RUANG LINGKUP Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Semester 1 Tahun 2013

51 Nama pita Singkatan Pita ITU Frekuensi Panjang gelombang 3 Hz 100,000 km Extremely low frequency ELF 1 3–30 Hz 100,000 km – 10,000 km Super low frequency SLF 2 30–300 Hz 10,000 km – 1000 km Ultra low frequency ULF 3 300–3000 Hz 1000 km – 100 km Very low frequency VLF 4 3–30 kHz 100 km – 10 km Low frequency LF 5 30–300 kHz 10 km – 1 km Medium frequency MF 6 300–3000 kHz 1 km – 100 m High frequency HF 7 3–30 MHz 100 m – 10 m Very high frequency VHF 8 30–300 MHz 10 m – 1 m Ultra high frequency UHF 9 300–3000 MHz 1 m – 100 mm Super high frequency SHF 10 3–30 GHz 100 mm – 10 mm Extremely high frequency EHF 11 30–300 GHz 10 mm – 1 mm Di atas 300 GHz 1 mm

5.2.1. PRINSIP DASAR PENATAAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO

Prinsip pengelolaan spektrum frekuensi radio dilakukan dengan mempertimbangkan aspek-aspek sebagai berikut: • Pengelolaan spektrum frekuensi radio bersifat komprehensif, sistemik dan terpadu. • Penerapan secara Internasional yang diatur dalam Radio Regulations. • Dikembangkan dalam aturan yang bersifat supra-nasional. • Mampu mengakomodasikan kebutuhan masa depan. • Berorientasi pada kesejahtaraan masyarakat yang didasarkan pada kebutuhan nasional dan mengikuti perkembangan teknologi yang selalu berkembang dan berkelanjutan. ITU menggolongkan spektrum frekuensi radio secara berkesinambungan dari frekuensi 3 Hz sampai dengan 3000 GHz dan membaginya menjadi 13 rentang pita frekuensi seperti yang tertera pada Tabel 5.1. berikut. Tabel Alokasi Spektrum Frekuensi Radio Indonesia yang berlaku saat ini Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 29 Tahun 2009 Tabel 5.1. Distribusi rentang frekuensi menurut pengelompokkan ITU 52 telah diselaraskan dengan ketentuan di dalam dokumen Radio Regulations edisi Tahun 2008 dan Final Act-World Radiocommunication Conference Tahun 2007 WRC 2007, dengan memperhatikan juga jenis penggunaannya di Indonesia, serta perencanaan baru yang dirancang lebih eisien dengan memperhatikan perkembangan teknologi. Peraturan Menkominfo No. 29 Tahun 2009 tersebut saat ini telah mengalami dua kali perubahan, yaitu melalui Peraturan Menkominfo No. 40 Tahun 2009 dan Peraturan Menkominfo No. 25 Tahun 2010.

5.2.2. ALOKASI SPEKTRUM FREKUENSI UNTUK JARINGAN TELEKOMUNIKASI SELULER

Jaringan telekomunikasi seluler oleh masyarakat umum dikenal dari layanannya. Sebagai contoh, teknologi GSM lebih dikenal dengan layanan 2G, dan teknologi UMTS WCDMA identik dengan layanan 3G. Tabel berikut memperlihatkan penyebaran Base Transceiver Station BTS per operator pada sejumlah provinsi di Indonesia. Dari tabel tersebut terlihat bahwa opertor pemilik BTS terbanyak untuk layanan 3G adalah Telkomsel dengan proporsi mencapai 37,6 dari total jumlah BTS 3G diikuti dengan XL-Axiata dengan proporsi sebesar 28,4. Operator yang relatif baru namun dengan proporsi yang cukup besar adalah HCPT dengan proporsi mencapai 11,1 dari total BTS 3G, sementara AXIS proporsinya baru mencapai 8,2. Dilihat dari cakupan coverage wilayahnya, jumlah BTS layanan 3G milik Telkomsel yang besar juga diikuti dengan cakupan layanan yang meliputi 100 propinsi di Indonesia. Dua operator besar lainnya yaitu XL-Axiata coverage BTS nya sudah mencapai 90,9 propinsi dan Indosat baru mencapai 66,7 propinsi. HCPT juga memiliki coverage layanan 3G yang cukup luas dengan telah menjangkau 63,6. Sementara coverage layanan 3G dari Smart-Telecom baru mencapai 39,4. OPERATOR BTS 3G Proporsi Jumlah Provinsi Proporsi TELKOMSEL 17,412 37.6 33 100 INDOSAT 4,858 10.5 22 66.7 XL-AXIATA 13,142 28.4 30 90.9 HCPT 5,136 11.1 21 63.6 AXIS 3,803 8.2 14 42.4 SMART TELECOM 1.899 4.1 13 39.4 Tabel 5.2. Rekapitulasi jumlah dan 3G pada sampai semester 1- 2013