Hakekat Budaya Politik Masyarakat Indonesia

65 Menurut Rusadi Sumintapura, Budaya poiltik diartikan sebagai pola tingkah-laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan politik yang dihayati oleh anggota dalam satu sistem politik. Menurut Almond and Verba, Budaya polotik adalah sikap individu terhadap sistem politik dan komponen-komponennya, juga sikap invidu terhadap peranan yang dapat dimainkan dalam sebuah sistem politik. Dengan memahami budaya politik, kita akan memperoleh paling tidak dua manfaat yakni: a. Sikap-sikap warga negara terhadap sistem politik akan mempengaruhi tuntutan-tuntutan, tantangan, dukungan serta orientasinya terhadap sistim itu. b. Dengan memahami hubungan antara budaya poltik dan sistim politik, dapat dimengerti maksud-maksud individu yang melakukan kegiatan sistim politik atau faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran politik.

2. Klasifikasi Keberagaman Budaya Politik Masyarakat Indonesia

Almond mengklasifikasikan budaya politik sebagai berikut: 1 Budaya politik parochial, yaitu tingkat partisipasi politiknya sangat rendah, yang disebabkan factor kognitif misalnya tingkat pendidikan relatif rendah. 2 Budaya politik kaula, yaitu masyrakat bersangkutan sudah relative maju baik sosial maupun ekonominya tetapi masih pasif. 3 Budaya politik Partisipan, yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik sangat tinggi. Dalam kehidupan masyarakat, tidak tertutup kemungkinan bahwa terbentuknya budaya politik merupakan gabungan ketiga klasifikasi tersebut di atas.

3. Dinamika Budaya Politik dalam Masyarakat Indonesia

Secara umum dinamika perjalanan politik Indonesia dapat di bagi kedalam 5 priode, yaitu: 2 Periode Demokrasi Liberal 1945-1959 Dinamika politik pada priode demokrasi liberal, dapat dilihat berdasarkan aktifitas politik kenegaraan berikut: 66 a Awal kemerdekaan proklamasi 17 Agustus 1945,Presiden yang untuk sementara memegang jabatan rangkap segera membentuk dan melantik Komite Nasional Indonesia Pusat KNIP tanggal 29 Agustus 1945 dengan ketua Kasman Singodimedjo untuk membantu tugas –tugas presiden. b Untuk menghindari kekuasaan Presiden yang terpusat, timbul usaha – usaha untuk membangun corak pemerintahan yang lebih demokratis, yaitu ‘parlementer’. 3 Periode Demokrasi Terpimpin 1959 – 1966 Dinamika politik pada periode demokrasi terpimpin dapat dilihat berdasarkan aktivitas politik kenegaraan sebagai berikut. a Keluarnya dekrit presiden 5 juli 1959 telah mengakhiri system politik liberal yang kemudian diganti dengan system”demokrasi terpimpin” dan berlakunya kembali UUD 1945. b Dekrit presiden 5 juli 1959, selai didukung oleh angkata darat dan mahkamah agung, juga di dukung oleh rakyat karena kegagalan konstituante dalam melaksanakan tugasnya yaitu membuat UUD yang baru c Situasi politik pada era reformasi demokrasi terpimpin diwarnai oleh tarik menarik tiga kekuatan politik utama yang saling memanfaatkan, yaitu Soekarno, Angkatan Darat dan PKI.Soekarno memerlukan PKI untuk menghadapi Angkatan Darat yang berubah menjadi kekuatan politik yang menyaingi kekuasaan Soekarno, PKI memerlukan Soekarno untuk mendapatkan perlindungan dari presiden dalam melawan Angkatan Darat, sedangkan Angkatan Darat membutuhkan Soekarno untuk mendapatkan legitimasi bagi keterlibatannya di dalam politik. d Demokrasi Terpimpin seperti yang tercantum di dalam Tap MPRS No. VIIIMPRS1965, mengandung ketentuan tentang mekanisme pengambilan keputusan berdasarkan ‘musyawarah mufakat’. Jika mufakat bulat tidak dapat tercapai, maka keputusan tentang masalah yang dimusyawarahkan itu diserahkan kepada presiden untuk diambil keputusan. e Pilar-pilar demokrasi dan kehidupan kepartaian serta legislative menjadi sangat lemah, sebaliknya presiden sebagai kepala eksekutif menjadi