Simulasi Kebijakan Aspek Mikroekonomi Simulasi Kebijakan Aspek Ekonomi Regional

4.5.1 Simulasi Kebijakan Aspek Mikroekonomi

Dari aspek mikroekonomi, dengan menggunakan model PAM dilakukan analisis simulasi kebijakan dengan skenario sebagai berikut. Skenario 1: Harga output kelapa sawit untuk kebun: harga TBS naik 10 persen, untuk pabrik kelapa sawit: harga CPO + Inti naik 15 persen. Penetapan angka simulasi ini didasarkan pada data rataan fluktuasi harga tertinggi dan terendah dari TBS dan CPO dan PKO pada tahun 1999 sampai dengan 2005 Lampiran 6. Skenario 2: Harga input untuk kebun: Pupuk naik 10 persen, untuk pabrik kelapa sawit TBS naik 10 persen. Penetapan angka simulasi untuk harga pupuk ini didasarkan atas wawancara terhadap pelaku perkebunan kelapa sawit tentang rataan tertinggiterendah dari harga pupuk yang selama ini mereka gunakan. Skenario 3: Nilai tukar rupiah menguat terhadap dollar Amerika dari Rp 9 750 menjadi Rp 9 000. Skenario 4: Kombinasi 1 dan 2. Skenario 5 : Kombinasi 1 dan 3. Skenario 6 : Kombinasi 2 dan 3 Skenario 7 : Kombinasi 1, 2, dan 3.

4.5.2 Simulasi Kebijakan Aspek Ekonomi Regional

Selanjutnya dari aspek ekonomi regional, dengan menggunakan model SAM dilakukan analisis simulasi kebijakan Lampiran 4 dengan skenario sebagai berikut. 1. Kebijakan Pemberian Stimulus Ekonomi Skenario 1: Peningkatan stimulus ekonomi sebesar 1 miliar rupiah yang didistribusikan secara merata pada sub sektor perkebunan kelapa sawit rakyat dan perkebunan kelapa sawit perusahaan besar Skenario 2: Peningkatan stimulus ekonomi pada sektor perkebunan kelapa sawit rakyat sebesar 1 miliar rupiah. Skenario 3: Peningkatan stimulus ekonomi pada sektor perkebunan kelapa sawit perkebunan besar sebesar 1 miliar rupiah. Skenario 4: Peningkatan stimulus ekonomi pada sektor industri pengolahan lainnya sebesar 1 miliar rupiah yang didistribusikan secara merata ke seluruh sektor industri pengolahan Skenario 5: Peningkatan stimulus ekonomi pada sektor industri pengolahan kelapa sawit sebesar 1 miliar rupiah.

2. Kebijakan Transfer dan Redistribusi Pendapatan

Skenario 6: Transfer pendapatan sebesar 1 miliar rupiah ke rumahtangga pedesaan golongan rendah. Skenario 7: Transfer pendapatan sebesar 1 miliar rupiah ke rumahtangga perkotaan golongan rendah. Skenario 8: Redistribusi pendapatan rumahtangga perkotaan dan pedesaan golongan atas ke rumahtangga perkotaan dan pedesaan golongan bawah masing- masing sebesar 1 miliar rupiah.

3. Kebijakan Peningkatan Ekspor

Skenario 9 : Ekspor industri perkebunan kelapa sawit perusahaan besar naik 10 persen Skenario 10: Ekspor industri pengolahan kelapa sawit naik 10 persen

4. Kebijakan Peningkatan Investasi

Skenario 11: Investasi pada sektor perkebunan kelapa sawit rakyat naik 10 persen Skenario 12: Investasi pada perkebunan kelapa sawit perusahaan besar naik 10 persen Skenario 13: Investasi pada industri pengolahan kelapa sawit naik 10 persen

5. Kebijakan Kenaikan Pajak Hasil Industri Pengolahan Kelapa Sawit

Skenario 14: Pajak industri pengolahan kelapa sawit naik 3 persen

V. DAYASAING DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT

5.1. Keragaan Umum Perkebunan Kelapa Sawit

5.1.1. Profil Petani Kelapa Sawit Rakyat

Petani sebagai pelaku utama kegiatan usahatani dalam mengelola usahanya dipengaruhi oleh beberapa faktor baik fisik maupun sosial ekonomi. Faktor-faktor tersebut meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, dan jumlah anggota keluarga. Berdasarkan hasil survei di Kabupaten Siak, profil sampel petani perkebunan kelapa sawit rakyat dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Profil Sampel Petani Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat di Kabupaten Siak Tahun 2006 Petani Plasma Petani Swadaya Uraian Minimum Maksimum Rata-rata Minimum Maksimum Rata-Rata Umur tahun 28 52 42 30 75 48 Pendidikan tahun 6 12 9 6 15 8 Pengalaman tahun 8 21 13 2 18 8 Anggota Keluarga orang 3 8 5 2 8 4 Umur petani kelapa sawit petani plasma bervariasi antara 28-52 tahun dengan rata-rata 42 tahun. Sementara itu umur petani kelapa sawit petani swadaya berkisar antara 30-75 tahun dengan rata-rata 48 tahun. Dengan menggunakan standar bahwa pekerja berumur 15-55 tahun merupakan pekerja yang tergolong produktif, maka dapat dinyatakan bahwa petani plasma merupakan petani yang berada pada usia produktif. Untuk petani swadaya sebanyak 10 persen dari sampel yang tergolong pada usia tidak produktif 55 tahun. Dengan demikian, petani kelapa sawit di Kabupaten Siak secara keseluruhan berada pada usia produktif