34 kasab, dibantu oleh Wiryono Prodjodikusumo uuntuk memimpin lembaga baru
yang lebih dikenal dengan ‘’Operasi Budhi’’. Suatu tugas yang lebih berat, yakni menyeret pelaku korupsi kepengadilan.
2. Era Orde Baru
Pada masa orde baru, dibawah kepemimpinan Soeharto minimal ada empat 4 lembaga yang diberi tugas untuk melakukan pemberantasan korupsi.
Lembaga – lembaga tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tim Pemberantas Korupsi TPK b. Komite Empat
c. Operasi Tertib Opstib d. Tim pemberantas korupsi baru
3. Era Reformasi
Pada era reformasi, usaha pembrantasan korupsi dimulai oleh Presiden B.J.Habibie yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
KKN, berikut pembentukan berbagai komisi atau badan baru, seperti Komisi Pengawas Kekayaan Penjabat Negara KPKPN,KPPU, maupun lembaga
Ombudsman. Presiden Abdurrahman Wahid, membentuk Tim Gabungan Pemberantas
Tindak Pidana Korupsi TGPTPK, melalui Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2000. TGPTPK akhirnya dibubarkan dengan logika membenturkannya
ke UU Nomor 31 Tahun 1999. Nasib serupa tapi tidak sama juga dialami oleh KPKPN, dengan dibentuknya Komisi pemberantas korupsi, tugas KPKPN
melebur masuk kedalam KPK, sehingga KPKPN sendiri hilang dan menguap. Artinya KPK lah lembaga yang pemberantasan korupsi terbaru yang masih
exsis. Komisi Pemberantasan Korupsi KPK dibentuk lewat Undang
– Undang Nomor 30 Tahun 2002, tentang Komisi Pemberantas Tindak Pidana Korupsi,
lembaga baru ini dibentuk dalam suasana kebencian terhadap praktik kotor korupsi. Sejak berdirinya tertanggal 29 Desember 2003, KPK telah dipimmpin
oleh 2 rezim yang berbeda. KPK jilid pertama 2003 – 2007 terdiri dari
Taufiqurachman Ruki, mantan polisi, sebagai ketua komisi. KPK jilid kedua yang telah disumpah oleh president Susilo Bambang Yudoyono pada tanggal
19 Desember 2007, KPK jilid kedua dipimpin oleh Antasari Azhar mantan kepala kejaksaan negeri Jakarta selatan, sbagai ketua komisi. Dalam
35 perjalananya lembaga KPK masih menempati rating tertinggi keppercayaan
publik dalam hal penegakan hukum terutama kasus korupsi. Hal ini memang dipahami dari kenyataan bahwa banyak pencapaian positif yang dilakukan
KPK Soejono, S.H: kejahatan dan penegakan hukum di Indonesia.
2. Undang-Undang Tentang Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme
a. Pasal 2 UU No. 31 Tahun 1999 b. Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999,
c. Pasal 5 UU No. 20 Tahun 2001, d. Pasal 6 UU No. 20 Tahun 2001,
e. Pasal 7 UU No. 20 Tahun 2001, ayat 1,2,3,4, dan 5 f.
Pasal 8 UU No. 20 Tahun 2001 g. Pasal 9 UU No. 20 tahun 2001
h. Pasal 10 UU No. 20 Tahun 2001. i.
Pasal 11 UU No. 20 Tahun 2001 j.
Pasal 12 UU No. 20 Tahun 2001 : ayat 1,2,3,4,5, 6, 7, dan 8 k. Pasal 12B UU No. 20 Tahun 200
l. Pasal 13 UU No. 31 Tahun 1999,
m. Pasal 14 UU No. 31 Tahun 1999
3.
Akibat – Akibat Kolusi, Korupsi, Dan Nepotisme Di Indonesia
Korupsi mempunya dampak yang cukup besar terhadap eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Adapun dampat dari korupsi antara lain:
a. Lesunya perekonomian
Korupsi memperlemah investasi dan pertumbuhan ekonomi. Korupsi merintangi akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan yang
berkualitas. Korupsi memperlemah aktivitas ekonomi, memunculkan inefisiensi, dan nepotisme.
b. Meningkatkan kemiskinan
Mempunyai dampak, baik secara langsung, maupun tidak langsung akan memicu timbulnya kemiskinan. Dua kategori pendudk miskin di indonsia:
kemiskinan kronis chronic poverty, keiskinan sementara transient poverty, resiko tinggi korupsi: ongkos fiansial financial cost moda manusia human