Tabel 5.7.Kerangka Predikat Adposisional
Kerangka Predikat Contoh Kalimat
tu [P] x
1
∅ x
2
Loc On na tu si, on na tu son
di [P] x
1
∅ x
2
Loc Di son ma hita
i [P] x
1
∅ x
2
Loc Ooo inang Soribalilin...i son bo, i son
bo
i [P] x
1
∅ x
2
Loc Ma i dia ho inang
i [P] x
1
∅ x
2
Loc I son... i son do au ayah
tu [P] x
1
∅ x
2
Loc Di saba an do ia
di pudi-pudi [P] x
1
∅ x
2
Loc Di pudi-pudi an do ia
di jolo-jolo [P] x
1
∅ x
2
Loc Di jolo-jolo an ma ia
di ginjang-ginjang [P] x
1
∅ x
2
Loc On ma di ginjang
di toru [P] x
1
∅ x
2
Loc I ma di toru
i samping-samping [P] x
1
∅ x
2
Loc Adong i samping-samping bagas i hayu
mamate
5.9 Daya Ikat Predikat Valensi Bahasa Angkola
Setiap kerangka predikat memberikan gambaran bentuk misalnya kehe, tipe misalnya V, N, atau A dan valensi daya ikat atau struktur argumen predikat.
Struktur argumen predikat verba kehe di sini digambarkan mempunyai dua posisi
Universitas Sumatera Utara
argumen yang dilambangkan dengan x
1
, x
2
, yang masing-masing membawa fungsi semantis Agen Ag dan Lokasi Loc.
Pada awal perkembangan TBF, terdapat dua pandangan tentang daya ikat predikat. Pertama, hanya predikat verba yang mempunyai valensi. Mackenzie 1985,
1996, 2002 misalnya, termasuk dalam kubu yang menganggap bahwa predikasi nominal bersifat avalensi, yaitu tidak mempunyai daya ikat predikat. Sementara itu,
Dik 1985, 1997a beranggapan bahwa nomina yang berasal dari verba atau nomina deverbal tetap mempertahankan posisi argumen yang berasal dari predikat verbanya.
Dengan demikian nomina ini mempunyai posisi argumen yang sama dengan verba yang menjadi asal nomina tersebut. Dari pandangan Dik ini maka nomina deverbal
pangarahut soban berpotensi mempunyai posisi argumen yang dimiliki oleh mengarahut soban.
Pendapat Dik ternyata tidak terbukti dalam bahasa Angkola. Nomina deverbal pangarahut soban ternyata tidak mempunyai posisi argumen yang dimiliki oleh
mengarahut soban. Nomina deverbal ini tidak mempunyai struktur argumen seperti yang dimiliki oleh verba.
259 mangarahut
‘mengikat’
[V] x
1
Ag x
2
Go
Universitas Sumatera Utara
260 pangarahut soban
‘pengikat kayu’
[N] x
1
∅
261 manakko manuk
‘mencuri ayam’
[V] x
1
Ag x
2
Go
262 panakko manuk
‘pencuri ayam’
[N] x
1
∅
263 Mangarahut soban si Tigor
mengikat kayu si Tigor ‘Tigor sedang mengikat kayu’
[V] x
1
Ag x
2
Go DECL E
i
: [X
i
: [mangarahut [V] d1x
i
: Tigor [N]AgSubj: d1x
j
: soban [N]GoObj]
264 Pangarahut do on.
pengikat ini ‘Ini adalah tali pengikat’
[N] x
1
∅
Universitas Sumatera Utara
DECL E
i
: [X
i
: [pangarahut [N] demx
i
: on [N] ∅]
265 Manakko manuk si Tigor
mencuri ayam si Tigor ‘Tigor mencuri ayam
[V] x
1
Ag x
2
Go DECL E
i
: [X
i
: [manakko [V] d1x
i
: Tigor [N]AgSubj: d1x
j
: manuk [N]GoObj]
266 Panakko do si Tigor.
pencuri PART si Tigor ‘Tigor adalah pencuri’
[N] x
1
∅ DECL E
i
: [X
i
: [panakko [N] dlx
i
: Tigor [N] ∅]
Selain nomina deverbal, nomina deadjektival juga cenderung mempunyai posisi argumen dalam bahasa Angkola. Berbeda dengan nominal deverbal, posisi
argumen dalam nomina ini tidak diturunkan dari adjektiva asal karena adjektiva tidak mempunyai argumen selain argumen subjek. Misalnya, kerangka predikat adjektiva
267 dapat dibaca sebagai berikut: godang adalah predikat adjektiva yang mempunyai satu argumen tanpa fungsi semantis.
Universitas Sumatera Utara
267 godang [A] x
1
∅ ‘besar’
268 hagodangan ni huta [N] x
1
∅ x
2
Ref ‘pembesar kampung’
269 tobang [A] x
1
∅ ‘tua’
270 hatobangan ni huta [N] x
1
∅ x
2
Ref ‘pengetua kampung’
5.9.1 Perluasan Valensi
Bahasa Angkola mempunyai mekanisme untuk memperluas valensi predikat. Berdasarkan analisis data, penelitian ini mengajukan kemungkinan dua jenis
perluasan valensi dalam bahasa Angkola. Perluasan valensi yang pertama disebut perluasan kuantitatif. Hal ini memang demikian karena perluasan ini terjadi karena
melibatkan penambahan valensi. Perluasan valensi yang kedua adalah perluasan kealitatif. Dalam jenis ini tidak terjadi penambahan daya ikat predikat atau valensi
tetapi yang terjadi adalah perubahan kualitas valensi, misalnya dari argumen yang tidak mempunyai fungsi semantis KOSONG menjadi argumen yang memiliki
fungsi semantis. Dalam predikat verba di bawah ini terdapat perluasan valensi dari verba
dengan valensi satu menjadi verba bervalensi dua. Verba juguk mempunyai valensi
Universitas Sumatera Utara
satu sementara dipajuguk adalah verba bervalensi dua. Dalam bahasa Angkola, proses morfologis verba memang sering menyebabkan perubahan valensi. Dengan kata
lainnya, proses morfologis baik yang infleksi maupun derivasi bisa mempengaruhi daya ikat unsur predikat. Contoh 271 dan 272 adalah contoh proses infleksi yang
mengakibatkan perluasan valensi.
271 Juguk ma halahi di juluan di pantar tonga.
duduk PART mereka di depan di ruang tengah ‘Mereka pun duduk di bagian depan di ruang tengah’
juguk [V] x
1
: animataPos x
2
Loc
272 Dipajuguk ma halahi di juluan di pantar tonga.
duduk PART mereka di depan di ruang tengah ‘Mereka pun didudukkan di bagian depan di ruang tengah’
dipajuguk [V] x
1
: animataAg x
2
Go x3Loc
Selain perubahan infleksi verba, perubahan valensi dapat juga terjadi pada proses derivasi, misalnya perubahan dari predikat adjektiva menjadi predikat verba.
Pada data 273 dan 274 di bawah ini tidak terjadi perubahan kuantitas valensi tetapi yang terjadi adalah perubahan kualitas valensi dari argumen tanpa fungsi semantik
baju nia pada conotoh 273 menjadi argumen baju nia pada contoh 274 yang berfungsi semantik Proses atau Terproses Proc.
Universitas Sumatera Utara
Walaupun kalimat 273 dan 274 mempunyai terma argumen dengan unsur leksikon yang sama baju nia dan sama-sama mempunyai daya ikat predikat
yang sama yaitu, bervalensi satu, kedua kalimat ini mempunyai konteks predikat yang berbeda. Kalimat 273 mempunyai predikat adjektival sementara kalimat 274
memiliki predikat verbal. Karena rara merupakan bentuk dasar dan marrarai adalah bentuk derivasi, maka proses yang terjadi termasuk proses penambahan atau
perluasan valensi.
273 Rara baju nia.
Merah baju dia ‘Bajunya berwarna merah’
rara [A] x
1
∅ 274
Marrarai baju nia. Merah baju dia
‘Bajunya menjadi berwarna merah’
marrarai [V] x
1
: -animataProc
5.9.2 Pengurangan Valensi
Selain perluasan valensi, dalam bahasa Angkola juga ditemukan gejala pengurangan valensi. Sama halnya dengan kasus perluasan valensi, proses morfologis
verba memang juga dapat menyebabkan pengurangan valensi. Bentuk dasar bolus mempunyai kerangka predikat seperti 275. Verba ini dapat dibentuk menjadi
Universitas Sumatera Utara
tarbolus276 dan mambolus 277. Pada bentuk terakhir ini, valensi mengalami penyusutan sehingga bentuk dasar bervalensi dua berubah menjadi bervalensi satu.
Predikat verba ini adalah bentuk dasar terikat yang mempunyai posisi argumen kedua yang dapat diisi oleh Goal, Direction, dan Location.
Sementara itu pada 278 dan 279 predikat verba mardalan mempunyai daya valensi yang berbeda. Berdasarkan konteks yang berbeda, mardalan pada data 279
mengalami pengurangan valensi sehingga predikat verba mardalan mempunyai dua kerangka predikat yang berbeda dalam kedua data ini. Jadi, pengurangan valensi
dapat juga terjadi berdasarkan konteks penggunaan yang berbeda dalam bahasa Angkola. Seluruh kasus pengurangan valensi ini termasuk ke dalam jenis
pengurangan kuantitas karena terjadinya pengurangan jumlah argumen dalam konteks penggunaan yang berbeda.
275 bolus [V] x
1
Ag x
2
Go, Dir, Loc
276 Na tarbolus ia batang na godang i.
Neg lewat dia kayu yang besar itu ‘Dia tidak bisa melewati kayu yang besar itu’
tarbolus [V] x
1
: animataAg x
2
Go
Universitas Sumatera Utara
277 Na mambolus be ia.
Neg lewat PART dia ‘Dia tidak lewat lagi’
mambolus [V] x
1
: animataAg
278 Mardalan ko tu sikola, da.
berjalan kau ke sekolah PART ‘Kau berjalan kaki ke sekolah, ya’
mardalan [V] x
1
: animataAg x
2
Dir
279 Mardalan motor i.
berjalan motor itu ‘Mobil itu bergerak berjalan’
mardalan [V] x
1
: -animataFo
Dalam bahasa Angkola juga dapat terjadi pengurangan kualitas valensi. Dalam jenis ini pengurangan terjadi karena perubahan kualitas semantis argumen.
Kalimat 280 mempunyai dua argumen, yaitu Ag dan Go. Selain mengalami pengurangan secara kuantitas, valensi juga mengalami pengurangan kualitas pada
kalimat 281 akibat perubahan morfologis yang terjadi. Pada kasus ini ditutup sebagai predikat verbal menghasilkan martutup. Walaupun juga merupakan predikat
verbal martutup merupakan hasil dari perbuatan ditutup.
Universitas Sumatera Utara
280 Ditutup si Tigor pittu na.
tertutup si Tigor pintu PART ‘Si Tigor menutup pintu itu’
ditutup [V] x
1
: animataAg x
2
Go
281 Martutup pittu na.
tertutup pintu PART ‘Pintu itu tertutup’
martutup [V] x
1
: -animataFo
5.10 Predikasi Pokok Bahasa Angkola