BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pendahuluan
Bab ini menyajikan hasil penelitian dan pembahasan predikasi bahasa Angkola berdasarkan pendekatan Tata Bahasa Fungsional TBF. Bagian hasil
penelitian berkaitan dengan temuan yang diperoleh berdasarkan analisis data untuk menjawab pertanyaan penelitian. Bagian pembahasan adalah bagian yang membahas
hasil atau temuan penelitian. Hasil penelitian meliputi temuan tentang unsur predikat, kerangka predikat,
daya ikat predikat, predikasi dan perikeadaan dalam bahasa Angkola. Predikasi meliputi predikasi inti, predikasi pokok, dan predikasi perluasan. Analisis data
predikasi juga menghasilkan temuan tentang unsur-unsur yang membentuk predikasi. Pembahasan berkisar pada hasil analisis yang disebutkan di atas. Pembahasan
juga meliputi unsur predikat, kerangka predikat, predikasi inti, predikasi pokok tengah, dan predikasi perluasan. Dari ketiga jenis predikasi ini, fokus utama
pembahasan adalah predikasi inti. Struktur dasar predikasi inti ditentukan oleh berbagai kemungkinan penggabungan predikat dengan argumennya. Kemungkinan
penggabungan ini, yang juga disebut dengan valensi digambarkan dalam kerangka predikat. Predikat bisa merupakan predikat dasar, dan predikat turunan. Predikat
dasar di dalam leksikon sedangkan predikat turunan dihasilkan melalui kaidah pembentukan predikat.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Hasil atau Temuan Penelitian
Berdasarkan analisis terhadap data, penelitian ini memperoleh hasil atau temuan yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian disertasi ini. Temuan atau hasil
penelitian ini menjadi bahan pembahasan pada bagian 5.3 pada bab ini. Temuan atau hasil penelitian ini disusun berdasarkan urutan pertanyaan penelitian, dari mulai unsur
predikat sampai pada predikasi dengan perikeadaan.
5.2.1 Hasil atau Temuan: Unsur predikat dalam bahasa Angkola
Berdasarkan analisis data, bahasa Angkola ditemukan mempunyai unsur predikat yang meliputi unsur verbal, nominal, adjektival, dan adposisional. Selain
ditemukannya klausa yang dibangun dari masing-masing unsur predikat ini, ditemukan pula kerangka predikat masing-masing predikat tersebut. Keempat unsur
ini ternyata mempunyai kerangka predikat masing-masing lihat bagian 5.2.2.
5.2.1.1 Unsur Predikat Verbal
Unsur predikat pertama yang dihasilkan dari segi frekuensi penggunaannya yang relatif tinggi dalam kerangka predikasi adalah predikat verbal. Dari data yang
dibahas dalam penelitian ini ditemukan sampel predikat verba, baik verba dasar maupun verba turunan sebagai berikut:
1 balbali ‘pukuli’
2 binoto ‘diketahui’
3 bolkas ’sampai ke tujuan’
Universitas Sumatera Utara
4 bolus ‘lewat, lintasi’
5 diboto ‘diketahui’
6 diligin ‘dilihat’
7 diligin ‘dilihat’
8 dioban ‘dibawa’
9 dipajuguk ’didudukkan’
10 disapa ‘ditanya, ditegur’
11 hadang ‘sandang’
12 juguk ’duduk’
13 kehe ‘pergi’
14 lehen ‘beri’
15 loppa ‘masak’
16 mai ‘mencari’
17 mambege ’mendengar’
18 mambelok ‘membelok’
19 mambelok ‘membelok’
20 mambolus ‘melewati’
21 mambuat ‘mengambil’
22 manabusi ‘membeli’
23 manakko ’mencuri’
24 mangalehen ‘memberi’
25 mangalusi ‘menjawab’
Universitas Sumatera Utara
26 mangan ‘makan’
27 mangandung-andung ‘meratap’
28 mangarahut ’merajut’
29 manjalaki ‘mencari’
30 manjurur ‘menjalar’
31 marbagas ‘berumah tangga’
32 marcampur-campur ‘bercampur-campur’
33 mardalan ‘berjalan’
34 mardokat ‘bermain’
35 markoum ‘berfamili’
36 marnyae ‘sakit’
37 marpikir ‘berpikir’
38 marsapa ‘bertanya’
39 masuak ‘sudah koyak’
40 mulak ‘pulang’
41 patola ‘bolehkan’
42 ra ‘mau’
43 tangis ‘menangis’
44 tarbolus ‘terlewati’
45 tarsonggot ‘terkejut’
Universitas Sumatera Utara
5.2.1.2 Unsur Predikat Nominal
Sebenarnya unsur nomina ditemukan sebagai unsur yang paling tinggi frekuensi penggunaannya dalam data tetapi dari segi penggunaannya dalam kerangka
predikasi unsur ini masih jauh di bawah kerangka predikasi yang menggunakan verba. Sampel predikat nomina yang ditemukan dari data yang digunakan dalam
penelitian ini dapat diberikan sebagai berikut: 46
abang ‘abang’ 47
anak boru ‘keluarga dari pihak isteri’ 48
ari ‘hari’ 49
aya ‘ayah’ 50
bahat ‘banyak’ 51
baju ‘baju’ 52
baju ‘baju’ 53
baru ‘baru’ 54
batang ‘batang’ 55
batang-batang ‘batang-batang’ 56
bayo pangolin ‘pengantin laki-laki’ 57
bayuon ‘anyaman’ 58
boru ’anak perempuan’ 59
buku ‘buku’ 60
bunga ‘bunga’ 61
dakdanak ‘anak-anak’
Universitas Sumatera Utara
62 dalan ‘jalan’
63 dongan ‘kawan’
64 eme ‘padi’
65 hagodangan ’pembesar, pengetua’
66 hambeng ‘kambing’
67 harambir ‘kelapa’
68 hayu ‘kayu’
69 horbo ‘kerbau’
70 iboto ‘saudara perempuan’
71 inganan ’tempat’
72 manuk ’ayam’
73 mata ‘mata’
74 motor ‘motor’
75 paisobanan ‘tempat mengambil kayu’
76 panakko ’pencuri
77 pangarahut ’perajut’
78 paninggalan ‘peninggalan’
79 parginjang ‘petinggi’
80 parsaba ‘peteni’
81 parsadaan ‘persatuan’
82 pikiran ‘pikiran’
83 rabion ‘yang dibabat’
Universitas Sumatera Utara
84 roha ‘hati’
85 saba ‘sawah’
86 sala ‘salah’
87 sere ‘emas’
88 soban ‘kayu’
5.2.1.3 Unsur Predikat Adjektival
Unsur ketiga yang bisa digunakan sebagai predikat untuk membentuk predikasi dalam bahasa Angkola adalah kategori adjektiva. Predikat adjektiva dapat
membentuk kerangka predikat adjektival. Sampel predikat adjektival yang diekstrak dari data adalah sebagai berikut:
89 badar ‘putih, bule’
90 dao ‘jauh’
91 dumonok ‘lebih dekat’
92 ginjang ‘tinggi’
93 gorsing ‘kuning’
94 hiang ‘kurus’
95 jeges ‘cantik’
96 jumatjat ‘lebih jelek’
97 jumogi ‘lebih baik’
98 landit ‘licin’
99 lilu ‘kesasar’
Universitas Sumatera Utara
100 logo ‘panas’
101 losok ‘rusak’
102 mabiar ‘takut’
103 madung ‘sudah’
104 malo ‘bisa, dapat’
105 marayak-rayak ‘menjelang’
106 maningor ‘lurus’
107 mate ‘mati’
108 mayup ‘hanyut’
109 menek ‘kecil’
110 muba ‘berubah’
111 nagodangan ‘kebesaran’
112 nonat ‘rusak’
113 pipit ‘cipit’
114 pos ‘yakin, percaya’
115 rara ‘merah’
116 saotik ‘sedikit’
117 sikolat ‘coklat’
118 tobang ’tua’
119 torang ‘terang’
Universitas Sumatera Utara
5.2.1.4 Unsur Predikat Adposisional
Unsur predikat yang keempat adalah unsur yang bisa membentuk predikat adposisional. Dalam bahasa Angkola, predikat ini dibentuk dari unsur preposisi
dengan objek preposisi. Beberapa predikat adposisional yang didaftarkan dari data sebagai temuan untuk pembahasan pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
120 di ginjang ‘di atas’
121 di jolo ‘di depan’
122 di julu ‘di hulu’
123 di pudi ‘di belakang’
124 di saba ‘di sawah’
125 di sadu ‘di sana’
126 di son ’di sini’
127 di tonga ‘di tengah’
128 di toru ‘di bawah’
129 i dia ‘di mana’
130 i samping ‘di samping’
131 tu aek sulum ‘ke aek sulum’
132 tu bagas ‘ke rumah’
133 tu bagas ‘ke dalam’
134 tu toru ‘ke bawah’
135 tu poken ‘ke pasar’
136 tu si ‘ke sana’
Universitas Sumatera Utara
137 tu siamun ‘kanan’
138 tu siamun ‘kanan’
139 tu son ‘ke sini’
140 tu tarutung ‘ke tarutung’
5.2.2 Hasil atau Temuan: Kerangka predikat bahasa Angkola
Dari sampel data yang diteliti ditemukan kerangka predikat untuk masing- masing predikat verbal, nominal, adjektival, dan adposisional. Pembahasan kerangka
predikat bahasa Angkola diberikan pada bagian 5.5. Namun, sebagai temuan awal, kerangka predikat ini dapat diperlihatkan di sini melalui contoh-contoh kerangka
predikat sebagai berikut:
Kerangka predikat verbal:
mardalan si Tigor tu poken mardalan [V] x
1
: animataAg x
2
Dir marnyae hambeng i
marnyae [V] x
1
: animataPo
Kerangka predikat nominal:
sere do on [N] x
1
∅
Universitas Sumatera Utara
Kerangka predikat adjektival:
jeges baju nia [A] x
1
∅
Kerangka predikat adposisional:
tu poken ma hita [P] x
1
∅ x
2
Loc
5.2.3 Daya ikat predikat
Dari hasil yang ditemukan pada kerangka predikat bahasa Angkola, ditemukan sekaligus gambaran daya ikat predikat. Predikat verbal bisa mempunyai
daya ikat predikat satu, dua dan bahkan tiga argumen. Masing-masing argumen ini mempunyai fungsi semantis. Predikat nominal pada umumnya mempunyai daya ikat
satu argumen tanpa fungsi semantik tertentu KOSONG. Sementara itu, predikat adposisional mempunyai dua argumen. Satu argumen tanpa fungsi semantis dan satu
lainnya mempunyai fungsi lokatif. Pembahasan seluruh jenis daya predikat dalam bahasa Angkola diberikan pada bab 5.6.
5.2.4 Predikasi dan Perikeadaan dalam Bahasa Angkola
Bagian ini memaparkan hasil penelitian yang berkaitan dengan predikasi dan perikeadaan. Sementara predikasi adalah penerapan predikat dalam perangkat terma
Universitas Sumatera Utara
yang sesuai, perikeadaan berkenaan dengan sesuatu yang disebutkan melalui predikasi, yang terjadi atau diperoleh di alam realitas ataupun non-realitas, terjadi
pada ruang dan waktu tertentu, berlangsung pada kurun waktu tertentu, dan dapat dilihat, terdengar, atau dirasakan.
5.2.4.1 Hasil Penelitian tentang Predikasi
Asas struktur klausa dasar dibentuk melalui predikasi. Dalam TBG predikasi terbagi dalam tiga tingkat, yaitu predikasi inti, predikasi pokok, dan predikasi
perluasan. Ketiga jenis predikasi ini juga ditemukan dalam bahasa Angkola. Skema ketiga predikasi ini dalam bahasa Angkola dapat digambarkan sebagai berikut:
[ π
2
e
1
: [
π
1
[pred [T] args] σ
1
] σ
2
] [.predikasi inti.]
[….predikasi pokok..…] [……….predikasi perluasan………]
[kehe si Tigor tu Aek Sulum] predikasi inti
[ma kehe si Tigor tu Aek Sulum nattuari] predikasi pokok
[ma kehe si Tigor mai soban tu Aek Sulum nattuari] predikasi perluasan
Dari skema di atas ini berarti bahwa predikasi inti terdiri atas satu predikat T, misalnya verba, nomina, ataupun adjektiva bersama dengan argumen yang
berkaitan dengan predikat tersebut, maksudnya predikasi inti dibentuk dari kerangka predikat, apakah predikat itu merupakan predikat verbal, nominal, adjektival. Dalam
Universitas Sumatera Utara
predikasi inti Kehe si Tigor tu Aek Sulum, predikatnya adalah verba kehe maka predikat ini disebut predikat verbal dengan dua terma yang berfungsi sebagai
argumen si Tigor dan tu Aek Sulum. Predikasi pokok mengandung predikasi inti ditambah dengan operator
predikat π
1
dan satelit predikat σ
1
, misalnya Ma kehe si Tigor tu Aek Sulum nattuari. Predikasi ini berasal dari predikasi inti yang ditambah dengan operator
perfektif ma dan satelit predikat nattuari, sedangkan predikasi perluasan terdiri atas predikasi pokok yang bervariabel perikeadaan e
1
dan diubahsuaikan oleh operator predikasi
π
2
dan satelit predikasi σ
2
. Klausa Ma kehe si Tigor mai soban tu Aek Sulum nattuari adalah klausa perluasan. Klausa ini diperluas dari predikasi pokok
dengan menggabungkan klausa Si Tigor mai soban ke dalam predikasi pokok. Baik temuan tentang predikasi inti, predikasi pokok maupun predikasi
perluasan dibahas kembali pada bagian pembahasan hasil penelitian.
5.2.4.2 Hasil Penelitian tentang Perikeadaan
Dalam bahasa Angkola, predikasi inti juga menunjuk pada perikeadaan. Berdasarkan analisis data ditemukan bahwa predikasi inti menetapkan perikeadaan
dimana ciri atau relasi yang disebut satu predikat tertentu dimiliki oleh terma yang diterapkan pada predikat tersebut. Dengan demikian, situasi dibedakan berdasarkan
perangkat perikeadaan yang dikodekan oleh situasi tersebut. Misalnya, klausa Mapultak ulukku dan Mapultak balon i mempunyai struktur klausa yang sama tetapi
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan perikeadaan yang berbeda berdasarkan ciri atau relasi yang berbeda yang dimiliki oleh terma yang berbeda, yaitu ulukku dan balon i. Subjek ulukku dan
balon i mempunyai fungsi semantis yang sama, yaitu Pos Pemosisi, Posisioner tetapi mempunyai ciri semantis yang berbeda [+kendali] atau [–kendali].
5.3 Pembahasan