Elastisitas Transmisi Harga Efisiensi Pemasaran

commit to user 17 IMC 1 artinya terdapat derajat integrasi pasar jangka pendek yang relatif tinggi antara harga di tingkat pasar lokal dengan harga di tingkat pasar acuan. Harga di tingkat pasar lokal pada waktu sebelumnya tidak berpengaruh terhadap harga di pasar lokal saat ini jika IMC = 0 dan ᵝ 1 = -1. Pasar acuan dengan pasar produsen tidak terpadu jika IMC 1 dan nyata, artinya harga di pasar acuan dengan pasar produsen tidak saling mempengaruhi. Pada kondisi normal, nilai IMC positif dan nilai β 1 antara 0 dan -1. Secara umum, keseimbangan jangka pendek dicapai jika nilai IMC semakin mendekati nol, artinya semakin tinggi derajat integrasi pasarnya. Dengan kata lain harga di pasar acuan dengan pasar produsen saling mempengaruhi. Koefisien β2 digunakan untuk melihat integrasi jangka panjang, semakin mendekati satu pada nilai koefisien β2, maka derajat asosiasinya semakin tinggi. Dua pasar dikatakan terintegrasi secara sempurna dalam jangka panjang apabila nilai koefisien korelasinya sama dengan satu.

8. Elastisitas Transmisi Harga

Menurut Nasruddin 1999 : 290, elastisitas transmisi harga dilakukan untuk melihat hubungan antara harga di tingkat produsen dengan harga di tingkat konsumen. Melalui hubungan tersebut secara tidak langsung dapat diperkirakan bagaimana efektivitas suatu informasi pasar dan dapat digunakan untuk melihat bagaimana bentuk struktur pasar, apakah bersaing sempurna atau tidak serta efisiensi sistem pemasarannya. Elastisitas transmisi harga sebagai nisbah perubahan relatif harga di tingkat produsen P f terhadap perubahan relatif harga di tingkat konsumen P r . commit to user 18 Untuk melihat elastisitas transmisi harga yang terjadi pada setiap rantai tataniaga digunakan rumus sebagai berikut : ∂ P f . P r ………………………………………… 3 ∂ P r P f Dimana : e t = Elastisitas transmisi harga ∂ P r = Perubahan harga di tingkat konsumen ∂ P f = Perubahan harga di tingkat produsen P r = Rata-rata Harga di tingkat konsumen P f = Rata-rata Harga di tingkat produsen Parameter tersebut akan diduga dengan menggunakan model regresi linier sederhana dengan rumus sebagai berikut : P f = b + b 1 P r Koefisien regresi b 1 dan b dapat dicari dengan menggunakan rumus : n ∑ P r P f - ∑ P r . ∑ P f …………………………… 4 n ∑ P r 2 – ∑ P r 2 b = P f – b P r dimana : n = Banyaknya pasangan pengamatan ∑P f , ∑P r n n Jika e t = 1, perubahan harga sebesar 1 di tingkat konsumen akan mengakibatkan perubahan harga sebesar 1 di tingkat produsen et = b 1 = P f = P r = commit to user 19 Jika e t 1, perubahan harga sebesar 1 di tingkat konsumen akan mengakibatkan perubahan harga lebih dari 1 di tingkat produsen Jika e t 1, perubahan harga sebesar 1 di tingkat konsumen akan mengakibatkan perubahan harga kurang dari 1 di tingkat produsen

9. Efisiensi Pemasaran

Efisiensi sering digunakan di industri hasil pertanian dalam mengukur kinerja pasar. Peningkatan efisiensi merupakan tujuan umum dari petani, lembaga pemasaran, konsumen dan masyarakat umum. Merupakan hal yang umum bahwa semakin tinggi efisiensi berarti kinerja pasar semakin baik, demikian pula sebaliknya Kohl dan Uhl, 1990 : 76. Secara umum efisiensi merupakan rasio antara output dan input. Artinya efisiensi pemasaran berarti maksimisasi rasio output dan input dari kegiatan pemasaran. Input pemasaran meliputi sumberdaya tenaga kerja, mesin, energi, dll yang digunakan dalam fungsi pemasaran. Output pemasaran meliputi waktu, bentuk, tempat, dan kegunaan lain yang mengarah pada kepuasan konsumen. Hampir semua perubahan yang diusulkan dalam tataniaga suatu komoditi adalah berdasarkan alasan efisiensi, sebab yang utama adalah karena dengan efisiensi yang lebih tinggi berarti memberikan kinerja yang lebih baik, sedangkan penurunan tingkat efisiensi mencerminkan kinerja yang lebih buruk. Masalah efisiensi pemasaran berhubungan dengan masalah penyaluran barang-barang atau jasa dari produsen kepada konsumen menurut tempat, waktu, dan bentuk yang diinginkan oleh konsumen dengan biaya yang serendah-rendahnya sesuai dengan tingkat teknologi yang ada Silitonga, 1999 da la m Syamsuri, 2002 : 22. commit to user 20 Kohl dan Uhl 1990 : 77 membagi efisiensi pemasaran dalam dua bagian yaitu : 1 efisiensi operasional, dan 2 efisiensi harga. Efisiensi operasional adalah perubahan dalam biaya pemasaran sebagai akibat perubahan biaya penyelenggaraan fungsi-fungsi pemasaran pembelian, penjualan, penyimpanan, pengangkutan, pengolahan, pembiayaan, standarisasi, tanggungan resiko, informasi pasar dan harga tanpa mempengaruhi sisi output. Artinya efisiensi operasional diukur dari biaya pemasaran dan marjin pemasaran. Sedangkan efisiensi harga merupakan bentuk kedua dari efisiensi pemasaran. Bagian ini menekankan pada kemampuan dari sistem pasar dalam melakukan efisiensi alokasi sumberdaya dan memaksimumkan output. Efisiensi harga diukur melalui korelasi harga yang terjadi untuk komoditi yang sama pada berbagai tingkat pasar. Dalam hal ini korelasi harga disebut juga integrasi pasar. Suatu pemasaran dikatakan efisien apabila marjin rendah dan koefisien korelasi harga tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam mengukur efisiensi pemasaran dilakukan melalui marjin pemasaran dan korelasi harga. Adapun untuk mencari tingkat efisiensi dapat digunakan rumus sebagai berikut : Efisiensi = Input TargetInput Aktual ≥ 1 a. Jika input yang ditargetkan berbanding input aktual lebih besar atau sama dengan 1 satu, maka akan terjadi efisiensi. b. Jika input yang ditargetkan berbanding input aktual kurang daripada 1 satu, maka efisiensi tidak tercapai. commit to user 21 10. Analytical Hierarchy Process AHP Metode Ana lytica l Hiera rchy Process AHP akan digunakan untuk merancang alternatif strategi efisiensi pemasaran buah lokal. AHP dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty pada tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgement dalam memilih alternatif yang paling disukai. Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan akan dipecahkan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut Marimin, 2010 : 91. Prinsip kerja AHP adalah menyederhanakan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Selanjutnya, tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan variabel lain. Berbagai pertimbangan tersebut kemudian disintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut Marimin, 2010 : 91. AHP memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai bobot relatif dari suatu kriteria majemuk atau alternatif majemuk terhadap suatu kriteria secara intuitif, yaitu dengan melakukan perbandingan berpasangan pairwise comparisons . Thomas L. Saaty sebagai pembuat AHP, kemudian menentukan cara yang konsisten untuk mengubah perbandingan berpasangan menjadi suatu himpunan bilangan yang mempresentasikan prioritas relatif dari setiap kriteria dan alternatif. commit to user 22 Saaty 1993 mengurutkan langkah-langkah pemecahan masalah menggunakan AHP, yaitu sebagai berikut : a. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan b. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, tujuan, kriteria, dan alternatif-alternatif pada level hirarki paling bawah c. Membuat matriks perbandingan berpasangan d. Menghitung nilai pembobot keseluruhan hirarki dan menentukan rangking alternatif dari pembobot yang didapatkan e. Memeriksa konsistensi matriks penilaian f. Mencari nilai pembobot keseluruhan hirarki dan menentukan rangking alternatif dari pembobot yang didapatkan g. Memilih nilai pembobot alternatif paling tinggi dari hasil perkalian tersebut

B. Kajian Empiris

Dalam kajian empiris ini disajikan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan pemasaran buah-buahan, dilihat berdasarkan analisis saluran, struktur dan perilaku pasar, serta analisis marjin dan efisiensi pemasaran. Pakpahan 2006 : 88, meneliti tentang sistem pemasaran manggis di Desa Babakan. Terdapat enam saluran pemasaran dan melibatkan lima lembaga pemasaran terdiri dari pedagang pengumpul, pedagang besar, eksportir, supermarket, dan pedagang pengecer. Petani umumnya lebih banyak menjual hasil panennya kepada pedagang pengumpul daripada langsung kepada pedagang besar karena hanya akan menerima hasil bersih dari penjualan tanpa harus melakukan kegiatan pemanenan. Selain itu tidak mudah bagi lembaga pemasaran