commit to user 19
1. Manggis
a. Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga
1 Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di
Tingkat Petani
Penentuan harga jual manggis antara petani dengan pedagang pengumpul desa dilakukan melalui sistem tebasan dan sistem penjualan per satuan unit
ditimbang. Sistem tebasan adalah pembelian ketika buah masih berada di atas pohon, baik ketika manggis telah tua maupun dalam kondisi setengah masak,
sehingga sistem seperti ini dapat merugikan petani bila tidak ahli menaksir jumlah buah yang ada di pohon. Sedangkan sistem eceran adalah pembelian oleh
pedagang pengumpul dengan melakukan penimbangan per kg, kw atau ton dan sistem ini tidak menanggung risiko kesalahan menaksir jumlah buah di pohon.
Umumnya pedagang pengumpul lebih berperan dalam menentukan harga dibandingkan petani karena adanya keterikatan dalam bentuk pinjaman modal.
Sebenarnya pedagang pengumpul juga hanya sebagai penerima harga, karena harga ditetapkan sesuai informasi yang diberikan oleh pedagang besar di atasnya.
2 Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di
Tingkat Pedagang Pengumpul
Harga yang terbentuk di tingkat pedagang pengumpul ditentukan oleh pedagang besar di atasnya berdasarkan keadaan pasar yang berlangsung pada saat
itu. Sehingga pedagang pengumpul ini memberikan harga pada petani sesuai dengan informasi dari pedagang besar. Hingga saat ini posisi petani dan pedagang
commit to user 20
pengumpul masih sebagai penerima harga
price taker
meskipun terdapat sedikit negosiasi harga antara pedagang pengumpul dengan pedagang besar.
Bila pola penjualan antara petani dengan pedagang pengumpul dengan cara tebasan maka pembayaran akan dilakukan dimuka sebelum manggis dipanen.
Bila pola penjualan antara petani dan pedagang pengumpul dengan cara timbang maka pedagang pengumpul akan membayar produk manggis secara tunai setelah
dilakukan penimbanngan.
3 Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di
Tingkat Koperasi
Selain menjual kepada pedagang pengumpul, sebagian petani sudah menjadi anggota KBU Al-Ihsan yang berada di wilayah Karacak, sehingga
penjualan manggis ditangani oleh koperasi. Pihak koperasilah yang mengambil produk dari kebun petani, sehingga biaya panen dan pengangkutan sepenuhnya
ditanggung oleh koperasi. Manggis akan ditampung sementara di gudang koperasi sebelum diangkut ke perusahaan eksportir. Harga jual manggis ditentukan oleh
KBU Al-Ihsan berdasarkan informasi yang diperoleh dari eksportir dan kondisi pasar lokal. Biasanya koperasi memukul rata harga yang diberikan kepada petani
antara Rp 3.000,- sampai Rp 5.000,-. Fakta yang terjadi di lokasi adalah sebagian besar petani manggis 80
lebih berminat menjual produknya kepada pedagang pengumpul dibanding menjual kepada koperasi 20. Dalam hal ini, petani tidak menanggung resiko
pasca panen bila menjual produknya kepada koperasi maupun pedagang pengumpul. Setelah ditelusuri ternyata ketertarikan petani untuk menjual
commit to user 21
produknya kepada pengumpul adalah menyangkut permodalan. Dalam faktanya, hubungan petani dengan pedagang pengumpul benar-benar berlangsung secara
kekeluargaan. Pada saat petani membutuhkan sejumlah modal pada saat produksi berlangsung atau tidak sedang musim panen, maka pedagang pengumpul tidak
segan-segan memberikan pinjaman uang kepada petani dalam jumlah yang memadai. Sistem pembayaran yang ditetapkan pun tidak rumit, petani dapat
melunasi hutangnya secara penuh pada saat panen manggis ataupun dibayar berangsur sampai musim panen berikutnya. Pedagang pengumpul memberi
kelonggaran disesuaikan dengan kondisi keuangan petani. Bunga yang ditetapkan tidak memberatkan petani dan cenderung fleksibel, biasanya bunga pinjaman
ditentukan berdasarkan kebiasaan setempat yaitu 10 dari total pinjaman. Walaupun ada petani yang menunggak pembayaran, tidak akan terjadi sistem
bunga berbunga. Dengan kemudahan memperoleh modal dan resiko yang minimal tersebut, secara moral petani akan mengikatkan diri pada pedagang
pengumpul langganannya. Sementara itu, sebenarnya koperasi telah memberikan harga yang layak
kepada petani dan juga menaggung resiko pasca panen. Namun dalam masalah permodalan, koperasi tidak banyak memiliki modal untuk memberikan pinjaman
kepada petani, keluhan dari pihak koperasi adalah bahwa lebih banyak petani yang mengajukan pinjaman dibanding menyimpan di koperasi. Kondisi klasik
seperti itulah yang menyebabkan petani hingga saat ini masih banyak yang memanfaatkan jasa pedagang pengumpul dibandingkan menjadi anggota
koperasi.
commit to user 22
4 Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di
Tingkat Pedagang Besar
Sistem pembayaran antara pedagang pengumpul dengan pedagang besar dilakukan secara tunai setelah pedagang besar menerima kiriman dari pedagang
pengumpul. Sistem pembayaran antara pedagang besar dan koperasi dengan eksportir biasanya dilakukan setelah eksportir menerima pembayaran dari pihak
importir, sehingga pedagang besar dan koperasi membutuhkan waktu untuk menunggu pembayaran tersebut. Sistem pembayaran antara pedagang besar dan
koperasi dengan pengecer dilakukan secara tunai. Sedangkan sistem pembayaran antara pedagang besar dengan swalayan biasanya dilakukan dalam selang waktu
dua minggu setelah produk berada di swalayan.
5 Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di
Tingkat Pedagang Pengecer
Rata-rata pedagang pengecer membeli manggis dari pedagang besar. Pembayaran dilakukan secara tunai dengan cara mendatangi sendiri sumber
pembelian. Praktek penjualan manggis dari pedagang pengecer ditujukan kepada konsumen akhir dengan sistem pembayaran tunai.
Sistem penentuan harga di tingkat pedagang pengecer melalui proses tawar menawar dimana harga ditetapkan berdasarkan hasil kesepakatan antara
pedagang besar dengan pedagang pengecer.
b. Kerjasama antara Lembaga Pemasaran