Komoditas Belimbing Analisis Marjin Pemasaran dan

commit to user 59 didapatkan nilai d U = 1.324, sehingga diperoleh d U d 4 - d U 1.324 2.078 2.676 yaitu daerah penerimaan tidak terjadinya autokorelasi, artinya tidak terdapat autokorelasi dalam persamaan regresi tersebut.

c. Komoditas Belimbing

1 Analisis Regresi antara Pasar Lokal dengan Pasar Acuan Hasil pengujian terhadap integrasi pasar antara pasar Bojong Gede sebagai pasar lokal dengan pasar Bogor sebagai pasar acuan dapat dilihat pada Tabel 34. Tabel 34. Hasil Analisis Integrasi Pasar Belimbing di Pasar Acuan Bogor dengan Pasar Lokal Bojong Gede Variabel Koefisien t-hitung Constanst 2350.155 2.063 Koefisien ᵝ 1 0.033 0.089 ns Koefisien ᵝ 2 0.521 4.909 Koefisien ᵝ 3 0.46 2.495 R 2 0.892 Adjusted R 2 0.846 F-hitung 19.336 F-tabel 8.45 Durbin-W 1.801 IMC 0.0717391 Sumber : Hasil Pengolahan Data melalui SPSS 17 Keterangan : = signifikan pada taraf uji 5 ns = tidak signifikan Koefisien determinasi R 2 untuk belimbing di pasar Bojong Gede dan pasar Bogor bernilai 0.892 artinya sebesar 89.2 harga belimbing di pasar lokal dipengaruhi oleh variasi variabel bebas, sedangkan sisanya 10.8 dipengaruhi oleh variasi variabel bebas lainnya. Nilai F-hitung diperoleh sebesar 19.336 lebih besar dari F-tabel 8.45 pada taraf uji 0.01 di kedua pasar tersebut. Berarti harga belimbing di pasar lokal dan pasar acuan minimal ada satu variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variasi dari variabel terikat. commit to user 60 Hasil analisis regresi menunjukkan nilai koefisien regresi ᵝ 1 sebesar 0,033. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan harga belimbing di pasar lokal pada bulan lalu sebesar Rp 100,- per kg maka harga belimbing di pasar lokal bulan ini akan meningkat sebesar Rp 3,3 per kg. Nilai t-hitung dari koefisien regresi ᵝ 1 sebesar 0.089 tidak signifikan artinya variabel harga belimbing bulan lalu di pasar lokal tidak mempengaruhi variabel harga belimbing bulan ini di pasar lokal. Hasil analisis regresi menunjukkan nilai koefisien regresi ᵝ 2 sebesar 0,521. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan selisih harga belimbing di pasar acuan bulan ini dengan harga belimbing di pasar acuan bulan lalu sebesar Rp 100,- per kg maka harga belimbing di pasar lokal bulan ini akan meningkat sebesar Rp 52,1 per kg. Nilai t-hitung dari koefisien regresi ᵝ 2 sebesar 4.909 pada taraf uji 0.01 lebih besar dari nilai t-tabel 3.106 artinya variabel selisih harga belimbing di pasar acuan bulan ini dengan harga belimbing di pasar acuan bulan lalu secara individu berpengaruh terhadap variabel harga belimbing bulan ini di pasar lokal. Hasil analisis regresi menunjukkan nilai koefisien regresi ᵝ 3 sebesar 0,460. Artinya apabila terjadi peningkatan harga belimbing di pasar acuan bulan lalu sebesar Rp 100,- per kg maka harga belimbing di pasar lokal bulan ini akan meningkat sebesar Rp 46,- per kg. Nilai t-hitung dari koefisien regresi ᵝ 3 sebesar 2.495 pada taraf uji 0.05 lebih besar dari nilai t-tabel 2.201 artinya variabel harga belimbing di pasar acuan bulan lalu secara individu berpengaruh terhadap variabel harga belimbing bulan ini di pasar lokal. Dengan memperhatikan nilai koefisien ᵝ 2 sebesar 0.521 dalam persamaan regresi pada kedua pasar maka diketahui bahwa pasar lokal Bojong Gede commit to user 61 memiliki derajat integrasi pasar jangka panjang dengan pasar acuan Bogor sebesar 52.1 . Sedangkan jika melihat integrasi pasar jangka pendek didapatkan nilai IMC sebesar 0.072 dengan koefisien ᵝ 1 yang tidak signifikan artinya antara pasar lokal dan pasar acuan dalam jangka pendek belum terintegrasi. 2 Uji Multikolinearitas Tabel 35 dan 36 menunjukkan nilai Pearson Correlation dan nilai Eigenvalue . Tabel 35. Korelasi Tiap Variabel Coefficient Correlations a Model Prt-1 Prt-Prt-1 Pft-1 1 Correlations Prt-1 1.000 .174 -.933 Prt-Prt-1 .174 1.000 -.049 Pft-1 -.933 -.049 1.000 Covariances Prt-1 .034 .003 -.063 Prt-Prt-1 .003 .011 -.002 Pft-1 -.063 -.002 .133 a. Dependent Variable: Pft Tabel 36. Collinearity Diagnostics Collinearity Diagnostics a Model Dimension Eigenvalue Condition Index Variance Proportions Constant Pft-1 Prt-Prt-1 Prt-1 1 1 2.997 1.000 .00 .00 .00 .00 2 .993 1.737 .00 .00 .86 .00 3 .009 18.198 .40 .00 .13 .09 4 .001 64.552 .59 1.00 .00 .91 a. Dependent Variable: Pft Berdasarkan hasil uji multikolinearitas antara Pasar Bojong Gede dengan Pasar Bogor diperoleh nilai Pearson Correlation 0.8 dan nilai Eigenvalue tidak mendekati nol. Hal ini berarti bahwa antar variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas. commit to user 62 3 Uji Heteroskedastisitas Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat diketahui melalui metode grafik yaitu dengan melihat diagram pencar scatterplot seperti Gambar 12 di bawah ini. Gambar 12. Diagram Pencar scatterplot Integrasi Pasar Belimbing Berdasarkan diagram scatterplot dapat terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk sebuah pola yang teratur. Hal ini menunjukkan bahwa kesalahan penganggu mempunyai varian yang sama sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. 4 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan dengan melihat nilai Durbin Watson . Berdasarkan hasil analisis regresi memberikan nilai Durbin Watson DW sebesar commit to user 63 1.801. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai d pada taraf uji 0.05 didapatkan nilai d U = 1.324, sehingga diperoleh d U d 4 - d U 1.324 1.801 2.676 yaitu daerah penerimaan tidak terjadinya autokorelasi, artinya tidak terdapat autokorelasi dalam persamaan regresi tersebut.

d. Pembahasan