. Hasil ranking subsektor berdasarkan koefisien
pengganda output bruto, keterkaitan dan nilai tambah disajikan pada Tabel 25. Berdasarkan Tabel 25, ada dua subsektor yang menempati peringkat
pertama yaitu subsektor pertanian tanaman pangan dan subsektor industri makanan, minuman dan tembakau skala kecil. Subsektor yang menempati
urutan terakhir adalah sektor jasa perbankan dan asuransi. Sedangkan untuk komoditas sawit yaitu subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat, subsektor
industri kelapa sawit, dan susektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar masing-masing menduduki peringkat 6, 7 dan 10.
180 Tabel
25. Ranking Sektor Produksi Berdasarakan Koefisien Pengganda Output Bruto, Keterkaitan dan Nilai Tambah di Kabupaten Siak
Tahun 2003
Keterkaitan Sektor Output
Ke Depan
Ke Belakang
Nilai Tambah
Total Ranking
Pertanian Tanaman
Pangan 2
2 7 7 18 1
Pertanian Tanaman
Lainnya 12
12 6 3 33 3
Peternakan dan Hasil-Hasilnya 14
14 8
10 46
8 Perkebunan Kelapa Sawit
Rakyat 19
18 4 1 42 6
Perkebunan Kelapa Sawit Prh. Besar
20 20 5 4
49 10
Kehutanan dan
Perburuan 15
15 9 5 44 7
Perikanan 10
10 18 18 56 12 Pertambangan dan Penggalian
7 9 17 2 35 4
Industri Kelapa
Sawit 17
17 2 8 44 7
Industri Makanan,
Minuman Tembakau
3 6 3 6
18 1 Industri
Pengolahan Lainnya
1 1 12 12 26 2
Listrik, Gas dan Air Minum 16
16 14
16 62
13 Pdgangan, Jasa Penunjang Angkutan
Pergudangan 18 19 1 9
47 9 Konstruksi
8 7 11 14 40 5
Restoran Perhotelan
4 3 16 17 40 5
Transportasi 6
4 20 20 50 11 Bank
Asuransi 13
13 19 19 64 14 Real Estate dan Jasa Perusahaan
11 11
13 11
46 8
Pem., Perth., Pend., Kes., Jasa Sosial Lain 5
5 10
13 33
3 Jasa Individu, RT dan Jasa Lain
9 8
15 15
47 9
Apabila pemeringkatan atas koefisien pengganda output, keterkaitan dan nilai tambah ini dilakukan per sektor pertanian saja maka hasilnya dapat dilihat
pada Tabel 26. Tabel
26. Ranking Subsektor di Sektor Pertanian Berdasarkan Koefisien Pengganda Output Bruto, Keterkaitan dan Nilai Tambah di
Kabupaten Siak Tahun 2003
Keterkaitan Nilai Sektor Output
Ke Depan
Ke Belakang
Tambah Total
Ranking Pertanian Tanaman Pangan
1 1
4 5
11 1
Pertanian Tanaman Lainnya 3
3 3
2 11
1 Peternakan dan Hasil-Hasilnya
4 4
5 6
19 4
Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat 6
6 1
1 14
2 Perkebunan Kelapa Sawit Prh. Besar
7 7
2 3
19 4
Kehutanan dan Perburuan 5
5 6
4 20
5 Perikanan 2
2 7
7 18
3
181 Berdasarkan Tabel 26, subsektor pertanian tanaman pangan dan
pertanian tanaman lainnya sama sama menduduki peringkat pertama dilihat dari dampaknya terhadap output bruto, keterkaitan dan nilai tambah secara bersama-
sama. Sedangkan perkebunan kelapa sawit rakyat dan kelapa sawit perusahaan besar masing masing berada pada peringkat 2 dan 4. Berdasarkan hasil temuan
ini dapat dinyatakan bahwa apabila pembangunan ditujukan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dilakukan berdasarkan pendekatan sektoral
yang selektif, maka pembangunan hendaknya diprioritaskan pada sektor pertanian bersama sama dengan sektor industri di samping sektor pertambangan
penggalian. Di sektor pertanian masing-masing subsektor tanaman pangan, pertanian tanaman lainnya dan perkebunan kelapa sawit rakyat perlu mendapat
prioritas utama. Sedangkan di sektor industri pengolahan baik dari sub sektor industri makanan minuman dan tembakau, industri pengolahan lainnya dan
industri pengolahan kelapa sawit juga merupakan subsektor yang perlu mendapat perhatian utama. Tabel 27 memberikan informasi tambahan tentang
subsektor yang memiliki koefisien pengganda terbesar di masing-masing sektor. Tabel 27. Rekapitulasi Sektor yang Memiliki Koefisien Pengganda Output,
Keterkaitan, Nilai Tambah dan Faktor Produksi Terbesar di Kabupaten Siak 2003
Keterkaitan Faktor Produksi
Sektor Output
Bruto Ke Depan
Ke Belakang Nilai
Tambah Tenaga
Kerja Kapital
Pertanian
Tanaman Pangan
Tanaman Pangan
Kelapa Sawit Rakyat
Kelapa Sawit Rakyat
Kelapa Sawit Rakyat
Kehutanan
Industri Pengolahan
Pertambangan Industri
Pengolahan lainnya
Industri Pengolahan
lainnya
Industri Pengolahan
Kelapa Sawit Pertambangan
dan
Penggalian
Industri Makanan,
Minuman Tembakau
Pertambangan dan
Penggalian Jasa
Restoran dan Hotel
Restoran dan Hotel
Perdagangan, Penunjang
Angkutan Pergudangan
Perdagangan, Penunjang
Angkutan Pergudangan
Perdagangan, Penunjang
Angkutan Pergudangan
Real Estate dan Jasa
Perusahaan
182 Dengan memperhatikan temuan temuan di atas maka pembangunan
ekonomi di Kabupaten Siak dapat menyandarkan prioritas pengembangannya pada subsektor subsektor pertanian tanaman pangan, industri makanan,
minuman dan tembakau, industri pengolahan lainnya, pertanian tanaman lainnya, pertambangan dan penggalian dan jasa konstruksi serta jasa restoran
dan hotel. Di samping sektor-sektor tersebut, sektor yang menjanjikan untuk mendapatkan perhatian utama dalam pengembangannya melibatkan komoditas
sawit yang dapat dijumpai pada subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat, subsektor industri pengolahan kelapa sawit dan subsektor perkebunan kelapa
sawit perusahaan besar yang berdasarkan peringkat berturut turut ada pada peringkat 6, 7 dan 10. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembangunan
dan pengembangan kelapa sawit baik di sektor hulunya berupa perkebunan kelapa sawit rakyat ataupun perkebunan kelapa sawit perusahaan besar maupun
di sektor hilirnya berupa industri pengolahan kelapa sawit sangatlah tepat bagi perekonomiaan Kabupaten Siak. Hal ini dapat diindikasikan dari bukti bahwa
komoditas ini dapat meningkatkan output bruto, mempunyai koefisien pengganda nilai tambah yang tinggi, memiliki keterkaitan baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan sektor-sektor perekonomian lain baik keterkaitan ke depan maupun ke belakang, dan mengingat banyaknya tenaga kerja yang
terlibat didalam sektor ini. Apalagi dengan melihat peran subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat yang mempunyai nilai tertinggi dalam hal nilai tambah dan
faktorial tenaga kerja di antara 20 sektor perekonomian lainnya. Begitu juga dengan subsektor industri pengolahan kelapa sawit yang mempunyai koefisien
pengganda keterkaitan ke belakang terbesar ke dua diantara 20 sektor yang ada setelah sektor jasa perdagangan jasa penunjang angkutan.
183
6.2.2. Pengganda Pendapatan Rumahtangga