36 capital kehancuran moral moral decay hancurnya modal social loss of
capital social.
c. Tinginya angka kriminalitas
Korupsi menyuburka bebagai macam kejahatan lain dlam masyarakat. Semakin tinggi tingkat korupsi, semain besar pula kejahatan.
d. Demoraliasi
Praktik korupsi yang kronis menimbulkan demoralisasi di bagian pembangunan, korupsi pertumbuhan ekonomi. Lembaga internasional
menolak membantu Negara – Negara korup. Korupsi menimbulkan
demoralisasi, keresahan sosial, dan keterasingan politik.
e. Kehancuran birokrasi
Kehancuran birokrasi pemerintah merupakan garda depan yang berhubungan dengan pelayan umum kepada masyarakat. Korupsi melemahkan birokrasi
sebagai tulang punggung Negara, korupsi menimbulkan ketidak efisienan yang menyeluruh di dalam birokrasi. Korupsi di dalam birokrasi dapat di
katagorikan dalam dua kecendrungan: yang menjangkiti masyarakat dan yang dilakukan dkalangan mereka sendiri. Transparency internasional membagi
kegiatan korupsi di sektor publik kedalam dua jenis yaitu: korupsi adminisratif dan korpsi politik.
Menurut indria samego, korupsi menimbulkan empat kerusakan, yaitu:
a. Tergangunya fungsi politik dan fungsi pemerintahan
Terganggunya fungsi politik dan fungsi pemerintahan dampak negative pada suatu sistem politik: korupsi menggangu kinerja sistem politik yang berlaku.
Public cenderung meragukan citra dan kredibilitas suatu lembaga yang di duga terkait dengan tindakan korupsi. Korupsi memperlemah peran
pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi dan politik.
b. Hancurnya masa depan demokasi
Faktor penopang korupsi ditengah negara demokrasi, yaitu tersebarnya kekuasaan di tangan banyak orang telah meretas peluang bagi merajalelanya
penyuapan. Reformasi neoriberal telah melibatkan pembukaan sejumlah lokus ekonomi bagi penyuapan. Khususnya yang melibatkan para broker
perusahaan publik, pertambahan sejumlah pemimpin neopopulis yang memenangkan pemilu berdasarkan pada kharisma personal melalui media,
37 tertama televisi, yang banyak mempeaktekkan korupsi dalam mengalang
dana. Bahari Adib dan Khotibul Umam: komisi pemberantasan korupsi.
4. Cara
Penyelesaian Kasus-Kasus
Hukum Yang
Terkait Penanganan Kolusi, Korupsi, Dan Nepotisme di Indonesia.
Memberantas korupsi melalui jalan hukum, kita tidak dapat berpuas diri karena sudah memiliki Undang
– Undang Anti Korupsi 1971, 1999, 2001 dan membentuk Komisi Pemberantasan Korupsi. Kendatipun demikian Undang-
undang Anti Korupsi tersebut masih belum dapat menyelesaikan nsecara maksimal terhadap kasus korupsi, bahkan makin merajalela dikalangan para
pejabat publikpemerintah.Untuk mengatasi hal tersebut di atas sebaiknya kita membangun suatu konstitusi total yang ingin disebut “Orde Hukum Antikorupsi “.
Dengan konnstitusi
antikorupsi diharapkan
tak hanya
korupsi konvensional, tetapi semua bentuk korupsi deng percabangannya dapat dibabat
bersih. Korupsi versi Undang- Undang Antikorupsi “hanya”merumuskan korupsi
sebagai perbuatan yang merugikan keuangan negara, baik untuk kepentingan sendiri maupun kelompok. Jika ingin menuntaskan pemberantasan korupsi
dengan sekalia percebangannya, maka sasaran tembak yang dimikian itu belum mencukupi, yang ditembak baru korupsi konvensional.
Adapan cara paling efektif dan efisien untuk menghapus KKN adalah dengan kesadaran masing-masing individu. Hanya saja sekiranya hal itu sulit
diwujudkan dengan kondisi moral, mental, dan kesadaran bangsa Indonesia yang relatif buruk. Maka dari itu, untuk memberantas KKN perlu diupayakan
banyak hal dan perlu pula kerja sama dari setiap stake holder dengan perannya masing-masing.
D. Aktivitas Pembelajaran
Model Pembelajaran Problem Based Learning ini bertujuan merangsang peserta untuk belajar melalui berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan
sehari-hari dikaitkan dengan pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya melalui langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
1. Mengorientasi peserta pada masalah. 2. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran.