Perikeadaan dalam Predikasi Bahasa Angkola

tertutupi’ dosdos [A] x 1 ∅ 299 Abit i pe leng hadang ma i di abara i, jadi ulos hatiha modom. kain itu tetap tersandang di pundaknya, jadi selimut ketika tidur ‘Kain tetap tersandang di pundaknya, menjadi selimut ketika dia tidur’ hadang [A] x 1 ∅

5.12 Perikeadaan dalam Predikasi Bahasa Angkola

Bagian ini membahas Perikeadaan dalam predikasi. Predikasi tidak dapat dipisahkan dengan Perikeadaan karena predikasi berhubungan dengan apa yang terjadi di dunia atau sedikit-dikitnya “di dunia penutur dan petutur”. Apa yang terjadi di dunia yang ditunjukkan oleh satu predikasi inilah yang disebut dengan Perikeadaan. Seperti yang disebutkan sebelumnya, predikasi menunjuk pada apa yang disebut dalam TBF sebagai seperangkat Perikeadaan State of Affairs, disingkat SoA. Predikasi inti menetapkan Perikeadaan dimana ciri atau relasi yang disebut satu predikat tertentu dimiliki oleh terma yang diterapkan pada predikat tersebut. Dengan demikian, situasi dibedakan berdasarkan perangkat Perikeadaan yang dikodekan oleh situasi tersebut. Seperti yang sudah diuraikan pada awal bagian 5.11 Perikeadaan didefinisikan sebagai konsepsi tentang sesuatu yang terjadi di dunia. Keberadaan Perikeadaan tidak saja ditentukan oleh apa yang diungkapkan tetapi juga oleh bagaimana apa yang Universitas Sumatera Utara diungkapkan itu dibentuk ke dalam kerangka predikat. Di sinilah terletak hubungan antara predikasi dengan Perikeadaan dalam TBF. Perikeadaan tidak selalu harus berada pada alam realitas tetapi berada pada alam mental penutur dan petutur. Perikeadaan bukanlah sesuatu yang berujud dalam realitas tetapi perikeadaan merupakan interpretasi atau representasi dari realitas tersebut. Bila diamati data dari bahasa Angkola di bawah ini 300, 301 dan 322, maka tidak akan ditemukan dalam realitas Perikeadaan yang ditunjuk oleh kerangka predikat tersebut. Perikeadaan dalam dua kalimat ini bersifat metaforis. Tidak demikian halnya dengan data 303 dan 304. Perikeadaan dalam kedua data ini menunjuk pada realitas atau kejadian nyata di dunia penutur dan petutur. 300 Mapultak ulukku. pecah kepalaku ‘Kepalaku pecah’ 301 Masuak ate-atekku. koyak hati-ku ‘Hatiku terkoyak’ 302 Baba i pe pangangang-nganggang songon gatcip na hurang onyak. mulut pun ternganga seperti penjepit yang kurang tekan ‘Mulut ternganga seperti penjepit kurang tekan’ 303 Mapultak balon i. pecah balon PART ‘Balon itu pecah’ Universitas Sumatera Utara 304 Matapor pira manuk i. pecah telur ayam PART ‘Telor ayam itu pecah’ Data 300, 301 dan 302 sama-sama mempunyai ciri semantis [+perubahan] tetapi ketiganya berbeda dari data 303 dan 304 dari segi apakah ciri tersebut mempunyai [+kendali] atau [–kendali]. Data 300, 301 dan 302 mempunyai parameter semantis [+kendali] tetapi tidak demikian halnya dengan data 303 dan 304. Dalam data 300, 301 dan 302 argumen subjek dapat mengendalikan peristiwa walaupun dari segi realitas peristiwa tersebut tidak berujud. Sementara dalam kalimat 303 dan 304 secara semantis subjek kalimat tidak mempunyai kendali terhadap peristiwa.

5.12.1 Tipologi Semantik Perikeadaan

Perikeadaan dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis. Pembagian ini didasarkan pada nilai yang dimilikinya menurut parameter semantik. Parameter ini bersama nilainya menentukan pengelompokan semantis Perikeadaan. Pada umumnya, dalam TBF digunakan lima parameter semantik untuk tipologi Perikeadaan. Parameter ini meliputi kedinamisan, telisitas, pungtualitas, pengendalian, dan pengalaman. Dari segi kedinamisan maka diperoleh dua tipologi, yaitu: i Perikeadaan yang dinamis dan statis, dan ii Perikeadaan yang terkendali dan tak terkendali. Universitas Sumatera Utara Perikeadaan yang dinamis dan statis digambarkan dengan penggunaan + dan – seperti +dinamis dan –dinamis. Telisitas berarti apakah Perikeadaan berakhir secara alamiah atau tidak. Perikeadaan yang menggambarkan akhir yang alamiah disebut +telik dan yang mempunyai akhir disebut –telik. Pungtualitas berkenaan dengan apakah Perikeadaan berlangsung sesaat atau dalam kurun waktu tertentu atau bersifat duratif. Ketiga parameter ini, dinamis, telik, dan pungtual mempunyai keterkaitan. Keterkaitan antara ketiganya dapat digambarkan seperti berikut. Gambar 5.1. Keterkaitan parameter Perikeadaan Perikeadaan [–dinamis]: Situasi [+dinamis]: Peristiwa [–telik] [+telik] [–pungtual] [+pungtual] Dari gambar di atas dapat diamati bahwa secara tipologis, Perikeadaan bisa dikelompokkan ke dalam Perikeadaan yang Situasi dan Perikeadaan yang Peristiwa karena Situasi dan Peristiwa dibedakan dalam TBF. Perikeadaan situasi bersifat statis dan Perikeadaan peristiwa cenderung besifat dinamis. Kemudian, Situasi dan Peristiwa yang [–telik] tidak akan pernah mempunyai ciri [+pungtual]. Ini juga berarti bahwa apabila satu predikasi mempunyai ciri [+telik] atau [–telik] berarti predikasi itu mempunyai ciri [+dinamis]. Sementara itu, predikasi yang mempunyai ciri [– pungtual] atau [+pungtual] berarti predikasi itu bersifat [+telik]. Universitas Sumatera Utara Beberapa data untuk parameter Perikeadaan di atas diberikan berikut ini. 305 Na rata baju nia [+situasi] hijau baju nya ‘Bajunya berwarna hijau’ 306 Guru aya nia [+situasi] guru ayahnya ‘Ayahnya guru’ 307 Sonang roha ni ama ina [+situasi] senang hati ayah dan ibu ‘Ayah dan ibu merasa senang’ 308 Nadung matobang hami sannari [+situasi] sudah tua kami sekarang ‘Kami sudah tua sekarang’ 309 Harana menek dope ia nabaruon [+situasi] karena kecil PART PART dia waktu itu ‘Dia masih kecil waktu itu’ 310 Marrara i pamatang na. [+peristiwa] memerah badannya ‘Badannya menjadi merah’ Universitas Sumatera Utara 311 Marbuka pittu bagas i. [+peristiwa] terbuka pintu rumah itu ‘Pintu rumah itu terbuka’ 312 Topet hamun ison halak kahanggi [+peristiwa] tepat kalian di sini kahanggi kami ‘Kalian kebetulan sedang di sini kahanggi kami’ 313 I ma parkumpulanta di ari sadarion [+peristiwa] ini PART perkumpulan kita di hari ini ‘Inilah perkumpulan kita pada hari ini’ 314 Baju i pe mulai makkasuak [+peristiwa] baju itu PART mulai koyak ‘Baju itu sudah mulai koyak’ 315 Marende A Sing Sing So dakdanak i. [+telik] menyanyi a sing sing so anak itu ‘Anak itu menyanyi A sing sing so’ 316 Mambaen dua motor-motoran si Tigor [+telik] membuat dua mobil-mobilan si Tigor ‘Si Tigor membuat dua mobil-mobilan’ 317 Mambaen motor-motoran si Tigor. [–telik] membuat mobil-mobilan si Tigor ‘Si Tigor membuat mobil-mobilan’ Universitas Sumatera Utara 318 Mayup abit i. [–telik] hanyut kain itu ‘kain itu hanyut’ 319 Maroban indahan tungkus [ −telik] membawa nasi yang dibungkus ‘Membawa makanan yang lengkap’ 320 Martatai halaki. [+pungtual] tertawa mereka ‘Mereka tertawa’ 321 Batuk-batuk aya nia. [+pungtual] batuk-batuk ayahnya ‘Ayahnya batuk-batuk’ 322 Tarpodom si Tigor. [–pungtual] tertidur si Tigor ‘Si Tigor tertidur’ 323 Manortor nauli bulung [ −pungtual] menari muda mudi ‘Muda mudi sedang menari’ 324 Mambasu bujing-bujing i di aek an [–pungtual] mencuci anak gadis itu di sungai ‘Anak gadis itu mencuci di sunga’ Universitas Sumatera Utara Perikeadaan juga dapat dibedakan dari segi terkendali dan tak terkendali dari segi [+kendali] dan [–kendali]. Satu Perikeadaan dapat disebut mempunyai ciri [+kendali] apabila argumen pertamanya mempunyai kekuatan untuk menentukan apakah Perikeadaan tersebut terjadi. Dengan demikian, argumen pertama ini mempunyai kekuasaan untuk mengendalikan apa yang dimaksudkan didalam predikasi. 325 Mambuka pittu si Tigor. [+kendali] membuka pintu si Tigor ‘Si Tigor membuka pintu’ 326 Marbuka pittu na. [–kendali] terbuka pintunya ‘Pintunya terbuka’ Berdasarkan kehadiran parameter [+kendali] atau [–kendali] tipologi Perikeadaan dapat digambarkan sebagai berikut. Tabel 5.9. Tipologi Perikeadaan Umum [+kendali] [–kendali] [–dinamis] Situasi Posisi Keadaan [+dinamis] Peristiwa Aksi Proses [–telik] Peristiwa Aktivitas Dinamisme [+telik] Peristiwa Pencapaian Perubahan Universitas Sumatera Utara Data dalam bahasa Angkola untuk masing-masing jenis Perikeadaan pada Bagan 5.6 di atas dapat dilihat seperti berikut. 327 Disippan ia anak boru on di bagasan ni kaco. Posisi disimpannya anak gadis ini di dalam kaca ‘Anak gadis ini disimpannya di dalam kaca’ 328 Dipajuguk ma halahi di pantar tonga Posisi didudukkan mereka di ruang tengah ‘Mereka didudukkan din ruang tengah’ 329 Di bagasan ni kaco anak boru on Keadaan di dalam kaca anak gadis ini. ‘Anak gadis ini di dalam kaca’ 330 Hami pe tarsonggot do Keadaan kami PART terkejut PART ‘Kami juga terkejut’ 331 Ditaba ia ma batang ni hayu i Aktivitas ditebangnya PART batang kayu itu ‘Batang kayu itu ditebangnya’ 332 Manyambut diharoro munu Aktivitas menyambut kedatangan kalian ‘Kami sambut kedatangan kalian’ Universitas Sumatera Utara 333 Maneteki aek i Dinamisme menetes air itu ‘Air itu menetes’ 334 Madabu bayuon nia Dinamisme jatuh anyamannya ‘Anyamannya jatuh’ 335 Ma sidung si Tigor sumbayang Pencapaian Sudah selesai si Tigor sembahyang ‘Si Tigor sudah selesai sembahyang’ 336 Ma ulehen mangan ho inang Pencapaian sudah ku beri makan kau nak ‘Sudah ku beri kau makan anakku’ 337 Mapultak balon I Perubahan pecah balon itu ‘Balon itu pecah’ 338 Dipaidahon ayamu do godang roha nia Perubahan diperlihatkan ayahmu PART besar hatinya ‘Ayahmu memperlihatkan besar hatinya’ Dalam bahasa Angkola, Perikeadaan dapat juga dikelompokkan berdasarkan bagaimana Perikeadaan dapat terjadi melalui alat inderawi atau proses mental. Perikeadaan yang terjadi melalui kedua cara ini dikelompokkan ke dalam [+pengalaman] dan [–pengalaman]. Di sini, [+pengalaman] adalah Perikeadaan yang Universitas Sumatera Utara mengandung argumen mahluk +animata yang menyadari, merasa, menginginkan, atau mengalami sesuatu dalam berbagai cara. 339 Na porsaya iba bagas i bagas ni jolma [+pengalaman] Neg percaya saya rumah itu rumahnya manusia ‘Saya tidak percaya itu rumah manusia’ 340 Bisa muse iba mandok sipaingot tu halak [ −pengalaman] bisa juga kita mengingatkan orang lain ‘Kita bisa menasehati orang lain’ 341 Na dipaitte ia be dongan nia [–pengalaman] Neg ditunggunya lagi kawannya ‘Dia tidak menunggu kawannya lagi

5.12.2 Fungsi Semantik Inti dalam Bahasa Angkola

Dalam bagian sebelumnya di atas sudah dibahas predikasi inti dalam bahasa Angkola. Setiap predikasi inti mempunyai fungsi semantik yang juga disebut dengan fungsi semantik inti. Pada dasarnya, fungsi ini berkaitan dengan distribusi semantik kepada posisi argumen dalam kerangka predikat inti dasar. Pada data 342, 343 dan 344 misalnya, terlihat dua kerangka predikat verba dasar, yaitu predikat verba bolkas, marbuka, dan paitte. Ketiganya verba ini mempunyai dua posisi argumen yang berbeda, yaitu verba dengan satu posisi argumen, yaitu Ag Agent dan KOSONG, dan verba dengan dua posisi argumen, yaitu Ag dan Rec Recipient. Universitas Sumatera Utara 342 bolkas [V] x 1 : humanAg 343 marbuka [V] x 1 : -animata ∅ 344 paitte [V] x 1 : humanAg x 2 Rec Dari sampel data di atas dapat diperikan beberapa fakta yang ada kaitannya antara predikasi inti dengan Perikeadaan. Pertama, fungsi semantik menetapkan peran yang dimiliki entitas dalam Perikeadaan yang ditunjukkan oleh kerangka predikat verba, nominal, dan lainnya. Kedua, kerangka predikat verbal dasar bisa satu arah, dua arah, atau tiga arah, yang masing-masing menggambarkan hubungan ciri, hubungan dua pihak, dan tiga pihak. Dari pembahasan kerangka predikat pada bagian 5.8, dapat diringkaskan di sini tiga kelompok fungsi semantik. Kelompok pertama adalah beberapa fungsi semantik yang hanya ditetapkan bagi argumen pertama x 1 . Kelompok kedua adalah fungsi semantik yang hanya ditujukan untuk argumen kedua x 2 . Kelompok ketiga adalah beberapa fungsi semantik yang dapat digunakan bagi argumen yang mengisi posisi kedua x 2 atau ketiga x 3 . Kombinasi fungsi semantik di dalam kerangka predikat inti dasar didasarkan pada ketiga kelompok ini. Universitas Sumatera Utara Tabel.5.10. Kombinasi Fungsi Semantik dalam Perikeadaan 1 A B1 B2 Agent Ag Goal Go Recipient Rec Positioner Po Location Loc Force Fo Direction Dir Processed Proc Source So Zero Reference Ref Kombinasi fungsi semantik diterapkan berdasarkan beberapa prinsip yang dapat diuraikan sebagai berikut: a. Satu fungsi semantik tertentu hanya terdapat sekali saja pada satu kerangka predikat; b. Dalam semua kerangka predikat, x 1 mendapatkan salah satu fungsi yang terdaftar pada kelompok A; c. Dalam kerangka predikat dua arah, x 2 mendapatkan salah satu fungsi yang terdaftar kelompok B1 atau dari kelompok B2; d. Dalam kerangka predikat tiga arah, x 2 mendapatkan salah satu fungsi yang terdaftar kelompok B1 dan x 3 dari kelompok B2. Untuk melihat bagaimana kombinasi ini bekerja dalam bahasa Angkola, beberapa data yang sesuai diberikan di bawah ini. Data 345 sampai 355 menggambarkan kerangka predikat dengan posisi argumen yang berbeda-beda dan dengan pola kombinasi yang berbeda juga. 1 Terjemahan masing-masing fungsi semantik argumen di dalam kerangka predikat pada Tabel 4.2 dapat dilihat pada Bab 4. Universitas Sumatera Utara 345 Ag Go Manakkup manuk si Tigor. menangkap ayam si Tigor ‘Si Tigor menangkap ayam’ 346 Ag Go Rec Dilehen ia manuk i tu si Tigor. diberikannya ayam itu kepada si Tigor ‘Dia memberikan ayam kepeda si Tigor’ 347 Ag Loc Maridi si Tigor di Aek Sosa. mandi si Tigor di sungai sosa ‘Si Tigor mandi di sungai sosa’ 348 Ag Go Dir Mangalap aek si Tigor tu rura an. mengambil air si Tigor ke lembah sana ‘Si Tigor mengambil air ke lembah sana’ 349 Ag Dir Marlojong si Tigor tu bagas. berlari si Tigor ke rumah ‘Si Tigor berlari ke rumah’ 350 Ag So Mangaluppat si Tigor sian batang ni jambu i. melompat si Tigor dari batang jambu itu ‘Si Tigor melompat dari batang jambu’ 351 ∅ Ref Tarpahorong do ia dohot aya nia. tersatukan dia dengan ayahnya ‘Dia tersatukan dengan ayahnya’ Universitas Sumatera Utara 352 Po Go Dijuguki ia karosi ni oppu i. didudukinya kursi kakeknya ‘Dia menduduki kursi kakeknya’ 353 Po Loc Ma payak si Tigor di balian. tergeletak si Tigor di tempat tidur ‘Si Tigor tergeletak di tempat tidur’ 354 Pro So Madabu polam i sian batang na. jatuh polam itu dari batangnya ‘Polam itu jatuh dari batangnya’ 355 Fo Dir Madabu harambir tu bagas nia. jatuh buah kelapa ke rumahnya ‘Buah kelapa jatuh ke rumahnya’ Kelihatannya, predikat verba mempunyai kerangka predikat yang lebih produktif dibandingkan dengan kerangka predikat nomina, adjektiva, dan adposisional. Hal ini dapat dimaklumi karena predikat verba cenderung menggambarkan relasi bila dibandingkan dengan predikat lainnya yang cenderung menggambarkan ciri. Walaupun beberapa predikat nomina atau adjektiva ada yang menggambarkan relasi antara entitas tetapi terbatas pada relasi rferensial seperti data di bawah ini. Universitas Sumatera Utara 356 ∅ Ref On ma tulang ni si Tigor. ini PART paman si Tigor ‘Ini paman si Tigor’

5.13 Predikasi dalam Teks Lisan dan Tulis