Tata Bahasa Wacana Fungsional Beberapa Penelitian Terdahulu

pernah mempunyai ciri [+pungtual]. Ini juga berarti bahwa apabila satu predikasi mempunyai ciri [+telik] atau [–telik] berarti predikasi itu mempunyai ciri [+dinamis]. Sementara itu, predikasi yang mempunyai ciri [–pungtual] atau [+pungtual] berarti predikasi itu bersifat [+telik]. Perikeadaan ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 3.3 Perikeadaan +pungtual +telik +dinamis: peristiwa -pungtual Perikeadaan -telik -dinamis: situasi

3.4 Tata Bahasa Wacana Fungsional

Setelah Simon C. Dik meninggal dunia pada tahun 1994, perkembangan tata Bahasa fungsional mengalami perkembangan baru. Teman-teman dan murid beliau menggagas Tata Bahasa Wacana Fungsional Discourse Functional Grammar dengan menerbitkan buku Functional Discourse Grammar. A Typologically-Based Theory of Language Structure pada tahun 2008 yang ditulis oleh Kees Hengeveld and J. Lachlan Mackenzie 2008. Tata Bahasa Wacana Fungsional TBWF disebut sebagai teori bahasa struktural-fungsional yang berbasis tipologis. Tata Bahasa ini mempunyai organisasi yang bersifat dari atas ke bawah top-down untuk mencapai kecukupan psikologis dan menetapkan Tindak Wacana sebagai unit analisis dasar untuk mencapai Universitas Sumatera Utara kecukupan pragmatik. Walaupun benar-benar merupakan model tata bahasa, TBWF dirancang untuk berinteraksi dengan Komponen-komponen Konseptual, Kontekstual, dan Luaran sehingga meningkatkan keserasiannya kompatibilitas dengan teori interaksi verbal yang lebih luas.

3.5 Beberapa Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian tentang bahasa telah banyak dilakukan, dengan mengambil topik-topik pada bagian yang spesifik dari bahasa. Penelitian bahasa daerah di Sumatera Utara yang pernah dilakukan oleh peneliti asing dan Indonesia di antaranya adalah Van der Tuuk 1971 A grammar of Toba-Batak. Woollams 1996 A Grammar of Karo Batak, Sumatra, Nababan 1981 A Grammar of Toba-Batak dan Sibarani 2003 Semantik Bahasa Batak Toba. Namun, penelitian tentang bahasa daerah di Indonesia yang menggunakan pendekatan Tata Bahasa Fungsional kelihatannya belum ada yang terpublikasi dengan baik sehingga belum ditemukan hasil penelitiannya di perpustakaan. Beberapa penelitian ataupun artikel yang ditemukan sedikit banyaknya masih berkaitan dengan topik penelitian ini diberikan berikut ini. Birnbaum 1964 melakukan penelitian bahasa Rusi berjudul Studies of Predication in Russian-I. Predicative Case, Short Form Adjectives and Predicatives. Penelitian ini membahas predikasi dalam bahasa Rusia, di mana predikat direalisasikan dengan cara lain selain dengan bentuk-bentuk kata kerja infinit dan juga bentuk-bentuk non-verba termasuk zero-morpheme kata kerja kopula. Universitas Sumatera Utara Sumampauw 1983 menulis artikel tentang Tata Bahasa Fungsional di dalam Jurnal Ilmiah MLI, Tahun ke 1, Nomor 2, Agustus 1983. Dia membahas teori dan pendekatan Tata Bahasa Fungsional dengan mengacu pada tulisan-tulisan Simon C. Dik pada kurun waktu 1966-1982. Warouw 1997 melakukan penelitian disertasi yang berjudul “Kombinasi Predikasi dalam Wacana Bahasa Indonesia”. Penelitian ini mengkaji jenis-jenis kombinasi predikasi serta pola-pola kombinasi predikasi sebagai perwujudan sistem kombinasi predikasi yang terdapat di dalam wacana-wacana Bahasa Indonesia. Hasil penelitiannya juga melaporkan bahwa dalam wacana bahasa Indonesia terdapat sepuluh jenis kombinasi predikasi, yakni penggabungan, alternasi, temporalitas, implikasi, parafrase, ilustrasi, deiksis, atribusi, pencakupan, dan rujuk balik. Dua jenis kombinasi predikasi terakhir tidak terdapat dalam teori Longacre, tetapi ada dalam data bahasa Indonesia. Kosmas dan Arka 2007 menulis tentang “Masalah Relasi Gramatikal Bahasa Rongga: Sebuah Kajian Awal” dalam Linguistik Indonesia, Tahun ke 25, Nomor 1, Februari 2007. Keduanya mengangkat permasalahan ketiadaan afiksasi pada verba bahasa Rongga beserta karakteristik lain yang terkait dengan tipe isolasi dan perubahan relasi gramatikal argumen dari sudut Tatabahasa Leksikal- Fungsional. Sudaryat 2009 menulis artikel berjudul “Unsur-unsur Fungsional Klausa dalam Bahasa Sunda” dalam Jurnal Sosiohumaniora Volume 11 No. 2 Juli 2009. Artikel ini menggambarkan fungsi sintaksis dari elemen klausa atau fungsional klausa dalam bahasa Sunda. Ada tiga elemen klausa: predikasi, subjek dan komplementasi. Universitas Sumatera Utara Tiga elemen klausa ini, masing-masing dilihat dari bentuk, kategori, distribusi dan peran sintaksis. Arka 2003 dalam Bambang Kaswanti Purwo ed. PELBBA 16, hal. 51-113 menulis artikel berjudul “Bahasa-bahasa Nusantara: Tipologinya dan tantangannya bagi Tatabahasa Leksikal-Fungsional”. Arka mengangkat beberapa isu yang terkait dengan keragaman bahasa-bahasa Nusantara yang mungkin membawa masalah bagi penerapan teori Tatabahasa Leksikal-Fungsional. Klarifikasi atas beberapa asumsi telah diberikan dan alternatif pemecahan atas isu-isu yang muncul juga disodorkan dan dibahas. Menurut Arka, dalam aplikasi Tatabahasa Leksikal-Fungsional untuk bahasa-bahasa Nusantara, “ada beberapa asumsikonsepsi yang mesti dibuat ekplisit, di antaranya adalah sebagai berikut: a Fungsi gramatikal adalah abstraksinetralisasi relasi atau oposisi tertentu yang realisasi konkretnya tata urut, pemarkahan, dan sebagainya bervariasi dari satu bahasa ke bahasa lainnya; b Fungsi gramatikal membentuk klas-klas fungsi alamiah, yang komposisi internalnya bisa membentuk klas dan subklas fungsi. Ini bisa dibuat ekplisit dalam pendekatan dekomposisi fungsi dalam fitur-fitur primitive; c Realisasi suatu fitur dasar pembentuknya bisa jadi tidak selalu terwujud pada suatu bahasa” Arka, 2003: 110. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Metode

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yang pada dasarnya merupakan penelitian interpretatif Creswell, 1994:147. Penelitian deskriptif memanfaatkan data yang sudah ada, sehingga dalam penelitian ini interpretasi terhadap data yang dikumpulkan menjadi fokus utama kajian. Creswell 1994:148 kemudian melanjutkan bahwa salah satu hal penting dalam penelitian kualitatif adalah informan baik berbentuk dokumen maupun visual yang dengan sengaja dipilih agar mampu menjawab pertanyaan penelitian. Untuk itu penelitian ini juga menerapkan hal yang sama dengan melakukan perekaman dan pemilihan teks. Pendekatan fungsional yang diterapkan dalam penelitian ini merupakan teori yang dekat pada aliran konstruktivisme dalam membangun makna teks. Ini berarti bahwa latar belakang pembentukan makna teks akan dipengaruhi faktor-faktor yang terdapat dalam konteks sosial. Pendekatan fungsional juga mempunyai hubungan dengan etnografi, karena untuk mengetahui makna teks peneliti cenderung melibatkan dirinya pada konteks budaya maupun ideologi. Dengan demikian, konstruksi makna seperti disebutkan sebelumnya akan melibatkan konteks budaya dan ideologi masyarakat bahasa digunakan yaitu bahasa Angkola dan linguistik fungsional merupakan bidang yang mengkaji deskripsi dan analisis pengkodean bahasa. Universitas Sumatera Utara