Pembahasan Analisis Marjin Pemasaran dan

commit to user 49 karena produk pada saluran III ditujukan untuk pasar swalayan yang membutuhkan perlakuan dan syarat-syarat tertentu sehingga membutuhkan biaya pemasaran yang lebih besar. Marjin terkecil terdapat pada saluran II sebesar Rp 3.000,- dengan farmer’s share terbesar yaitu 62,5 , hal ini karena belimbing hanya untuk tujuan pedagang pengecer pasar lokal dan tidak melalui lembaga perantara sebelumnya sehingga tidak membutuhkan biaya pemasaran yang terlalu besar. Beberapa petani berlahan luas, lebih memilih menjual produknya langsung kepada pemasok karena mereka mendapat tawaran harga yang lebih tinggi, stabil dan juga kemudahan untuk mendapatkan akses permodalan serta tidak perlu mengeluarkan biaya apapun pada saat panen. Hingga saat ini saluran yang dianggap paling efisien bagi petani adalah saluran III dengan melalui satu lembaga perantara pemasok, meskipun harga belimbing menjadi tinggi ketika sampai di swalayan, namun petani menerima tawaran harga dasar yang lebih baik dan terjamin kestabilannya.

d. Pembahasan

Secara teori biaya pemasaran komoditi pertanian pada umumnya meliputi lima komponen yaitu, biaya pengangkutan, biaya penyimpanan, biaya sortasi dan grading, biaya risiko usaha dan keuntungan pedagang. Di antara kelima komponen biaya tersebut biaya pengangkutan biasanya paling besar karena produk pertanian umumnya bersifat bulky . Biaya pengangkutan tersebut dapat bervariasi menurut jenis komoditi dan tergantung pada sifat bulky komoditi yang dipasarkan dan jarak pengangkutan dari daerah produsen ke daerah konsumen. commit to user 50 Variasi jarak pengangkutan biasanya tidak hanya berpengaruh terhadap besarnya biaya sewa alat pengangkutan saja tetapi juga memiliki pengaruh terhadap komponen biaya pengangkutan lainnya seperti biaya pengepakan, retribusi pengangkutan, risiko kerusakan dan penyusutan volume selama proses pengangkutan. Dalam penelitian ini, produksi buah terkonsentrasi di wilayah-wilayah tertentu, sedangkan daerah konsumennya relatif tersebar. Pada wilayah konsumen yang dekat dengan wilayah produksi biaya pengangkutan relatif lebih murah. Ada pula wilayah yang jarak pemasaran buah dari daerah produsen ke daerah konsumen relatif jauh terutama komoditas manggis tujuan ekspor yang diangkut menuju pelabuhan. Konsekuensinya adalah biaya pengangkutan, biaya pengepakan, dan risiko kerusakan selama pengangkutan relatif tinggi. Hal tersebut membuat nilai margin pemasaran menjadi tinggi. Marjin yang tinggi berakibat pada nilai farmer’s share yang rendah. Pada komoditas belimbing tujuan swalayan juga memerlukan banyak perlakuan guna memenuhi standar permintaan swalayan, hal ini juga menyebabkan harga belimbing menjadi tinggi di konsumen sementara petani tetap menerima bagian harga yang rendah dan ini dikarenakan fungsi-fungsi tataniaga lebih banyak dilakukan oleh pedagang besar atau pemasok sementara petani hanya menjual produk dan menerima harga. Perlu digarisbawahi bahwa marjin pemasaran yang tinggi tidak selalu mencerminkan adanya kekuatan monopsoni yang secara teoritis ditunjukkan oleh adanya keuntungan pedagang yang berlebihan non zero profit . Hal ini karena besarnya marjin pemasaran tersebut pada dasarnya merupakan total biaya commit to user 51 pemasaran yang meliputi biaya operasional pemasaran yang dikeluarkan pedagang biaya pengangkutan, penyimpanan, sortasi, grading dan keuntungan pedagang. Sementara biaya operasional yang dikeluarkan pedagang dapat bervariasi menurut komoditi dan tergantung pada sifat voluminous komoditi yang dipasarkan, resiko kerusakan dan penyusutan selama proses pemasaran, resiko modal pedagang, dan fungsi pemasaran lain yang harus dilakukan pedagang untuk memenuhi preferensi konsumen. Dalam kaitan ini jarak pemasaran antara daerah produsen dan daerah konsumen biasanya memiliki pengaruh signifikan karena akan mempengaruhi besarnya biaya pengangkutan, biaya pengepakan, dan tingkat kerusakan selama proses pengangkutan. 2. Analisis Integrasi Pasar a. Komoditas Manggis 1 Analisis Regresi antara Pasar Lokal dengan Pasar Acuan Hasil pengujian terhadap integrasi pasar antara pasar Leuwiliang sebagai pasar lokal dengan pasar Bogor sebagai pasar acuan dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Hasil Analisis Integrasi Pasar Manggis di Pasar Acuan Bogor dengan Pasar Lokal Leuwiliang Variabel Koefisien t-hitung Constanst 2110.975 1.763 Koefisien ᵝ 1 -0.049 -0.125 ns Koefisien ᵝ 2 0.376 5.72 Koefisien ᵝ 3 0.481 2.75 R 2 0.917 Adjusted R 2 0.855 F-hitung 14.751 F-tabel 6.59 Durbin-W 2.238 IMC -0.1018711 Sumber : Hasil Pengolahan Data melalui SPSS 17 Keterangan : = signifikan pada taraf uji 5 ns = tidak signifikan commit to user 52 Koefisien determinasi R 2 untuk manggis di pasar Leuwiliang dan pasar Bogor bernilai 0,917 artinya sebesar 91,7 harga manggis di pasar lokal dipengaruhi oleh variasi variabel bebas, sedangkan sisanya 8,3 dipengaruhi oleh variasi variabel bebas lainnya. Nilai F-hitung diperoleh sebesar 14,751 lebih besar dari F-tabel 6,59 pada taraf uji 0,05 di kedua pasar tersebut. Berarti harga manggis di pasar lokal dan pasar acuan minimal ada satu variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variasi dari variabel terikat. Hasil analisis regresi menunjukkan nilai koefisien regresi ᵝ 1 sebesar -0,049 dengan nilai t-hitung -0,125 tidak signifikan artinya variabel harga manggis bulan lalu di pasar lokal tidak mempengaruhi variabel harga manggis bulan ini di pasar lokal. Hasil analisis regresi menunjukkan nilai koefisien regresi ᵝ 2 sebesar 0,376. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan selisih harga manggis di pasar acuan bulan ini dengan harga manggis di pasar acuan bulan lalu sebesar Rp 100,- per kg maka harga manggis di pasar lokal bulan ini akan meningkat sebesar Rp 37,6 per kg. Nilai t-hitung dari koefisien regresi ᵝ 2 sebesar 5,720 pada taraf uji 0,01 lebih besar dari nilai t-tabel 3,355 artinya variabel selisih harga manggis di pasar acuan bulan ini dengan harga manggis di pasar acuan bulan lalu secara individu berpengaruh terhadap variabel harga manggis bulan ini di pasar lokal. Hasil analisis regresi menunjukkan nilai koefisien regresi ᵝ 3 sebesar 0,481. Artinya apabila terjadi peningkatan harga manggis di pasar acuan bulan lalu sebesar Rp 100,- per kg maka harga manggis di pasar lokal bulan ini akan meningkat sebesar Rp 48,1 per kg. Nilai t-hitung dari koefisien regresi ᵝ 3 sebesar commit to user 53 2,750 pada taraf uji 0,05 lebih besar dari nilai t-tabel 2,306 artinya variabel harga manggis di pasar acuan bulan lalu secara individu berpengaruh terhadap variabel harga manggis bulan ini di pasar lokal. Dengan memperhatikan nilai koefisien ᵝ 2 sebesar 0,376 dalam persamaan regresi pada kedua pasar maka diketahui bahwa pasar lokal Leuwiliang memiliki derajat integrasi pasar jangka panjang dengan pasar acuan Bogor sebesar 37,6 . Sedangkan jika melihat integrasi pasar jangka pendek didapatkan nilai IMC sebesar -0,102 dengan koefisien ᵝ 1 yang tidak signifikan artinya antara pasar lokal dan pasar acuan dalam jangka pendek belum terintegrasi. 2 Uji Multikolinearitas Tabel 29 dan 30 menunjukkan nilai Pearson Correlation dan nilai Eigenvalue . Tabel 29. Korelasi Tiap Variabel Coefficient Correlations a Model Prt-1 Prt-Prt-1 Pft-1 1 Correlations Prt-1 1.000 .407 -.907 Prt-Prt-1 .407 1.000 -.150 Pft-1 -.907 -.150 1.000 Covariances Prt-1 .031 .005 -.063 Prt-Prt-1 .005 .004 -.004 Pft-1 -.063 -.004 .156 a. Dependent Variable: Pft Tabel 30. Collinearity Diagnostics Collinearity Diagnostics a Model Dimension Eigenvalue Condition Index Variance Proportions Constant Pft-1 Prt-Prt-1 Prt-1 1 1 3.082 1.000 .00 .00 .01 .00 2 .901 1.849 .00 .00 .56 .00 3 .015 14.451 .36 .00 .40 .14 4 .001 45.945 .63 1.00 .03 .86 a. Dependent Variable: Pft commit to user 54 Berdasarkan hasil uji multikolinearitas antara Pasar Leuwiliang dengan Pasar Bogor diperoleh nilai Pearson Correlation 0,8 dan nilai Eigenvalue tidak mendekati nol. Hal ini berarti bahwa antar variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas. 3 Uji Heteroskedastisitas Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat diketahui melalui metode grafik yaitu dengan melihat diagram pencar scatterplot seperti Gambar 10 di bawah ini. Gambar 10. Diagram Pencar scatterplot Integrasi Pasar Manggis Berdasarkan diagram scatterplot dapat terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk sebuah pola yang teratur. Hal ini menunjukkan bahwa kesalahan penganggu mempunyai varian yang sama sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. commit to user 55 4 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan dengan melihat nilai Durbin Watson . Berdasarkan hasil analisis regresi memberikan nilai Durbin Watson DW sebesar 2,238. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai d pada taraf uji 0.05 didapatkan nilai d U = 1,332, sehingga diperoleh d U d 4 - d U 1,332 2,238 2,668 yaitu daerah penerimaan tidak terjadinya autokorelasi, artinya tidak terdapat autokorelasi dalam persamaan regresi tersebut.

b. Komoditas Jambu Biji