PENGGUNAAN BERDASARKAN PITA FREKUENSI
135
Seperti juga pada tahun-tahun sebelumnya, proporsi penggunaan pita spektrum HF secara konsisten menurun dari tahun ke tahun hingga
kurang dari 0,5 pada semester 1-2013. Namun untuk jenis pita MF hanya sedikit mengalami kenaikan meskipun tetap kurang dari 0,1 proporsinya.
Proporsi penggunaan frekuensi HF yang pada 2011 masih sebesar 1,68 menurun menjadi hanya 0,14 pada semester 1-2013. Sementara proporsi
penggunaan frekuensi MF hanya sedikit meningkat dari 0,06 pada 2012 menjadi 0,07 pada semester 1-2013 seiring dengan peningkatan
penggunaan pita spektrum MF.
Peningkatan penggunaan spektrum frekuensi secara total telah menyebabkan peningkatan yang signiikan terhadap kumulatif penggunaan
pita frekuensi dibanding tahun sebelumnya. Secara kumulatif, penggunaan pita frekuensi pada semester 1-2013 ini telah meningkat 57,2 dari posisi
pada akhir tahun 2012. Peningkatan ini memang lebih rendah dibanding peningkatan pada tahun 2012 yang mencapai 115,8. Namun pencapaian
pada tahun 2013 ini baru sampai semester 1-2013 sehingga dimungkinkan untuk meningkat lebih tinggi pada akhir tahun 2013.
Peningkatan terbesar dari kumulatif penggunaan frekuensi sampai semester 1-2013 ini terjadi untuk jenis pita spektrum frekuensi SHF yang
meningkat sebesar 62,2 yang juga lebih rendah daripada peningkatan tahun 2012 yang mencapai 125,5. Peningkatan yang besar pada spektrum
SHF ini menjadi signiikan karena menyebabkan kumulatif penggunaan
20 40
60 80
100
2011 2012
Smt 1-2013 SHF
59.40 64.35
67.45 UHF
31.26 27.10
25.33 VHF
7.56 7.08
5.78 HF
1.68 1.40
0.14 MF
0.10 0.06
0.07
Gambar 6.1. Komposisi Penggunaan
Frekuensi berdasarkan Pita Frekuensi
136
pita spektrum SHF ini semakin lebih besar dari kumulatif penggunaan pita spektrum UHF. Sampai dengan akhir tahun 2010 jenis pita spektrum
UHF adalah yang kumulatif penggunaannya paling besar, namun dengan semakin besarnya dan meningkatnya penggunaan pita spektrum SHF pada
tahun 2012 dan semester 1-2013 menyebabkan kumulatif penggunaannya kini menjadi yang paling besar melebihi penggunaan pita UHF. Laju
peningkatan penggunaan kumulatif pita spektrum UHF lebih lambat daripada laju peningkatan penggunaan kumulatif pita spektrum SHF. Pada
semester 1-2013, laju peningkatan penggunaan kumulatif pita spektrum UHF hanya sebesar 49,9 atau lebih rendah dibanding peningkatan tahun
2012 yang mencapai 100,4.
Peningkatan penggunaan kumulatif pita frekuensi terbesar berikutnya adalah untuk penggunaan pita VHF dan MF. Kumulatif penggunaan pita
VHF meningkat sebesar 45,3 atau lebih rendah dari peningkatan tahun sebelumnya yang mencapai 23,2. Sementara penggunaan frekuensi MF
meskipun intensitas penggunaannya kecil, namun kumulatif penggunaan frekuensinya meningkat sebesar 108,5.
Dihitung sejak tahun 2011
Selain penggunaan pita frekuensi yang menunjukkan kecenderungan terus meningkat, distribusi penggunaan pita frekuensi menurut pulau
besar menunjukkan bahwa penggunaan pita frekuensi pada semester 1-2013 ini masih didominasi oleh penggunaan di Pulau Jawa. Gambar
6.2 menunjukkan proporsi penggunaan pita spektrum frekuensi di Jawa untuk semua jenis pita frekuensi mencapai 50,4 atau lebih dari separuh
penggunaan pita frekuensi berlangsung di Pulau Jawa. Proporsi ini juga lebih kecil dibanding semester 1-2012 yang mencapai 52,1 atau tahun
2011 yang mencapai 51,2. Pulau besar lain yang relatif cukup tinggi penggunaan spektrum frekuensinya adalah di Sumatera dengan proporsi
Tabel 6.2. Kumulatif Penggunaan
Frekuensi ISR berdasarkan pita
frekuensi
No Nama
Spektrum Pita
Frekuensi 2011
2012 Smt-1
2013
1 MF
300 kHz – 3 MHz 328
555 828
2 HF
3 MHz – 30 MHz 5,571
10,952 16,572
3 VHF
30 MHz – 300 MHz 25,081
52,304 76,011
4 UHF
300 MHz – 3 GHz 103,724
207,889 311,685
5 SHF
3 GHz - 30 GHz 197,107
444,443 720,855
Jumlah 331,811
716,143 1,125,951
137
mencapai 26,9 atau meningkat dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 25,4. Sementara untuk pulau-pulau besar lain meskipun
memiliki wilayah yang lebih luas, namun penggunaan pita frekuensinya jauh lebih kecil. Proporsi penggunaan pita frekuensi untuk wilayah Maluku dan
Papua yang memiliki wilayah daratan maupun lautan paling luas diantara wilayah lain, proporsinya hanya 1,5. Dari distribusi penggunaan pita
frekuensi ini menunjukkan bahwa penggunaan frekuensi tidak ditentukan oleh luas wilayah, namun lebih ditentukan oleh intensitas kegiatan yang
ada di wilayah tersebut, jumlah daerah administratif yang tercermin dari kepadatan penduduk atau tingkat perkembangan ekonominya.
Distribusi penggunaan frekuensi menurut pulau besar menunjukkan pada sebagian besar pulau besar, intensitas penggunaan pita frekuensi juga
didominasi oleh jenis pita spektrum SHF yang rata-rata mencapai lebih dari 60 kecuali di Maluku-Papua. Distribusi penggunaan pita spektrum
di Sumatera cenderung memiliki proporsi yang sama dengan Sulawesi dan Bali-Nusa Tenggara. Sementara Jawa dan Kalimantan menunjukkan
sedikit perbedaan dimana proporsi penggunaan pita spektrum UHF cukup menonjol di Jawa dan di Kalimantan proporsi penggunaan pita spektrum
VHF yang sedikit lebih menonjol dibanding daerah lain. Distribusi yang sangat berbeda ditunjukkan di wilayah Maluku-Papua dimana proporsi
penggunaan pita frekuensi HF yang jauh lebih tinggi dibanding wilayah pulau besar lainnya. Proporsi penggunaan pita spektrum HF di wilayah
Maluku dan Papua bahkan hampir menyamai proporsi penggunaan pita frekuensi SHF.
Gambar 6.2. Distribusi penggunaan
pita spektrum menurut pulau besar semester
1-2013
Sumatera, 26.9
Jawa, 50.4 Bali-Nusa
Tenggara, 5.5
Kalimantan, 9.3
Sulawesi, 6.4 Papua-Maluku,
1.5
138
Distribusi penggunaan pita frekuensi menurut propinsi juga menunjukkan bahwa penggunaan pita frekuensi cenderung tinggi pada daerah-daerah
dengan jumlah penduduk besar, tingkat perekonomian yang lebih maju dan banyaknya daerah perkotaan di propinsi tersebut. Tabel 6.3
menunjukkan bahwa tiga propinsi dengan penggunaan pita spektrum paling tinggi terdapat di Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Ketiga
propinsi ini memiliki ciri yang sama yaitu memiliki banyak wilayah administratif kabupatenkota yang juga berarti dinamika sosial yang
tinggi, jumlah penduduk yang besar dengan kepadatan relatif tinggi, tingkat kemajuan ekonomi juga relatif tinggi dan wilayah yang cukup luas.
Pada wilayah-wilayah ini, penggunaan frekuensi secara total cenderung tinggi. Penggunaan pita frekuensi ISR terbesar berikutnya juga masih
terdapat terjadi di pulau Jawa yaitu di Jakarta dengan luas wilayah yang kecil, namun kepadatan penduduk tinggi, perekonomian yang maju dan
dinamika wilayah yang tinggi juga sebagai kota metropolitan.
Sebaliknya daerah-daerah yang menunjukkan penggunaan pita frekuensi ISR yang rendah adalah daerah dengan tingkat kemajuan yang relatif
Gambar 6.3. Penggunaan
Frekuensi menurut pulau besar dan jenis
pita semester 1-2013
20 40
60 80
100 120
Sumatera Jawa
Bali-Nusa Tenggara
Kalimantan Sulawesi
Papua- Maluku
VHF 7.3
2.5 8.8
14.9 6.6
13.9 UHF
23.9 27.6
24.9 20.9
22.1 18.4
SHF 67.8
69.4 64.3
61.7 69.7
35.1 MF
0.1 0.1
0.1 0.1
0.1 0.1
HF 1.0
0.4 1.9
2.4 1.6
32.6
Distribusi penggunaan pita spektrum di wilayah Maluku-Papua menunjukkan pola yang berbeda dengan wilayah pulau besar lainnya. Proporsi penggunaan pita
spektrum HF yang di wilayah lain kecil, di Maluku-Papua menunjukkan proporsi yang besar dan hampir menyamai proporsi penggunaan pita spektrum SHF.
Sementara untuk Kalimantan, proporsi pita VHF juga cukup menonjol
139
rendah, dinamika sosial ekonomi yang rendah, meskipun memiliki wilayah yang sangat luas dan tidak banyak daerah perkotaan seperti Papua
Barat, Maluku Utara, dan Gorontalo. Di wilayah Sumatera, daerah dengan penggunaan pita spektrum yang rendah terdapat di Bengkulu dan Bangka
belitung yang juga memiliki ciri tingkat kemajuan daerah yang relatif kurang dan wilayah perkotaan yang belum berkembang.
Tabel 6.3. Penggunaan Pita
Frekuensi per Propinsi semester
1-2013
No. Propinsi
Pita Frekuensi
MF HF
VHF UHF
SHF
1 NAD 10
81 5,822
2,364 767
2 Sumatera Utara 29
277 18,059
6,434 1,702
3 Sumatera Barat 11
50 6,498
2,313 496
4 Riau 3
236 11,932
4,847 1,236
5 Jambi 4
120 4,838
1,321 671
6 Sumatera Selatan 10
116 9,925
2,949 1,600
7 Bengkulu 2
42 2,011
589 219
8 Lampung 9
38 8,322
3,035 465
9 Kepulauan Riau 1
49 4,311
1,747 650
10 Bangka Belitung 54
2,895 711
253 11 Banten
3 30
13,929 4,863
352 12 DKI Jakarta
8 319
21,860 10,254
583 13 Jawa Barat
41 132
46,004 15,756
1,412 14 Jawa Tengah
44 83
26,852 10,097
1,161 15 DI Yogyakarta
12 5,534
2,162 400
16 Jawa Timur 25
207 29,313
13,892 1,289
17 Bali 8
69 7,417
3,021 609
18 NTB 4
77 4,651
1,798 679
19 NTT 2
286 2,326
762 686
20 Kalimantan Selatan 4
72 5,346
1,584 1,708
21 Kalimantan Barat 14
210 6,418
1,812 561
22 Kalimantan Timur 3
399 8,305
3,332 2,662
23 Kalimantan Tengah 9
245 3,488
1,261 747
24 Sulawesi Selatan 14
109 9,244
3,023 591
25 Sulawesi Tenggara 39
1,915 599
348 26 Sulawesi Tengah
6 118
2,470 702
380 27 Sulawesi Barat
1 20
333 111
13 28 Sulawesi Utara
1 94
3,299 1,153
328 29 Gorontalo
40 946
176 55
30 Maluku 1
302 720
294 439
31 Maluku Utara 122
317 89
179 32 Papua
6 1228
732 582
33 Papua Barat 344
380 163
233
140
Dilihat dari komposisi penggunaannya untuk jenis pita frekuensi, sebagaimana pola yang terjadi secara nasional, proporsi terbesar penggunaan frekuensi
adalah untuk jenis pita frekuensi SHF. Proporsi penggunaan pita frekuensi SHF di propinsi rata-rata mencapai 63,8 atau meningkat dibanding tahun sebelumnya
yang mencapai 58. Namun Papua menunjukkan proporsi penggunaan pita frekuensi SHF yang relatif rendah yaitu sekitar 28,7. Penggunaan pita
frekuensi paling besar di Papua justru untuk jenis pita HF dengan proporsi 48,2. Berbeda dengan tahun 2012, terjadi peningkatan proporsi penggunaan
pita SHF untuk beberapa propinsi di kawasan Timur Indonesia seperti Maluku , Maluku Utara dan Papua Barat sehingga proporsi penggunaan pita SHF di
wilayah ini sedikit lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya.
Proporsi penggunaan pita frekuensi ISR terbesar kedua di sebagian besar propinsi juga adalah untuk jenis pita UHF. Proporsi penggunaan pita
frekuensi UHF rata-rata di tiap propinsi mencapai 22,6 atau menurun dibanding semester 1-2012 yang mencapai 29. Proporsi penggunaan pita
spektrum UHF di Papua Barat mengalami penurunan tajam menjadi hanya 14,6 dari sebelumnya yang mencapai 37,2. Propinsi lain di kawasan
timur Indonesia ini seperti Maluku, Maluku Utara dan Papua proporsinya penggunaan pita UHF juga cenderung rendah yaitu kurang dari 20.
Gambar 6.4. Komposisi penggunaan Frekuensi menurut Pita Frekuensi per Propinsi
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
VHF UHF
SHF MF
HF
141