41
waktunya dengan mutu sesuai standar teknis, 6 mendorong petani plasma untuk menabung atau ikut asuransi dalam rangka peremajaan tanaman antara lain
melalui IDAPERTABUN, dan 7 membeli seluruh produksi Kebun Plasma dengan harga yang layak.
2.3.3. Pola Patungan Pengembangan Perkebunan
Direktorat Pengembangan Perkebunan dan Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan Departemen Pertanian telah menerbitkan pedoman
pembangunan agribisnis kelapa sawit 1500 ha pola terpadu. Dengan pertimbangan bahwa pengelolaan sumberdaya alam yang ada di tanah air ini ditujukan untuk
sebesar-besarnya masyarakat, maka pengembangan 1500 ha pola terpadu ini harus dapat melibatkan sebesar-besarnya peran serta masyarakat. Untuk itu, pola
pengembangan yang dipandang tepat adalah pola patungan. Pola patungan ini pada dasarnya pola pengembangan perkebunan yang sahamnya sebagian dimiliki
oleh koperasi dan sebagian dimiliki oleh perusahaaninvestor dan atau pemerintah daerah. Dengan demikian, petani berstatus sebagai pemegang saham, anggota
koperasi perkebunan dan sekaligus menjadi karyawan atau anggota manajemen perusahaan http:www.deptan.go.idditbangbunpedoman.htm, diakses tanggal
12 Juni 2005. Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa alternatif yang dapat diterapkan
dalam pola patungan tersebut. Alternatif I: Seluruh saham kebun dimiliki oleh koperasi, pabrik pengolahan sahamnya dimiliki keseluruhan oleh
pengusahainvestor, yang kemudian dikelola sebagai perusahaan patungan. Alternatif II: Seluruh saham kebun dimiliki oleh koperasi, pabrik pengolahan
sahamnya dimiliki sebagian oleh koperasi dan sebagian oleh pengusahainvestor
42
dan pemerintah daerah, yang kemudian dikelola sebagai perusahaan patungan. Alternatif III: Sebagian saham kebun dimiliki oleh koperasi, sebagian lainnya
dimiliki oleh pengusahainvestor dan pemerintah daerah, pabrik pengolahan sahamnya dimiliki sebagian oleh koperasi dan sebagian oleh pengusahainvestor
dan pemerintah daerah, yang kemudian dikelola sebagai perusahaan patungan. Alternatif IV: Sebagian saham kebun dimiliki oleh koperasi, sebagian lainnya
dimiliki oleh pengusahainvestor dan pemerintah daerah, pabrik pengolahan sahamnya dimiliki sebagian oleh pengusahainvestor dan sebagian oleh
pemerintah daerah. Untuk kepemilikan saham kebun bagi anggota koperasi, disarankan
nilainya setara dengan luasan kebun sawit 4 ha. Dengan kepemilikan tersebut, petani akan lebih mampu untuk meningkatkan kesejahteraannya secara
berkesinambungan. Pemilihan alternatif pola patungan tersebut tentunya sangat tergantung kepada daerah masing-masing, termasuk kemampuan
masyarakatkoperasi dalam menyediakan modal sebagai penyertaan saham
perusahaan patungan.
Perusahaan patungan yang akan dibentuk sangat memerlukan tenaga- tenaga profesional demi keberlangsungan jalannya perusahaan tersebut. Untuk
memperoleh tenaga profesional dari pemegang saham khususnya petanimasyarakat perlu adanya peningkatan kemampuan SDM dari para
petanimasyarakat pemegang saham serta penguatan kelembagaan petanikoperasi. Dalam hal ini Pemerintah Daerah bersama dengan perusahaan
mitra investor bertanggung jawab untuk peningkat SDM tersebut.
43
Melalui pengembangan pola patungan ini, maka berbagai manfaat akan diperoleh, baik bagi petani, koperasi, pengusaha, maupun pemerintah daerah,
yaitu: 1 petanianggota koperasi memperoleh 2 sumber pendapatan, yaitu selain dari kebunnya sebagai tenaga kerja juga mendapatkan deviden dari perusahaan
patungan; 2 kelangsungan usaha akan lebih terjamin, karena tidak akan lagi terjadi konflik usaha dengan masyarakat; 3 terjaminnya ketersediaan minyak
goreng, mentega dan sabun dilokasi dengan harga terjangkau; 4 prasarana jalan di daerah tidak cepat rusak, karena lalu-lalang TBS berkurang dan tonase
kendaraan yang lebih ringan; dan 5 ekonomi wilayah akan lebih cepat berkembang dan akan mendorong meningkatnya pendapatan daerah.
2.4. Tinjauan Studi Dayasaing dan Matriks Neraca Kebijakan