Terma dalam Bahasa Angkola

5.6 Terma dalam Bahasa Angkola

Terma mempunyai potensi referensial. Dalam struktur klausa dibedakan dua jenis posisi terma, yaitu posisi argumen dan satelit. Terma bisa terdiri atas unsur yang sangat sederhana seperti pronominal dan nama diri sampai pada frasa nomina yang kompleks. Terma bisa juga digunakan untuk merujuk pada entitas tingkat tinggi seperti tindak tutur, fakta, ataupun perikeadaan. Predikasi terbentuk dari penyisipan struktur terma ke dalam gatra argumen dan satelit pada kerangka predikat. Predikasi dapat juga dipahami melalui dua tindak tutur yang sering disebut dengan tindak merujuk dan tindak menyebut. Merujuk berarti menunjuk pada entitas yang akan disebut. Menyebut berarti menetapkan ciri pada entitas dan menunjukkan hubungan antara beberapa entitas. Data 226 mempunyai predikat adjektiva jeges. Posisi argumen disisipi oleh terma baju nia. Dalam data ini predikat adjektiva menyebut atau mempredikasi ciri entitas baju nia. Sementara itu, data 227 mempunyai predikat verba masuak. Entitas yang sama jenisnya, yaitu baju nia menyisipi posisi argumen. Berbeda dari data 226 di sini predikat verba mempredikasi relasi antara entitas dan peristiwa yang terdapat pada predikat verba, yaitu peristiwa ‘terkoyaknya’. Sebaliknya pada data 228 predikat verba manabusi menetapkan relasi di antara dua entitas, yaitu baju dan tu sia. Sebagai terma, kedua entitas ini mengisi posisi argumen pertama x 1 dan argumen kedua x 2 . Terma juga bisa mengisi posisi satelit. Dalam TBF terma satelit cenderung menjadi perangkat predikasi pokok ataupun predikasi perluasan. Jadi, satelit tidak Universitas Sumatera Utara menjadi bagian predikasi inti. Hal ini bisa diperhatikan pada contoh 229. Dalam kalimat 229 tu poken bukanlah argumen predikasi tetapi merupakan satelit. Dalam hal ini satelit tu poken merupakan satelit untuk predikasi pokok Manabusi baju amatta. 226 Jeges baju nia. bagus baju dia ‘Bajunya bagus’ 227 Masuak baju nia. terkoyak baju dia ‘Bajunya terkoyak’ 228 Manabusi baju amatta tu sia. membeli baju ayah-kita untuk dia ‘Ayah membelikan baju untuknya’ 229 Manabusi baju amatta tu poken. membeli baju ayah-kita ke pasar ‘Ayah membeli baju ke pasar’

5.6.1 Entitas dalam Terma

Terma adalah ungkapan yang disisipkan ke dalam posisi argumen dan satelit. Itu sebabnya dalam pembahasan di atas digunakan istilah terma argumen untuk membedakannya dengan tema satelit. Terma merujuk pada entitas wujud di dunia. Universitas Sumatera Utara Pengertian dunia di sini tidak harus dunia secara fisik tetapi juga dunia secara mental, dunia yang ada pada mental penutur dan petutur bahasa. Secara prototipikal, terma merujuk pada entitas seperti si Tigor, saba, bagas on, dan sebagainya,yang dapat dipahami sebagai wujud yang ada secara spasial. Terma seperti ini disebut terma tingkat pertama. Dengan demikian, terma bisa merujuk pada apa yang disebut dengan entitas tingkat pertama seperti objek dan individu. Terma bisa juga merujuk pada entitas urutan lebih tinggi seperti predikasi, proposisi, dan tindak tutur. Dengan demikian, terdapat terma tingkat 0, pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Urutan ini dapat ditentukan oleh jenis predikat nomina yang menjadi inti. Jenis entitas yang dirujuk oleh terma yang disebut-sebut di atas dapat digambarkan pada Bagan 5.1. Tabel 5.1. Jenis entitas yang dirujuk oleh terma Tingkat Struktur Jenis Variabel Predikat cirirelasi f 1 terma tingkat pertama entitas spasial x 2 Predikasi Perikeadaan e 3 Proposisi fakta yang mungkin X 4 Klausa tindak tutur E Universitas Sumatera Utara Data yang ditemukan untuk jenis entitas yang dirujuk terma di atas dapat diberikan sebagai berikut. 230 Bahat [saba nia]. banyak sawah dia ‘Sawahnya banyak’ 231 Kehe [si Tigor] [tu saba nia]. pergi PART-Tigor ke sawah dia ‘Tigor pergi ke sawahnya’ 232 Kehe si Tigor [mambuat harambir] tu saba nia. pergi PART-Tigor mengambil kelapa ke sawah dia ‘Tigor pergi mengambil kelapa ke sawahnya’ 233 Pos rohakku [na kehe do si Tigor tu saba nia]. tetap hati-ku yang pergi PART PART-Tigor ke sawah dia ‘Saya yakin bahwa Tigor pergi ke sawahnya’ 234 Laho mangalusi ma si Tigor [tu aya nia biasi na kehe ia tu saba]. akan menjawab PART PART-Tigor pada ayah dia kenapa Neg-pergi dia ke sawah ‘Tigor hendak menjawab pertanyaan ayahnya mengapa dia tidak pergi ke sawah’ Universitas Sumatera Utara

5.6.2 Operator

Tata Bahasa Fungsional membedakan unsur-unsur leksikal dengan unsur- unsur gramatikal. Unsur leksikal diambil sebagai predikat dasar yang didaftarkan di dalam leksikon. Unsur gramatikal menunjukkan berbagai operator dan fungsi yang dapat diterapkan ke dalam struktur dasar pada berbagai tingkat. Predikat leksikal bisa digabungkan ke dalam struktur yang membentuk ujaran dalam kerangka gramatikal yang ditetapkan oleh operator dan fungsi ini. Dalam bahasa Angkola ditemukan beberapa operator terma, yaitu unsur gramatikal yang beroperasi pada tingkat terma. Entitas yang biasanya berbentuk predikat juga mempunyai operator terma. Biasanya jenis terma disebut dengan nama berdasarkan tingkat terma. Tingkat terma yang paling rendah adalah terma predikat. Misalnya, operator terma predikat nomina dalam bahasa Angkola meliputi unsur gramatikal seperti berikut: a. Jumlah; yang ditandai dengan bentuk reduplikasi untuk jamak. Termasuk di dalamnya penjumlah seperti {sa-} dalam sabagas ‘serumah’; b. Ketakrifan, yang ditandai dengan partikel i, on, an, dan sebagainya; Selain operator pada lapisan predikat bahasa Angkola juga mempunyai operator predikasi, misalnya partikel penegas pe, dehe, do. Operator predikasi lainnya adalah partikel negasi inda, na dalam bahasa Batak Angkola. Walaupun dalam beberapa literatur TBF dalam beberapa unsur gramatikal negasi ada yang dimasukkan ke dalam terma pada tingkat predikat dan predikasi, dalam disertasi ini negasi dianggap sebagai operator predikasi, sehingga disebut operator predikasi. Dalam Universitas Sumatera Utara bahasa Angkola belum ditemukan data yang menunjukkan contoh operator negasi pada tingkat predikat. Operator predikasi lainnya yang kelihatan seperti operator bagi predikat verba adalah ma dan do. Bagan 5.2 memberikan gambaran jenis operator pada setiap tingkat atau lapisan. Bahasa Angkola sejauh ini tidak mempunyai operator Aspek dan Negasi pada tingkat predikat. Dalam bahasa Indonesia kita menemukan prefiks tuna- sebagai operator negasi pada tataran predikat, misalnya tunanetra ‘tidak bisa melihat’. Operator ini termasuk ke dalam operator predikat nominal. Tabel 5.2. Lapisan dan Operator Lapisan Operator Leksikon Predikat Aspek - Negasi - Predikasi Kala - Aspek ma, madung, napodo, indape Modalitas arokku, hulala Polaritas + do, - na, inda Proposisi Modalitas Subjektif - Modalitas Evidensial - Klausa Deklaratif Pe Interogatif do, dehe, aha, ise Imperatif ma, da Hasil analisis data menunjukkan bahwa operator yang ditemukan sejauh ini dalam bahasa Angkola adalah operator terma, operator predikasi dan operator klausa. Contoh operator ini dapat diamati pada data yang diberikan berikut ini: Universitas Sumatera Utara 235 Madung muba pikiran nia. berubah pikiran dia ‘Dia sudah berubah pikiran’ muba [V] x 1 Proc DECL E i : [X i : Aspect e i : [muba [V] d1x i : pikiran [N, gen]ProcSubj] 236 Madung mulak ia tu bagas. pulang dia ke rumah ‘Dia sudah pulang ke rumah’ mulak [V] x 1 : animataAg x 2 Dir DECL E i : [X i : Aspect e i : [mulak [V] d1x i : ia [N]AgSubj d1x j : tu bagas [P]Dir] 237 Napodo muba pikiran nia. berubah pikiran dia ‘Dia belum berubah pikiran’ muba [V] x 1 Proc DECL E i : [X i : Aspect, Neg e i : [muba [V] d1x i : pikiran [N, gen]ProcSubj] 238 Napodo mulak ia tu bagas. pulang dia ke rumah ‘Dia belum pulang ke rumah’ mulak [V] x 1 : animataAg x 2 Dir Universitas Sumatera Utara DECL E i : [X i : Aspect, Neg e i : [mulak [V] d1x i : ia [N]AgSubj d1x j : tu bagas [P]Dir] 239 Arokku, madung muba pikiran nia. berubah pikiran dia ‘Dia mungkin sudah berubah pikiran’ muba [V] x 1 Proc DECL E i : [X i : Aspect, Mod e i : [muba [V] d1x i : pikiran [N, gen]ProcSubj] 240 Arokku, madung mulak ia tu bagas. pulang dia ke rumah ‘Dia mungkin sudah pulang ke rumah’ mulak [V] x 1 : animataAg x 2 Dir DECL E i : [X i : Aspect e i : [mulak [V] d1x i : ia [N]AgSubj d1x j : tu bagas [P]Dir] 241 Arokku, napodo muba pikiran nia.s berubah pikiran dia ‘Dia mungkin belum berubah pikiran’ muba [V] x 1 Proc DECL E i : [X i : Aspect, Neg e i : [muba [V] d1x i : pikiran [N, gen]ProcSubj] Universitas Sumatera Utara 242 Arokku, napodo mulak ia tu bagas. pulang dia ke rumah ‘Dia mungkin belum pulang ke rumah’ mulak [V] x 1 : animataAg x 2 Dir DECL E i : [X i : Aspect, Neg, Mod e i : [mulak [V] d1x i : ia [N]AgSubj d1x j : tu bagas [P]Dir]

5.6.3 Restriktor

Restriktor secara harfiah berarti pembatas. Restriktor ini membatasi predikat yang bergabung dengannya dan terbuka untuk dikembangkan dengan menambahkan restriktor lainnya, yang di antaranya dapat membentuk terma. Itu sebabnya restriktor ini juga disebut dengan predikasi terbuka. Salah satu bentuk restriktor dalam bahasa Angkola adalah yang mempunyai fungsi semantik kualitas, yang ditandai dengan adjektiva yang melekat ke predikat nomina. Perlu dicatat di sini bahwa dalam bahasa Angkola predikat adjektiva dapat digunakan sebagai predikat ataupun sebagai restriktor. Penggunaan yang berbeda tersebut dapat dijelaskan dari segi posisinya dalam konstruksi ujaran. Sebagai predikat, maka terma yang sesuai, yaitu terma argumen, dapat diterapkan pada predikat adjektiva. Dalam data 243 gorsing adalah predikat dan mempunyai kerangka predikasi tetapi dalam 244 gorsing adalah restriktor dalam struktur terma bersama dengan operator i. Gorsing disebut juga sebagai predikasi terbuka karena restriktor lainnya na masuak dapat digabungkan dengannya seperti pada 245 di bawah ini. Universitas Sumatera Utara 243 Magorsing eme i. PART-sudah kuning padi itu ‘Padinya sudah menguning’ 244 Mayup abit na gorsing i. hanyut kain yang kuning itu ‘Kain yang kuning itu hanyut’ 245 Mayup abit na gorsing na masuak i. hanyut kain yang kuning yang koyak itu ‘Kain yang kuning, yang koyak itu hanyut’ Selain adjektiva yang berperan sebagai restriktor entitas di dalam terma argumen, verba dan nomina juga bisa menjadi restriktor. Restriktor ini sering disebut restriktor verbal dan restriktor nominal. Pada data di bawah ini diberikan contoh restriktor verbal seperti na manjala, na mangaji, dan mangaji masing-masing pada data 246, 249, dan 250. Restriktor nominal terdapat pada data 248, yaitu panjala. Selain itu, data 246 dan 247 menunjukkan perilaku sintaksis dan semantis yang berbeda dengan 248 dan 249. Kalimat 246 menjadi tidak gramatikal apabila konjungsi na dihilangkan. Jadi, verba manjala dan mangaji mempunyai kerangka predikat yang berbeda. 246 Bayo na manjala i ma mulak tu huta. Lelaki yang menjala itu Aspek pulang ke desa ‘Lelaki yang menjala ikan itu sudah kembali ke desa’ Universitas Sumatera Utara 247 Bayo manjala i ma mulak tu huta. Lelaki menjala itu Aspek pulang ke desa ?‘Lelaki menjala ikan itu sudah kembali ke desa’ 248 Bayo panjala i ma mulak tu huta. Lelaki penjala itu Aspek pulang ke desa ‘Lelaki penjala ikan itu sudah kembali ke desa’ 249 Guru na mangaji i napodo marbagas. Guru yang mengaji itu Neg berumah-tangga ‘Guru yang mengaji itu belum berumah-tangga’ 250 Guru mangaji i napodo marbagas. Guru mengaji itu Neg berumah-tangga ‘Guru mengaji itu belum berumah-tangga’

5.6.4 Struktur Terma

Terma juga terdiri atas terma dasar dan turunan. Terma turunan ini dihasilkan melalui kaidah pembentukan terma. Kaidah pembentukan terma menghasilkan struktur terma yang sesuai dengan skema umum berikut: ωx i : ϕ 1 x i : ϕ 2 x i : … : ϕ n x i Skema ini menjelaskan bahwa ω adalah satu atau beberapa operator terma, x i melambangkan rujukan yang dimaksudkan, dan setiap ωx 1 adalah “predikasi yang Universitas Sumatera Utara terbuka dalam x 1 “ yaitu kerangka predikat dari semua posisi kecuali yang diduduki oleh x 1 diisi oleh struktur terma, yang bertindak sebagai restriktor pembatas terhadap nilai yang memungkinkan yang bisa dimiliki oleh x 1 . Penerapan kaidah itu dapat dilihat pada contoh berikut: 251 abit na rara na mayup di aek an kain yang merah yang hanyut di sungai sana ‘kain merah yang hanyut di sungai sana’ Dalam contoh di atas, abit adalah referen rujukan yang dimaksud atau x 1 . Sementara itu operator atau ωx 1 adalah mufrad. Dalam bahasa Angkola semua nomina diasumsikan mufrad kecuali ada operator yang menentukan status nomina tersebut berbeda. Untuk membentuk nomina jamak misalnya sering digunakan reduplikasi. Jadi, reduplikasi termasuk operator. Selanjutnya, na rara, na mayup, di aek an masing-masing adalah restriktor pembatas. Dengan demikian, contoh di atas dapat digambarkan seperti berikut: abit [N] x 1 ∅ ‘x 1 adalah abit’ na rara [A] x 1 ∅ ‘x 1 adalah na rara’ na mayup [V] x 1 ∅ Universitas Sumatera Utara ‘x 1 adalah na mayup’ di aek an [Adp] x 1 ∅ ‘x 1 adalah di aek an’ Dari segi strukturnya, terma dapat dibedakan ke dalam terma simpleks dan terma kompleks. Terma simpleks terdiri atas satu unsur gramatikal saja sementara terma kompleks terdiri atas dua atau beberapa unsur gramatikal. Pada data 252 dapat diamati bahwa pada predikat nominal bagas diterapkan terma seperti bagas i sebagai argumen dengan fungsi semantik KOSONG. Terma ini termasuk terma kompleks yang terdiri dari entitas bagas dan operator i. Dalam data yang sama, predikat nomina bagas terdiri atas sebuah restriktor godang dan dua operator, yaitu do i. Dengan kata lain, kerangka predikat ini terdiri atas predikat nomina bagas, diikuti dengan restriktor godang dan operator do dan i. Di sini ditemukan operator simultan do i. Sementara itu, pada 253 operator i berfungsi sebagai terma adposisional sebagai argumen dalam kerangka predikat dengan predikat hadang. Terma ini dapat dianggap sebagai terma simpleks berdasarkan strukturnya yang sederhana. Dari segi predikat verba, kita dapat mengamati bahwa bahwa predikat ini bergabung dua operator, yaitu muse dan ma. Universitas Sumatera Utara 252 Bagas i bagas godang do i. rumah itu rumah besar juga itu ‘Rumah itu juga rumah adat.’ bagas [N] ilx i : inanimata x 1 ∅ 253 Hadang muse ma i. Disandang juga PART itu ‘Itu disandangnya juga’ hadang [V] x 1 ∅

5.7 Satelit dalam Bahasa Angkola