sere do on on ma borutta
jeges baju nia malo ho markoum
di son ma hita di saba an do ia
Seperti yang disebutkan pada bagian sebelumnya di atas, di antara temuan dari analisis data yang dilakukan, hasil analisis menunjukkan bahwa bahasa Angkola
mempunyai beberapa predikat dan kerangka predikat yang berbeda. Predikat bergabung dengan terma argumen ataupun terma satelit untuk membentuk predikasi.
Bagian 5.5 berikut ini mencoba membahas predikat bahasa Angkola dan selanjutrnya bagian 5.8 membahas kerangka predikat.
5.5 Predikat dalam Bahasa Angkola
Berdasarkan pengamatan terhadap hasil analisis penelitian ini dapat dijelaskan bahwa bahasa Angkola mempunyai predikat yang dapat dibedakan ke dalam predikat
dasar dan predikat turunan. Seperti yang sudah diuraikans di atas, predikat juga menunjukkan ciri atau relasi.
Menurut TBF, pembentukan struktur klausa dasar memerlukan predikat yang harus diterapkan kepada beberapa terma yang sesuai jumlah dan jenisnya. Terma ini
bisa berfungsi sebagai argumen atau mengisi satelit. Predikat menunjukkan ciri atau
Universitas Sumatera Utara
relasi sementara terma bisa digunakan untuk merujuk pada entitas wujud. Dalam TBF, terma ini berpotensi untuk menjadi perujukan atau referensi.
149 Kehe si Tigor tu Aek Sulum.
pergi PART-si Tigor ke Aek Sulum ‘Tigor pergi ke Aek Sulum.’
150 Mate horbo badar i.
mati kerbau putih bule itu ‘Kerbau putih itu sudah mati.’
Dalam kalimat 149 predikatnya adalah verba kehe, yang terdapat dua argumen, yaitu si Tigor dan tu Aek Sulum. Predikat ini menunjukkan relasi dua
tempat di antara dua entitas dengan peran ‘pelaku’ Agent dan ‘arah’ Direction. Dengan demikian, predikat kehe perlu menggunakan dua terma, yaitu terma si Tigor
dan tu Aek Sulum. Sedangkan dalam kalimat 150 predikatnya adalah verba mate, yang mengambil satu argumen, yaitu horbo badar i. Predikat mate menunjukkan
relasi satu tempat dengan peran ‘terproses’ Proc. Menurut TBF, apabila satu predikat diterapkan kepada seperangkat terma yang sesuai, hasilnya adalah predikasi
inti. Seperti yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, predikasi inti untuk
data 149 dan 150 dapat dilambangkan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
kehe si Tigor tu Aek Sulum mate horbo badar i
Selain predikat dasar seperti kehe, dari sampel data dapat diamati beberapa predikat turunan seperti di bawah ini. Predikat turunan dapat berbentuk hasil proses
morfologis seperti marcampur-campur atau binoto dan proses idiomatis seperti penggabungan kata na jeges, na lilu, dan sebagainya.
151 Adong bunga na rara, bunga na gorsing marcampur-campur dohot bunga
na sikolat. ada bunga yang merah, bunga yang kuning bercampur-campur
dengan bunga yang coklat. ‘Ada bunga berwarna merah, berwarna kuning, bercampur-campur dengan
bunga yang berwarna coklat’
152 Na jeges ma ’ttong inganan on
cantik sekali PART tempat ini ‘Tempat ini cantik sekali’
153 Na lilu do au.
tersesat PART aku ‘Aku sedang tersesat’
154 Na mardokat ma na binoto mu.
yang bermain PART yang kamu tau ‘Kamu hanya tau bermain saja’
Universitas Sumatera Utara
Untuk melihat bagaimana predikat dalam bahasa Angkola dapat dideskripsikan, berikut ini akan dibahas seluruh jenis predikat baik predikat dasar
maupun predikat turunan. Predikat ini akan diambil dari data teks penelitian sesuai konteks penggunaannya dan melihat kemungkinan apakah predikat tersebut bisa
diuraikan dalam bentuk yang lepas dari konteksnya. Perlu dicatat di sini, gambaran predikat ini, bila memungkinkan, diberikan dalam predikasi inti sehingga
mengabaikan penyisipan setiap operator. Dalam TBF, kelas kata atau kategori sintaksis didefinisikan berdasarkan
fungsi prototipikal yang dipenuhi oleh kata itu di dalam konstruksi predikasi. Misalnya dalam kalimat 150 di atas ditemukan tiga kategori V, N dan A dengan
fungsi prototipikalnya. Dalam konstruksi 150 mate memenuhi fungsi predikatif sebagai predikat utama predikasi tersebut. Horbo mempunyai fungsi inti terma yang
merupakan pembatas restriktor pertama dalam struktur terma dan badar mempunyai fungsi atributif. Adjektiva badar merupakan non-pembatas dalam struktur terma.
5.5.1 Predikat Verbal
Predikat verbal V adalah predikat yang pada dasarnya digunakan sebagai fungsi predikatif. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya di atas, predikat terdiri
atas predikat dasar dan turunan. Dalam bahasa Angkola, predikat verba dasar di antaranya kehe, muba, mulak, ra, bolkas, dan lehen seperti yang ditemukan di dalam
teks. Predikat verba turunan berasal dari verba dasar yang sudah mengalami proses
Universitas Sumatera Utara
morfologis. Predikat verba turunan dalam contoh berikut ini adalah marpikir, mambelok, diligin, marsapa, mambege, upatola.
Seluruh data yang diberikan di bawah ini 155 sampai 165 merupakan apa yang ditemukan dalam korpus data. Karena ada yang tidak dalam bentuk predikasi
inti, maka diperlukan pemisahan struktur untuk menemukan predikasi inti. Bentuk predikasi inti diberikan pada data 166 sampai 181 untuk keperluan
mendeskripsikan predikat verbal. Kalimat 155 sampai 175 dibahas tersendiri dalam bagian yang membahas predikasi pokok dan predikasi perluasan.
155 Kehe ma da si Tigor mai soban tu Aek Sulum, opat kilometer sian Sipirok
tu Tarutung. pergi PART PART-si Tigor mengambil kayu ke Aek Sulum, empat
kilometer dari Sipirok ke Tarutung ‘Si Tigor pergi mengambil kayu ke Aek Sulum, empat kilometer dari
Sipirok ke Tarutung’
156 Napola marpikir ginjang, maningor ia mambelok tu siamun.
tanpa berpikir panjang langsung dia membelok ke kanan ‘Dia tanpa berpikir panjang langsung membelok ke kanan’
157 Tai di tonga dalan muba pikiran nia.
tapi di tengah jalan berubah pikiran dia ‘Tapi dia berubah pikiran di tengah jalan’
158 Roha nami leng na marsapa ma hami.
pikir kami ingin bertanya PART kami
Universitas Sumatera Utara
‘Kami berpikir ingin menanyakannya’
159 Ulang hami inang mambege naso tupa.
jangan sampai kami nak mendengar yang tidak baik ’Kami nak jangan sampai mendengar yang tidak baik’
160 Diligin ia iboto nia i.
dilihatnya adik perempuannya itu ‘Dia melihat adik perempuannya’
161 Mulak ia tubagas.
pulang dia ke rumah ‘Dia pulang ke rumah’
162 Na ra be ho.
Neg mau PART kamu ‘Kamu tidak mau lagi’
163 Laho bolkas ma boru.
akan berangkat PART penganten perempuan ’Penganten perempuan akan berangkat’
164 Na ulehen ko annon mangan.
Neg kuberi kau nanti makan ‘Aku tidak mau memberi makan kamu nanti’
165 Na upatola ho tu bagas on.
Neg ku bolehkan kamu datang ke rumah ini ‘Aku tidak membolehkan kamu datang ke rumah ini’
Universitas Sumatera Utara
Dalam konteks yang berbeda dengan mengabaikan unsur-unsur ekstraklausa, penggunaan predikat verba di atas bisa ditemukan dalam bentuk seperti di bawah ini
dari data 160 sampai 165. Dalam TBF yang menjadi perhatian awal adalah struktur klausa utama. Ekstraklausa dan klausa subordinat dibahas kemudian.
Ekstraklausa inang pada data 159 misalnya bisa dikelompokkan sebagai Vokatif dalam TBF.
Berdasarkan prinsip TBF yang disebutkan di atas, maka pada setakat ini diperoleh bentuk klausa inti pada 160 – 165, yang pada umumnya merupakan
predikasi inti. Menarik untuk diamati dari data ini, bahwa ternyata predikat inti dalam bahasa Angkola bisa mempunyai dua pola urutan, yaitu VSO dan SVO seperti yang
ditunjukkan oleh contoh-contoh di bawah ini. Contoh 164 - 165 mempunyai pola predikasi inti SVO sementara yang lainnya seperti dalam 160 – 163 dalam pola
VSO. Meskipun 155 dan 156 berbeda realisasi urutan kerangka predikatnya,
keduanya di gambarkan dalam kerangka predikat dengan urutan yang sama.
Contoh: kehe [V] x
1
: animataAg x
2
Dir mambelok [V] x
1
: animataAg x
2
Dir atau
x
2
Dir x
1
: animataAg kehe [V] x
2
Dir x
1
: animataAg mambelok [V]
Universitas Sumatera Utara
Dalam TBF, kerangka predikat seharusnya tidak mempunyai urutan linear. Urutan bagaimana kerangka ini dituliskan, misalnya predikat ditulis pertama sekali
baru kemudian posisi argumen, semata-mata bersifat konvensional. Urutan linear sebenarnya baru akan didefenisikan pada tingkat kaidah ungkapan ekspresi.
5.5.1.1 Predikat verbal dasar
Sesuai dengan namanya, predikat verbal dasar berasal dari verba dasar dalam bahasa Angkola. Verba dasar di sini ditafsirkan sebagai verba yang belum menerima
tambahan apapun melalui proses morfologis. Dalam bahasa Angkola proses morfologis pada verba dapat mengakibatkan perubahan perilaku predikatif verba
tersebut. Hal ini dapat dilihat pada data 173. Perubahan bentuk ini dari lehen menjadi mangalehen tidak mengakibatkan perubahan sifat relasi predikasional verba
tersebut seperti yang dapat dilihat pada kerangka predikatnya tetapi mengubah urutan argumen pada struktur ekspresi.
Berikut ini diberikan data tentang penggunaan predikat verba dalam predikasi inti. Selain itu diberikan juga gambaran kerangka predikat masing-masing. Dalam
kerangka predikat ini kelihatan juga fungsi semantis predikat verba. Pembahasan berbagai fungsi semantis predikat verba diberikan pada bagian 5.11 pada bagian akhir
bab ini.
Universitas Sumatera Utara
166 Kehe si Tigor tu sikola.
pergi si Tigor ke sekolah ‘Si Tigor pergi ke sekolah’
kehe [V] x
1
: animataAg x
2
Dir
Kerangka ini menyatakan bahwa verba kehe mempunyai dua argumen Ag Pelaku dan Dir Arah. Ketidak hadiran salah satu keduanya dalam pembentukan
predikasi dengan predikat kehe dapat mengakibatkan kalimat yang tidak gramatikal.
Contoh: kehe si Tigor
kehe tu sikola
167 Muba pikiran nia.
berubah pikiran dia ‘Dia berubah pikiran’
muba [V] x
1
Proc
Kerangka predikat muba menunjukkan bahwa verba ini mempunyai satu argumen Proc Terproses. Secara semantik predikat verbal muba bisa mempunyai
argumen Proc dan tidak bisa mempunyai argumen Ag. Walaupun entitas yang menempati posisi argumen tersebut sama, peran semantis argumen tersebut tetap
Proc. Contoh:
Universitas Sumatera Utara
Muba si Tigor. muba [V] x
1
Proc
168 Mulak ia tu huta.
pulang dia ke kampung ‘Dia pulang ke kampung’
mulak [V] x
1
: animataAg x
2
Dir
Sama halnya dengan predikat kehe, predikat mulak juga mempunyai dua argumen Ag dan Dir. Tetapi berbeda dengan kehe, predikat verbal mulak mempunyai
dua kerangka predikat, yaitu berargumen dua dan berargumen satu. Secara otomatis atau default, sebenarnya verba ini adalah predikat verbal berargumen satu dengan
argumen ke rumah. Predikat ini baru berargumen dua apabila yang dimaksudkan oleh penutur adalah entitas selain ke rumah, misalnya ke kampung, rumah orang tuanya,
dan sebagainya. Perbedaan ini dapat dilihat pada contoh berikut:
169 Mulak ia.
pulang dia ‘Dia pulang ke rumah’
mulak [V] x
1
: animataAg
Universitas Sumatera Utara
170 Ra ho.
mau kamu ‘Kamu bersedia’
ra [V] x
1
: animataPo
Predikat verba ra mempunyai satu argumen Po Pemosisi. Peran semantis argumen ra tidak bisa Ag, Dir, ataupun Proc. Secara pragmatis contoh kalimat di atas
sebenarnya mempunyai modus interogatif.
171 Bolkas ma boru.
berangkat PART penganten perempuan ‘Penganten perempuan segera berangkat’
bolkas [V] x
1
: humanAg
Predikat bolkas dalam contoh di atas membentuk predikasi bersama operator ma. Tanpa operator ini kalimat tersebut akan terasa janggal. Operator ma dalam
bahasa Angkola mempunyai dua fungsi dengan dua posisi yang berbeda, yaitu sebelum dan sesudah verba. Sebelum verba operator ma berfungsi sebagai ASPEK
perfektif sedangkan dalam posisi sesudah verba operator ini berfungsi sebagai penegas. Operator ini tidak dapat dugunakan sekaligus pada dua posisi karena akan
menghasilkan kalimat yang tidak gramatikal. Perbedaan ini dapat diamati pada contoh di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
172 Ma bolkas ma boru.
ASPEK berangkat penganten perempuan ‘Penganten perempuan sudah berangkat’
bolkas [V] x
1
: humanAg
Ma bolkas ma boru.
173 Ulehen ko annon mangan.
ku-beri kau nanti makan ‘Ku beri makan kau nanti’
lehen [V] x
1
: animataAg x
2
Go x
3
: animataRec
Predikat verbal lehen bersama subjek pelaku hu membentuk hulehen atau ulehen. Predikat ini memiliki tiga argumen Ag, Go Tujuan dan Rec Penerima,
yang masing-masing diisi oleh hu, ko, dan mangan. Kata annon ‘nanti’ berfungsi sebagai satelit di dalam kalimat tersebut.
Dari segi relasi yang ditunjukkan oleh predikat verba di atas, dapat diamati bahwa predikat verba bahasa Angkola mempunyai tiga jenis relasi. Ketiganya adalah
relasi satu arah, dua arah, dan tiga arah, yang juga sering disebut dengan verba bervalensi satu, dua, dan tiga. Predikat verba muba, ra, dan bolkas mempunyai satu
argumen saja. Predikat verba kehe dan mulak mempunyai dua argumen sementara predikat verba lehen mempunyai tiga argumen.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa predikat verba mungkin mempunyai dua kerangka predikat. Pada satu konteks predikat verba tersebut mempunyai kerangka predikat dengan satu
argumen sementara pada konteks lainnya predikat verba yang sama mempunyai kerangka predikat berargumen dua.
Pada kedua data di bawah ini predikat verba dasar mangan menunjukkan relasi semantis yang berbeda berdasarkan konteks penggunaan yang berbeda. Pada
data 174 verba mangan hanya memerlukan satu argumen karena dalam bahasa Angkola, predikat mangan sudah mencakup makna ‘makan nasi’. Namun, verba yang
sama akan memerlukan dua argumen apabila argumen objek bukan nasi. Dengan demikian, predikat verba dasar mangan bisa mempunyai dua kerangka predikat.
174 Mangan si Tigor.
makan si Tigor ‘Tigor sedang makan’
mangan [V] x
1
: animataAg
175 Mangan roti si Tigor.
makan roti si Tigor ‘Tigor sedang makan roti’
mangan [V] x
1
: animataAg x
2
Go
Pada 176 predikat verba turunan mardalan digunakan dalam konteks ‘berjalan, tidak menggunakan kenderaan untuk mencapai tujuan’. Sedangkan pada
Universitas Sumatera Utara
177 predikat verba ini digunakan dalam konteks ‘bergerak, berjalan’ sementara ‘tujuan’ tidak menjadi fokus. Jadi, dapat dikatakan bahwa perbedaan terma yang
berfungsi sebagai subjek kalimat di sini dapat mempengaruhi kerangka predikat.
176 Mardalan ko tu sikola, da.
berjalan kau ke sekolah PART ‘Kau berjalan kaki ke sekolah, ya’
mardalan [V] x
1
: animataAg x
2
Dir
177 Mardalan motor i.
berjalan motor itu ‘Mobil itu bergerak berjalan’
mardalan [V] x
1
: animataFo
5.5.1.2 Predikat verbal turunan
Predikat verba turunan mempunyai perilaku predikatif yang relatif sama dengan verba predikat dasar. Perbedaan yang kadang-kadang ditemukan adalah
perubahan relasi semantis yang dimiliki verba predikat turunan sehingga relasi tersebut berbeda dengan predikat verba dasar dalam predikasi inti.
Predikat verbal turunan yang akan digunakan sebagai contoh di sini adalah predikat verbal dasar yang memperoleh proses morfologis atau afiksasi. Proses
morfologis ini bisa bersifat aktif ataupun pasif.
Universitas Sumatera Utara
lehen mangalehen
belok
mambelok ligin
diligin
sapa
marsapa bege
mambege
tola
patola
Predikat verbal turunan dalam predikasi bahasa Angkola dan kerangka predikatnya dapat digambarkan berikut ini:
178 Hita mangalehen mangan tu boru
kita memberi makan pada anak perempuan ‘Kita memberi makan pada pihak perempuan’
mangalehen [V] x
1
: animataAg x
2
Go x
3
: animataRec
Kerangka predikat verba mangalehen merupakan verba turunan yang berasal dari ma- + lehen = mangalehen. Verba ini mempunyai tiga argumen Ag, Go, dan Rec,
yang diisi masing-masing oleh hita, mangan, dan tu boru. Predikat verba mangalehen memerlukan tiga argumen untuk membentuk satu predikasi. Ketidak hadiran salah
satu argumen ini dapat menyebabkan ketidak gramatikalan seperti contoh di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
mangalehen mangan tu boru Hita mangalehen tu boru
Hita mangalehen mangan
179 Ia mambelok tu siamun.
dia membelok ke kanan ‘Dia membelok ke kanan’
mambelok [V] x
1
: animataAg x
2
Dir
Kerangka predikat verba mambelok mempunyai dua argumen Ag dan Dir. Predikat turunan ini berasal dari ma- + belok = mambelok. Posisi Ag dalam kalimat di
atas berada pada posisi awal. Namun apabila predikat verba mambelok diberikan operator ma, posisi Ag menjadi berubah. Perubahan ini dapat dilihat pada contoh
berikut:
Mambelok ma ia tu siamun. Ma mambelok ia tu siamun.
Ma mambelok ma ia tu siamun. Ia ma mambelok tu siamun.
Ia mambelok ma tu siamun.
Universitas Sumatera Utara
180 Diligin ia iboto nia i.
dilihatnya adik perempuannya itu ‘Dia melihat adik perempuannya itu’
diligin [V] x
1
: animataProc x
2
Go
Kerangka predikat turunan diligin mempunyai dua argumen Proc dan Go yang masing-masing diisi oleh ia dan iboto nia i. Predikat verba diligin adalah verba pasif
yang berasal dari di- + ligin = diligin. Dalam struktur pasif bahasa Angkola kalimat pasif mensyaratkan kehadiran subjek kalimat sehingga dalam predikasi pasif subyek
kalimat pasif harus hadir. Ketidakhadiran subyek akan mengakibatkan kalimat yang tidak gramatikal.
Diligin iboto nia i.
181 Marsapa ma hami.
bertanya PART kami ‘Kami bertanya’
marsapa [V] x
1
: humanAg
Kerangka predikat marsapa mempunyai argumen Ag dengan ciri semantik manusia human. Ini berarti untuk membentuk predikasi, subjek Ag haruslah entitas
yang mempunyai cirri manusia. Subyek yang tidak mempunyai ciri ini akan
Universitas Sumatera Utara
mengakibatkan kalimat yang benar tetapi bukanlah kalimat yang baik kecuali kalimat itu mempunyai makna metaforis. Perbedaan ini dapat dilihat pada contoh berikut ini:
Marsapa ma si Tigor. ‘Tigor pun bertanya’ Marsapa ma boru i. ‘Anak gadis itu pun bertanya’
?Marsapa ma huting i. ‘Kucing itu pun bertanya’
182 Hami mambege naso tupa.
kami mendengar yang tidak baik ’Kami mendengar yang tidak baik’
mambege [V] x
1
: animataAg x
2
Go
Kerangka predikat verba mambege berasal dari ma- + bege = mambege yang mempunyai dua argumen Ag dan Go dengan entitas hami dan naso tupa. Predikasi di
atas bersifat aktif. Namun, bentuk pasif predikasi ini tidak berterima dalam bahasa Angkola.
?Dibege hami naso tupa.
183 Upatola ho tu bagas on.
ku bolehkan kamu ke rumah ini ‘Ku bolehkan kamu datang ke rumah ini’
patola [V] x
1
: animataAg x
2
: animataRec x
3
Dir
Universitas Sumatera Utara
Kerangka predikat turunan upatola berasal dari patola dengan subjek hu atau u. Patola berasal dari pa- + tola = patola. Predikat verba ini mempunyai tiga argumen
Ag, Rec, dan Dir, yang masing-masing diisi oleh hu, ho, dan tu bagas on. Dengan subjek selain persona pertama, predikasi ini berubah menjadi pasif. Dalam predikasi
pasif, posisi subjek dan objek kalimat menjadi berdampingan seperti yang dapat dilihat pada contoh berikut:
Dipatola ia ho tu bagas on. Ia patola ho tu bagas on.
5.5.2 Predikat Nominal
Predikat nominal adalah predikat yang pada dasarnya digunakan sebagai inti terma. Seperti yang sudah disebutkan di atas, berdasarkan pendekatan TBF kelas kata
didefinisikan berdasarkan fungsi prototipikal yang dipenuhi oleh kata itu di dalam konstruksi predikasi. Fungsi prototipikal nomina adalah inti terma. Oleh sebab itu,
predikat nominal adalah predikat yang pada dasarnya digunakan sebagai inti terma. Pada data 184 dapat diamati predikat nominal terdiri atas sebuah terma kompleks,
yaitu bagas godang do on. Terma ini terdiri atas predikat nominal bagas, diikuti dengan restriktor godang dan operator do dan on. Di sini ditemukan operator
simultan do on. Pembahasan tentang terma secara khusus diberikan pada bagian 5.8 di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
184 Bagas on bagas godang do on.
rumah ini rumah besar PART-ini ‘Rumah ini juga rumah adat.’
bagas [N] ilx
i
: inanimata x
1
∅
185 Bagas on pe bagas nia do on.
rumah ini pun rumah dia PART-ini ‘Rumah ini pun juga rumahnya.’
bagas [N] ilx
i
: inanimata x
1
∅ x
2
Ref
Kerangka predikat nominal ini memberikan informasi bahwa predikat nomina bagas mempunyai ciri tipe nomina N, tak takrif i dan tunggal atau mufrad l.
Predikat nomina bagas mempunyai dua daya ikat, yaitu daya ikat tunggal x
1
, yaitu subjek klausa dan daya ikat ganda x
1
dan x
2
, yaitu subjek klausa dan nia argumen predikat nomina bagas.
Dari segi semantisnya predikat nomina bagas pada 184 tidak menetapkan peran atau fungsi semantik apapun
∅ kepada argumen subjek. Fungsi semantik KOSONG digunakan untuk pelaku atau peserta yang membawa ciri yang ditunjukkan
oleh predikat nomina atau adjektiva. Namun pada 185 bagas mempunyai dua posisi argumen, yaitu
∅ dan Ref. Ref atau Referensi digunakan untuk peserta dengan referensi yang mempunyai relasi atau hubungan dengan sesuatu yang ditunjukan oleh
predikat bagas. Dalam konteks 185, bagas berhubungan dengan referensi siapa
Universitas Sumatera Utara
sementara sebelumnya pada 184 bagas membawa ciri godang. Referensi siapa ini pada umumnya bersifat posesif atau genitif milik. Contoh lainnya adalah:
186 Bettak naso manuk ta do.
entah bukan ayam-kita PART ‘Mungkin itu bukan ayam kita’
manuk [N] ilx
i
: -human x
1
∅ x
2
Ref
5.5.2.1 Predikat nominal dasar
Predikat nominal dasar terdiri atas pronomina dan nomina yang belum mengalami proses morfologis. Berdasarkan kerangka predikatnya, terdapat dua
struktur predikat nominal dasar. Yang pertama adalah kerangka predikat nominal dengan valensi satu, yaitu subjek predikat. Subjek predikat nominal ini tidak
mempunyai fungsi semantis atau mempunyai fungsi semantis KOSONG ∅. Ini
berarti predikat nominal hanya menunjukkan ciri entitas yang menjadi argumen. Yang kedua adalah kerangka predikat nominal dengan valensi dua arah.
Kerangka predikat seperti ini ditemukan pada data 191, 192, dan 193. Dalam konteks ketiga data ini, predikat nominal menunjukkan relasi kepada referensi
tertentu yang ada pada terma sehingga kehadiran terma tersebut pada struktur predikat menjadi wajib. Hal ini akan berbeda apabila predikat nominal menunjukkan
ciri atau bersifat atributif.
Universitas Sumatera Utara
187 Indon do ia ma.
ini PART dia PART ‘Ini dia’
ia [N] dlx
i
: human x
1
∅
188 Adong batang nagodangan marayak-rayak rabioni.
ada batang yang sangat besar menjelang pembabatan ‘Terdapat batang yang sangat besar menjelang tempat pembabatan’
batang [N] ilx
i
: inanimata x
1
∅
189 I sajo do sala na.
itu saja PART salah PART ‘Hanya itu kesalahan dia’
sala [N] ilx
i
: inanimata x
1
∅
190 Bettak na si Soribalilin do.
Entah bukan PART-si Soribalilin PART ‘Mungkin itu bukan Soribalilin’
Soribalilin [N] dlx
i
: human x
1
∅
Dalam kerangka predikasi nominal di atas terdapat argumen subjek tanpa fungsi semantis dengan predikat nominal ia, batang, sala, Soribalilin. Predikat
nominal ia dan Soribalilin adalah nomina takrif yang ditandai dengan pemarkah d.
Universitas Sumatera Utara
Sementara yang lainnya adalah tak takrif dengan pemarkah i. Seluruh predikat nominal di atas merupakan nomina tunggal, yaitu l. Yang menjadi subjek adalah
indon, adong, i, bettak na. Berbeda dengan kerangka predikat nominal di atas, predikat nominal di bawah
ini adalah kerangka predikat nominal dengan valensi dua arah. Predikat nominal dakdanak, bou, abangk mempunyai argumen subjek dan argumen yang
menunjukkan relasi kepada referensi tertentu. Tanpa kehadiran ta, nia dalam predikat nominal di bawah ini akan menghasilkan kalimat yang tidak gramatikal.
Bettak naso dakdanak do. Adong do bou dongannia.
On ma abak.
191 Bettak naso dakdanak ta do.
entah bukan anak-kita PART ‘Mungkin itu bukan anak kita’
dakdanak [N] ilx
i
: human x
1
∅ x
2
Ref
192 Adong do bou nia dongannia.
ada PART bounya kawannya ‘Bounya ada untuk menemaninya’
bou [N] ilx
i
: human x
1
∅ x
2
Ref
Universitas Sumatera Utara
193 On ma abak ta.
ini PART abang-kita ‘Inilah abang saya’
abang [N] ilx
i
: human x
1
∅ x
2
Ref
5.5.2.2 Predikat nominal turunan
Predikat nominal yang masuk ke dalam kelompok ini adalah predikat nomina yang sudah mengalami proses morfologis seperti afiksasi, reduplikasi,
ataupun komposisi pemajemukan. Data 194 dan 195 merupakan contoh predikat nominal berafiks sementara 196dan 197 adalah data predikat nominal reduplikasi.
Reduplikasi dalam bahasa Angkola juga digunakan untuk membentuk predikat nomina jamak. Bentuk jamak digambarkan dengan m dalam kerangka teori TBF.
Selain itu, predikat nominal yang berasal dari predikat nomina majemuk dapat dilihat data 198 dan 199.
Berdasarkan kerangka predikatnya, predikat nominal turunan juga mempunyai dua struktur. Yang pertama adalah kerangka predikat nominal dengan
valensi satu, yaitu subjek predikat. Sama seperti predikat nominal dasar, subjek predikat nominal ini tidak mempunyai fungsi semantis atau mempunyai fungsi
semantis KOSONG ∅. Predikat nominal turunan juga berfungsi menunjukkan apa
cirri-ciri yang dimiliki oleh entitas yang menjadi argumen. Dalam kerangka predikasi nominal turunan di bawah ini terdapat argumen
subjek tanpa fungsi semantis dengan predikat nominal turunan parsaba, parsadaan,
Universitas Sumatera Utara
baju-baju, batang-batang, bayo pangoli, dan anak boru. Predikat nominal parsaba, parsadaan, bayo pangoli, anak boru dan baju-baju adalah nomina turunan tak takrif
yang ditandai dengan pemarkah i. Seluruh predikat nominal di atas merupakan nomina tunggal, yaitu l kecuali baju-baju dan batang-batang dengan pemarkah m.
Yang menjadi subjek adalah aya nia, on ma, adong, di sadu ma, dan do on.
194 Aya nia parsaba.
ayah -nya petani ‘Ayahnya seorang petani’
parsaba [N] dlx
i
: human x
1
∅
Dalam kerangka predikat nomina turunan di atas predikat nomina parsaba hanya mempunyai argumen satu tanpa peran semantis. Predikat ini mempunyai
fungsi untuk menerangkan ciri yang dimiliki argumen. Struktur kalimat seperti 194 ini kadang-kadang mempunyai urutan predikat + argumen seperti di bawah ini:
Parsaba aya nia.
195 On ma parsadaatta.
ini-PART persatuan-kita ‘Inilah organisasi kita’
parsadaan [N] ilx
i
: inanimata x
1
∅ x
2
Ref
Universitas Sumatera Utara
Kerangka predikat nominal turunan 195, 196, 197, dan 199 adalah kerangka predikat nominal dengan valensi dua arah. Predikat nominal turunan
parsadaan, baju-baju, batang-batang, anak boru mempunyai argumen subjek dan argumen yang menunjukkan relasi kepada referensi tertentu. Tanpa kehadiran ta, na
masuak, dan na mayup dalam predikat nominal di bawah ini akan menghasilkan kalimat yang tidak gramatikal.
On ma parsadaan. Adong baju-baju di balian i.
Adong batang-batang di julu an. Anak borutta do on.
196 Adong baju-baju na masuak di balian i.
ada baju-baju yang koyak di luar ‘Ada baju-baju yang koyak di luar’
Baju-baju [N] imx
i
: inanimata x
1
∅ x
2
Ref
197 Adong batang-batang na mayup di julu an.
ada batang-batang yang hanyut di hulu sana. ‘Terdapat batang-batang pohon yang hanyut di hulu’
batang-batang [N] imx
i
: inanimata x
1
∅ x
2
Loc
Universitas Sumatera Utara
198 Di sadu ma bayo pangoli.
di sana PART pria mempelai ‘Di sana tempat mempelai pria’
bayo pangoli [N] ilx
i
: human x
1
∅
199 Anak borutta do on.
anak perempuan-kita PART-ini ‘Dia ini adalah anak boru pihak dari garis suami saudara atau anak perempuan
seseorang kita’
anak boru [N] ilx
i
: inanimata x
1
∅ x
2
Ref
5.5.3 Predikat Adjektival
Predikat adjektival adalah predikat yang pada intinya digunakan dalam fungsi atributif. Dalam pendekatan tata bahasa di luar TBF, konstruksi adjektival dianggap
mempunyai verba kopula dalam struktur dasarnya. Sementara itu dalam bahasa yang tidak menggunakan kopula dalam konstruksi yang sama dianggap bahwa peluluhan
terjadi dalam konstruksi tersebut. Paradigma seperti ini ditolak dalam TBF. TBF mencoba menghindari tata kerja peluluhan dalam sistem tata bahasa. Selain itu,
sebuah teori dianggap tidak berhasil apabila teori tersebut harus membentuk postulat untuk unsur-unsur dasar yang ternyata tidak muncul pada struktur lahiriah bahasa.
Dalam bahasa Angkola predikat adjektival bisa terbentuk di dalam leksikon melalui predikat dasar dan turunan. Hampir sama dengan bentuk predikat lainnya
dalam bahasa ini, predikat adjektival turunan juga bisa terbentuk melalui proses
Universitas Sumatera Utara
morfologis. Namun, terdapat predikat adjektival yang unik dalam bahasa Angkola. Predikat ini cenderung dianggap sebagai predikat turunan bukan sebagai predikat
dasar dalam disertasi ini. Predikat adjektival turunan ini diturunkan dari predikat verba melalui proses perubahan morfologis dan fonologis secara bersamaan, yaitu
proses morfofonemis. Beberapa bentuk predikat verba dasar, khususnya predikat transitif dapat
diubah menjadi predikat adjektiva melalui perubahan penempatan tekanan. Dengan demikian, loppa V yang mendapat tekanan pada suku kata pertama berubah
menjadi loppa A yang mendapat tekanan pada suku kata kedua. Itulah sebabnya dalam disertasi ini, predikat adjektiva ini dianggap sebagai predikat adjektiva turunan
juga.
5.5.3.1 Predikat adjektival dasar
Predikat adjektiva pada umumnya menunjukkan ciri. Seperti yang disebutkan di atas, predikat adjektival cenderung mempunyai fungsi atributif dalam bahasa
Angkola. Karena predikat adjektival ini menunjukkan ciri, maka terma argumen dalam kerangka predikat ini mempunyai fungsi semantis KOSONG.
Berikut ini diberikan sejumlah data predikat adjektival bersama dengan gambaran kerangka predikatnya.
Universitas Sumatera Utara
200 Na torang ari on.
yang terang hari ini. ‘Hari ini cerah sekali’
torang [A] x
1
∅
Dalam kerangka predikat adjektival dasar ini, predikat adjektiva torang, menek, malo, pippit, godang, landit, hiang, logo, losok, saotik, dao membentuk
predikasi dengan argumen subjek. Karena predikat adjektival hanya mendeskripsikan ciri argumen subjek ini, maka argumen ini tidak mempunyai peran semantis.
Argumen subjek yang diberikan ciri oleh masing-masing preiikat adjektival di atas adalah: ari on, buku on, ia, mata nia, bagas nia, dalan i, ari, ho, dan saba
paninggalan.
201 Na menek ma buku on.
yang kecil PART buku ini ‘Buku ini kecil sekali’
menek [A] x
1
∅
202 Malo ia markoum.
pandai dia berfamili ‘Dia pandai membawakan diri pada famili’
malo [A] x
1
∅
Universitas Sumatera Utara
203 Pippit mata nia
pejam matanya ‘Dia memejamkan mata’
pippit [A] x
1
∅
204 Godang bagas nia.
besar rumahnya ‘Rumahnya besar’
godang [A] x
1
∅
205 Dungi muse, aturan na, nanggo pola landit dalan i.
begitupun, sebenarnya, tidak begitu licin jalan itu ‘Jaln itu sebenarnya tidak begitu licin’
landit [A] x
1
∅
206 Ma songon na hiang dalan i.
PART seperti yang kering jalan itu ‘Jalan itu kelihatan sudah kering’
hiang [A] x
1
∅
Universitas Sumatera Utara
207 Nanggo nonat be, mulai ma ari logo.
tidak musim hujan lagi, mulai PART musim kemarau ‘Sekarang tidak musim hujan lagi, tapi sudah musim kemarau’
logo [A] x
1
∅
208 Losok na i ho.
malas-PART-PART kamu ‘Kamu malas sekali’
losok [A] x
1
∅
209 Saba paninggalan pe saotik do.
sawah peninggalan PART sedikit PART ‘Sawah peninggalan pun sangat sedikit’
saotik [A] x
1
∅
210 Na dao an bagas nia.
yang jauh-PART rumah dia ‘Rumahnya jauh sekali’
dao [A] x
1
∅
5.5.3.2 Predikat adjektival turunan
Predikat adjektival turunan dibangun melalui proses morfologis ataupun morfofonemis. Afiks um- yang berfungsi komparatif sering digunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
membentuk adjektival turunan. Afiks ini kadang-kadang berbentuk prefiks atau infiks. Begitu juga afiks tar-. Kedua afiks ini cenderung produktif dalam bahasa
Angkola. Predikat ini dibangun dari predikat adjektiva dasar seperti jogi dan jatjat, predikat verba dasar loppa, dan predikat adjektiva akar seperti songgot dan biar. Data
yang dijadikan contoh dapat diamati di bawah ini bersama dengan kerangka predikat masing-masing.
211 Jumogi do on
lebih-cantik PART-ini ‘Ini lebih cantik’
jumogi [A] x
1
∅
Kerangka predikat adjektival turunan jumogi yang berasal dari -um- + jogi = jumogi mempunyai satu argumen subjek on tanpa peran semantik. Partikel do
menegaskan makna predikat jumogi, tidak menegaskan makna ataupun fungsi argumen subjek.
212 Na loppa tu indahan i.
yang masak sangat nasi itu ‘Nasinya sangat tanak’
loppa [A] x
1
∅
Universitas Sumatera Utara
213 Tarsonggot do roha nami.
terkejut-PART hati kami ‘Kami terkejut’
tarsonggot [A] x
1
∅ 214
Harupe dalan jumatjat, tai dumonok paisobanan.
walau jalan rusak, tapi lebih dekat mengambil kayu ‘Walaupun jalan rusak, tapi lebih dekat mengambil kayu’
jumatjat [A] x
1
∅
215 Mabiar ia.
takut dia ‘Dia takut’
mabiar [A] x
1
∅
5.5.4 Predikat Adposisional
Dalam TBF predikat preposisi lebih sering disebut dengan predikat adposisional. Istilah ini lebih menguntungkan karena secara harfiah istilah ini
meliputi predikat preposisi dan predikat posposisi. Predikat adposisional termasuk predikat non-verbal. Dalam predikat ini kategori inti adalah preposisi dan
argumennya adalah kata atau gabungan beberapa kata yang membentuk terma melalui kaidah pembentukan terma.
Universitas Sumatera Utara
Predikat adposisional dalam bahasa Angkola selalu dalam bentuk predikat turunan. Predikat tu si dan tu son masing-masing berasal dari bentuk gabungan
preposisi tu dan partikel i dan on menjadi tu i dan tu on, yang kemudian mendapatkan sisipan s. Sementara itu, di jolo merupakan turunan dari penggabungan preposisi di
dengan adverbia jolo. Predikat turunan dibentuk melalui kaidah pembentukan predikat.
Penggambaran struktur predikat adposisional dalam disertasi ini dilakukan dengan dua cara, yaitu yang sederhana dan yang lebih kompleks. Pada data 214
dapat dilihat kedua gambaran struktur tersebut. Pada pilihan pertama, struktur predikat itu menggambarkan predikat adposisional yang diikuti oleh terma argumen
nominal yang mempunyai fungsi semantis Loc Location. Pada pilihan kedua diberikan sekaligus gambaran struktur terma tersebut, yaitu terma si dan son yang
diberi tanda dengan N. Juga pada struktur terma ini digambarkan operator yang melekat pada N, yaitu tak takrif i = indefinit dan mufrad l.
5.5.4.1 Predikat adposisional dasar
Seperti yang disebutkan diatas, adposisi meliputi preposisi dan posposisi. Dalam bahasa Angkola, predikat adposisi dasar merupakan bagian dari pembentukan
predikat adposisional dasar. Predikat adposisi dasar dalam bahasa Angkola meliputi di atau variannya i ‘di’ , tu ‘ke’, sian ‘dari’, tu ‘untuk’. Seperti yang dapat diamati
pada predikat adposisional dasar di bawah ini, seluruh terma argumen predikat adposisi ini merupakan predikat nomina. Sebagian dari predikat adposisi dasar
Universitas Sumatera Utara
tersebut di atas dapat dilihat pada data berikut ini bersama dengan kerangka predikat masing-masing.
216 On na tu si, on na tu son.
Ini ke sana, ini ke sini ‘Ini ke sana dan ke sini’
tu [P] x
1
∅ x
2
Loc tu [P] ilx
2
: si [N]Loc tu [P] ilx
2
: son [N]Loc 217
Di son ma hita.
di sini PART kita ’Kita di sini saja’
di [P] x
1
∅ x
2
Loc
218 Ooo inang Soribalilin...i son bo, i son bo.
ini-ibu Soribalilin…..di sini, di sini ‘Ooo Soribalilin anakku….aku di sini’
i [P] x
1
∅ x
2
Loc
219 Ma i dia ho inang.
PART di mana kau nak ‘Kau dimana nak’
i [P] x
1
∅ x
2
Loc
Universitas Sumatera Utara
220 I son... i son do au ayah.
di sini…di sini aku ayah ‘Aku di sini ayah’
i [P] x
1
∅ x
2
Loc 221
Di saba an do ia.
di sawah sana PART dia ‘Dia berada di sawah’
tu [P] x
1
∅ x
2
Loc
222 On ma di ginjang, i ma di toru.
ini PART di atas, itu PART di bawah ‘Ini yang di sebelah atas, itu yang di sebelah bawah’
di ginjang [P] x
1
∅ x
2
Loc di toru [P] x
1
∅ x
2
Loc
5.5.4.2 Predikat adposisional turunan
Predikat adposisional ini terbentuk dari predikat adposisi dan predikat nomina. Berbeda dengan predikat lainnya, predikat adposisional turunan adalah
predikat adposisional yang objek nominanya mendapatkan perubahan morfologis seperti proses reduplikatif. Di sini dapat di anggap bahwa predikat nomina ini sebagai
restriktor bagi kategori adposisi di dalam struktur terma adposisional turunan.
Universitas Sumatera Utara
Menarik untuk diamati bahwa dalam bahasa Angkola ditemukan predikat adposisi yang menunjukan relasi antara dua terma argumen. Pada seluruh data, baik
yang dasar mapun turunan, kita amati penggambaran kerangka predikat adposisional yang menunjukkan relasi tersebut. Relasi ini menghubungkan terma argumen dengan
fungsi semantis KOSONG dan terma argumen yang berfungsi Loc Location.
223 Di pudi-pudi an do ia.
di belakang sana PART dia ‘Dia berada di belakang sana’
di pudi-pudi [P] x
1
∅ x
2
Loc
224 Di jolo-jolo an ma ia.
di depan sana PART dia ‘Dia di sebelah depan saja’
di jolo-jolo [P] x
1
∅ x
2
Loc
225 Adong i samping-samping bagas i hayu mamate.
ada di samping rumah itu pohon kayu yang mati ‘Pohon kayu yang mati ditemukan di samping rumah itu’
i samping-samping [P] x
1
∅ x
2
Loc
Universitas Sumatera Utara
5.6 Terma dalam Bahasa Angkola