FREKUENSI TV PERBANDINGAN PENGGUNAAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO DENGAN JUMLAH PENDUDUK

158

6.4.4. DISTRIBUSI PENGGUNAAN ISR KANAL TV DAN FM UNTUK KEPERLUAN PENYIARAN

Penyajian data distribusi penggunaan ISR kanal TV dan FM bertujuan untuk mengukur tingkat pemanfaatan dari kanal frekuensi yang tersedia untuk masing-masing jenis kanal ISR di masing-masing wilayah. Berdasarkan data tersebut akan dapat diketahui pada daerah mana kanal ISR TV tertentu masih berpeluang untuk dioptimalkan utilisasinya. Dari tingkat pemanfaatan utilisasi kanal TV sampai semester 1-2013 seperti ditunjukkan tabel 6.6 menunjukkan masih rendahnya utilisasi di hampir sebagian besar propinsi. Tingkat utilisasi yang tinggi hanya terjadi di DKI Jakarta dan DI Yogyakarta sudah mencapai 100. Tingkat utilitas ini hampir sama dengan situasi pada semester 1 tahun 2012 dimana di kedua propinsi ini pemanfatan kanal frekuensi sudah penuh. Daerah yang memiliki tingkat utilisasi yang juga relatif tinggi diatas 60 adalah Kepulauan Riau yang mencapai 75, Banten 64,7, Jawa Barat 63,8, Jawa Tengah 76,4, Jawa Timur 63,1, Bali 71,4 dan Sulawesi Utara 64,3. DKI Jakarta merupakan pusat pemerintahan dan bisnis, sementara D.I. Yogyakarta adalah daerah dengan wilayah propinsi yang tidak terlalu luas namun menjadi daerah wisata dan pusat industri kreatif. Kepulauan Riau dan Bali adalah daerah yang mengalami pertumbuhan yang cepat dalam beberapa tahun terakhir dimana keduanya juga cukup mengandalkan kegiatan pariwisata dan mulai mengembangkan TV Lokal. Tabel 6.6. Utilisasi Kanal TV Menurut Propinsi No Propinsi Jumlah Ter- sedia Jumlah Ter- pakai Utili- sasi No Propinsi Jumlah Ter- sedia Jumlah Ter- pakai Utili- sasi 1 NAD 97 10 10.3 17 Bali 21 15 71.4 2 Sumut 90 15 16.7 18 NTB 34 9 26.5 3 Sumbar 77 21 27.3 19 NTT 96 14 14.6 4 Riau 84 21 25.0 20 Kalbar 68 31 45.6 5 Jambi 63 20 31.7 21 Kalteng 46 23 50.0 6 Babel 28 12 42.9 22 Kaltim 90 33 36.7 7 Bengkulu 35 9 25.7 23 Kalsel 56 28 50.0 8 Sumsel 63 31 49.2 24 Sulsel+Sulbar 128 34 26.6 9 Lampung 60 15 25.0 25 Sulteng 61 36 59.0 10 Kep. Riau 16 12 75.0 26 Sultra 42 17 40.5 11 Banten 17 13 76.5 27 Sulut 42 27 64.3 12 DKI Jakarta 14 14 100.0 28 Gorontalo 21 4 19.0 13 Jawa Barat 69 44 63.8 29 Maluku 41 11 26.8 14 Jawa Tengah 55 42 76.4 30 Maluku Utara 21 3 14.3 15 DI Yogyakarta 14 14 100.0 31 Papua 91 32 35.2 16 Jawa Timur 84 53 63.1 32 159 Dari gambar 6.13 juga terlihat bahwa utilisasi kanal frekuensi TV yang rendah terdapat di NAD, Gorontalo, Nusa Tenggara Timur dan Maluku Utara. Tingkat utilitas kanal frekuensi TV di NAD, NTT, dan Maluku Utara masih kurang dari 15 dari yang dialokasikan, sementara di Gorontalo dan Sumatera Utara masih kurang dari 20. Beberapa daerah juga baru di kisaran 20 tingkat utilitasnya seperti Bengkulu, NTB, Maluku, Lampung, Riau, Sulawesi Selatan ditambah Sulawesi Barat, Sumatera Barat dan Jambi. Daerah-daerah tersebut dicirikan dengan tingkat kemajuan pembangunan yang relatif belum maju atau wilayah yang luas, perkembangan ekonomi yang lambat atau merupakan daerah pemekaran sehingga investasi dalam pemanfaatan frekuensi TV juga masih kurang di daerah-daerah tersebut. Hal ini juga diduga terkait dengan potensi pasar dari industri penyiaran televisi pada daerah tersebut bukan daerah wisata atau industri, sehingga masih kurang menarik minta pelaku industri penyiaran TV nasional maupun lokal untuk berinvestasi mengembangkan kegiatan penyiaran TV di wilayah tersebut. Tingkat utilisasi frekuensi TV yang masih belum tinggi juga terlihat pada propinsi-propinsi dengan wilayah yang luas. Pada daerah-daerah tersebut khususnya di luar Jawa, dengan alokasi kanal frekuensi TV yang relatif besar maupun kecil, utilisasinya belum cukup tinggi. Pada daerah-daerah di Sumatera yang memiliki alokasi kanal cukup besar seperti Sumatera Utara dan Bengkulu, tingkat utilisasinya masih rendah, dibawah 20. Sementara di Sulawesi, fenomena daerah dengan alokasi frekuensi besar namun tingkat pemanfaatannya rendah terlihat di Sulawesi Selatan. Gambar 6.14. Tingkat utilisasi kanal frekuensi TV menurut propinsi 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 NAD S u m u t S u m b a r Riau Ja m b i B a b e l B e n g k u lu S u m se l L a m p u n g Kep. Riau B a n te n D K I Ja k a rt a Ja w a B a ra t Ja w a T e n g a h D I Y o g ya k a rt a Ja w a T im u r B a li NTB NTT K a lb a r K a lt e n g K a lt im K a ls e l Sulsel+Sulbar S u lt e n g S u lt ra S u lu t G o ro n ta lo Maluku M a lu k u U ta ra P a p u a 160 Untuk penggunaan kanal frekuensi radio FM, Tabel 6.7 menunjukkan perbandingan antara jumlah yang tersediaalokasi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 13PERM.KOMINFO2010 Permen 132010, alokasi yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 238KEPM.KOMINFO042012 Kepmen 2382012 dan penggunaan kanal frekuensi FM sampai dengan semester 1-2013. Terlihat bahwa pada tahun 2013 peluang penyelenggaraan penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta untuk radio FM untuk beberapa propinsi sudah sangat sedikit atau bahkan habis seperti di DKI Jakarta. Kondisi ini terjadi karena tingkat utilisasi pada periode sebelumnya sudah sangat tinggi mencapai atau mendekati 100. Beberapa daerah yang menyisakan alokasi yang sedikit adalah daerah- daerah di Jawa seperti Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali. Hal ini pula yang menyebabkan jika peluang penyelenggaraan penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta yang ditetapkan melalui Kepmen 2382012 ini dibandingkan dengan penggunaan frekuensi radio FM saat ini pada daerah-daerah tersebut, sudah melebihi 100 atau penggunaannya sudah lebih banyak dibandingkan alokasi yang disediakan. Jika penggunaan frekuensi radio FM sampai semester 1-2013 ini dibandingkan dengan alokasi yang ditetapkan dalam Permen 132010, terlihat bahwa tingkat Tabel 6.7. Utilisasi Kanal Radio FM Menurut Propinsi No Propinsi Alokasi Permen 132010 Peluang Usaha Kepmen 2382012 Jumlah Ter- pakai No Propinsi Alokasi Permen 132010 Peluang Usaha Kepmen 2382012 Jumlah Ter- pakai 1 NAD 434 218 53 18 NTB 153 64 51 2 Sumut 443 209 104 19 NTT 410 219 25 3 Sumbar 325 161 45 20 Kalbar 427 237 46 4 Riau 391 226 48 21 Kalteng 295 156 37 5 Kepri 59 29 19 22 Kaltim 328 168 26 6 Jambi 242 136 28 23 Kalsel 194 89 61 7 Babel 139 78 25 24 Sulsel 406 233 45 8 Bengkulu 144 77 19 25 Sulteng 305 171 32 9 Sumsel 300 165 50 26 Sultra 243 136 18 10 Lampung 217 118 55 27 Sulut 194 101 19 11 Banten 76 23 39 28 Gorontalo 104 63 37 12 DKI Jakarta 42 42 29 Sulbar 116 75 8 13 Jawa Barat 312 50 190 30 Maluku 227 136 12 14 Jawa Tengah 331 81 212 31 Maluku Utara 168 108 6 15 DIY 42 1 41 32 Papua Barat 195 117 14 16 Jawa Timur 366 117 148 33 Papua 500 273 27 17 Bali 87 32 53