48
Daftar Pustaka
Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Davies, Ivor K. 1986. Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Degeng, I Nyoman Sudana. 1998. Teori Pembelajaran 2: Terapan. Program Magister Manajemen Pendidikan Universitas Terbuka.
Heinich, R., et al. 1996. Instructional Media and Technology for Learning. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs.
Pribadi, Benny Agus Dewi Padmo Putri. 2001. Ragam Media dalam Pembelajaran.
Proyek Pengembangan Universitas Terbuka Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Sadiman, Arief S., dkk. 2008. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya
. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Soekamto, Toeti. 1993. Perancangan dan Pengembangan Sistem Instruksional.
Jakarta: Intermedia. Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2002. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
C. Asesmen
1. Lembar Informasi
a. Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi
Istilah asesmen assessment sering dipertukarkan secara rancu dengan dua istilah lain, yakni pengukuran measurement dan evaluasi evaluation. Padahal
ketiga istilah tersebut memiliki makna yang berbeda, walaupun memang saling berkaitan.
Menurut Oosterhof 2003, pengukuran dan asesmen memiliki makna yang hampir serupa walaupun tidak mutlak sama. Griffin Nix 1991 memberikan
gambaran yang lebih konkret tentang kaitan antara pengukuran, asesmen, dan evaluasi. Menurut Griffin dan Nix, ketiga kegiatan tersebut merupakan suatu
hierarki. Pengukuran adalah kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan suatu kriteria atau ukuran; asesmen adalah proses mengumpulkan
informasibukti melalui pengukuran, menafsirkan, mendeskripsikan, dan menginterpretasi bukti-bukti hasil pengukuran, sedangkan evaluasi adalah
proses mengambil keputusan judgment berdasarkan hasil-hasil asesmen. Johnson Johnson 2002 menegaskan tidak seharusnya melakukan evaluasi
tanpa melakukan pengukuran dan penilaian terlebih dulu.
Cakupan asesmen amat luas, meliputi berbagai aspek pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap. Berbagai metode dan instrumen -baik
formal maupun nonformal- digunakan dalam asesmen untuk mengumpulkan informasi. Informasi yang dikumpulkan menyangkut semua perubahan yang
terjadi baik secara kualitatif maupun kuantitatif Johnson Johnson, 2002; Gronlund, 2003; Oosterhof, 2003. Asesmen yang dilakukan selama pembelajaran
49 berlangsung disebut sebagai asesmen proses, sedangkan asesmen yang dilakukan
setelah pembelajaran usai dilaksanakan dikenal dengan istilah asesmen hasilproduk
. Asesmen proses dibedakan menjadi asesmen proses informal dan asesmen proses formal.
Asesmen informal
bisa berupa
komentar-komentar guru
yang diberikandiucapkan selama proses pembelajaran. Saat seorang peserta didik
menjawab pertanyaan guru, saat seorang peserta didik atau beberapa peserta didik mengajukan pertanyaan kepada guru atau temannya, atau saat seorang
peserta didik memberikan komentar terhadap jawaban guru atau peserta didik lain, guru telah melakukan asesmen informal terhadap performansi peserta didik-
peserta didik tersebut.
Asesmen proses formal, sebaliknya, merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang dirancang untuk mengidentifikasi dan merekam pengetahuan dan
keterampilan peserta didik. Berbeda dengan asesmen proses informal, asesmen proses formal merupakan kegiatan yang disusun dan dilakukan secara sistematis
dengan tujuan untuk membuat suatu simpulan tentang kemajuan peserta didik.
Metode Asesmen
Asesmen dapat dilakukan melalui metode tes maupun nontes. Metode tes dipilih bila respons yang dikumpulkan dapat dikategorikan benar atau salah
Djemari, 2008. Bila respons yang dikumpulkan tidak dapat dikategorikan benar atau salah digunakan metode nontes.
Menurut Gronlund 2008, metode tes dapat berupa tes tulis paper and pencil
atau tes kinerja performance test. Tes tulis dapat dilakukan dengan cara memilih jawaban yang tersedia selected-response, misalnya soal bentuk pilihan
ganda, benar-salah, dan menjodohkan; ada pula yang meminta peserta menuliskan sendiri responsnya supply-response, misalnya soal berbentuk esai,
baik esai isian singkat maupun esai bebas.
Tes kinerja juga dibedakan menjadi dua, yaitu restricted performance, yang meminta peserta untuk menunjukkan kinerja dengan tugas-tugas tertentu yang
terstruktur secara ketat, misalnya peserta diminta menulis paragraf dengan topik yang sudah ditentukan, atau mengoperasikan suatu alat tertentu; dan extended
performance
, yang menghendaki peserta untuk menunjukkan kinerja lebih komprehensif dan tidak dibatasi, misalnya peserta diminta merumuskan suatu
hipotesis, kemudian diminta membuat rancangan dan melaksanakan eksperimen untuk menguji hipotesis tersebut.
Dari segi otentisitas dan kompleksitas tugas, selected response memiliki cakupan aspek yang lebih sederhana dibandingkan supply response dan
performance assessment . Hal ini antara lain dikarenakan pada selected response: a
alternatif pilihan jawaban sudah disediakan, b pada umumnya hanya berkaitan dengan tugas-tugas yang dapat diselesaikan dengan bekal pengetahuan dan
pemahaman; dan c tugas-tugas direspons secara tidak langsung. Hal yang sebaliknya terjadi pada penilaian kinerja, tugas-tugas yang dinilai dengan
penilaian kinerja menuntut respons yang murni dan aktual dari peserta, juga membutuhkan berbagai keterampilan di samping bekal pengetahuan dan
pemahaman.
Penilaian kinerja
juga direspons
peserta dengan
cara
50 mendemonstrasikan kemampuannya secara langsung. Oleh karena itu, penilaian
kinerja lebih rumit dibandingkan dengan selected response baik dari segi cakupan tugasnya maupun cara atau struktur mengasesnya.
Meskipun selected response memiliki berbagai keterbatasan, tetapi memiliki keunggulan dalam hal penskoran jika dibandingkan supply-response, apalagi jika
dibandingkan dengan penilaian kinerja. Karena respons peserta pada selected response
hanyalah berdasar pilihan-pilihan yang telah disediakan, maka skor yang diberikan menjadi lebih pasti, lebih objektif, lebih mudah dilakukan, dan relatif
bebas dari bias atau subjektivitas penilai. Sebaliknya, pada supply response dan penilaian kinerja meskipun telah disediakan rubrik yang harus diacu saat
melakukan penskoran, tetapi masalah krusial yang selalu muncul adalah rendahnya kekonsistenan antar penilai interater reliability ketika kemampuan
yang sama dinilai oleh lebih dari satu penilai. Metode selected response juga memiliki kelebihan dalam hal waktu. Karena tugas yang dinilai tidak begitu
kompleks, maka waktu yang diperlukan untuk menyelenggarakan tes menjadi relatif lebih singkat. Karena penskorannya relatif mudah dilakukan, maka waktu
penskoran dan pengolahannya juga menjadi relatif lebih cepat. Kelebihan dalam hal penskoran dan waktu itulah yang menyebabkan metode selected response
utamanya bentuk pilihan ganda tetap dipilih untuk melakukan penilaian- penilaian dalam skala besar, misalnya ujian semester, ujian kenaikan kelas, ujian
sekolah, seleksi masuk perguruan tinggi, dan ujian akhir nasional Dittendik, 2003; Oosterhof, 2005; Rodriguez, 2005.
Metode nontes digunakan bila kita ingin mengetahui sikap, minat, atau motivasi. Metode nontes umumnya digunakan untuk mengukur ranah afektif
dan lazimnya menggunakan instrumen angket atau kuisioner. Respons yang dikumpulkan melalui angket atau kuisioner tidak dapat diinterpretasi ke dalam
kategori benar atau salah.
Berdasar uraian di atas, setiap metode asesmen memiliki keunggulan dan keterbatasan, sehingga tidak ada satu pun metode yang selalu cocok untuk semua
keperluan, kondisi, situasi, cakupan, dan karakteristik kemampuan yang hendak diukur. Karena itu, untuk melakukan asesmen yang lengkap, utuh, dan akurat
sebaiknya dipergunakan berbagai metode sesuai dengan karakteristik dan tujuannya.
Pertanyaan:
1. Apakah perbedaan antara pengukuran, asesmen, dengan evaluasi? 2. Berikan contoh aktivitas riil dalam dunia pendidikan yang menunjukkan
kegiatan pengukuran, asesmen, dan evaluasi 3. Identifikasi berbagai metode asesmen beserta kelebihan dan
kekurangannya 4. Jelaskan mengapa asesmen harus dilakukan dengan berbagai metode?
b. Karakteristik dan Teknik Asesmen