5 - ALOKASI SPEKTRUM FREKUENSI BROADBAND WIRELESS ACCESS BWA

71 pita frekuensi tersebut tanpa perlu peizinan pemerintah selama memenuhi ketentuan teknis yang telah ditetapkan. Adapun ketentuan teknis penggunaan pita frekuensi radio 5.8 GHz untuk keperluan layanan pita lebar nirkabel wireless broadband adalah sebagai berikut : a. Setiap pengguna pita frekuensi radio 5.8 GHz dibatasi penggunaan lebar pitanya bandwidth maksimal sebesar 20 MHz; b. Setiap pengguna pita frekuensi radio 5.8 GHz dibatasi penggunaan daya pancar power sesuai dengan aplikasi sebagai berikut : 1 Aplikasi P-to-P Point-to-Point: i Maximum mean EIRP : 36 dBm ii Maximum mean EIRP density: 23 dBm MHz 2 Aplikasi P-to-MP Point-to-Multipoint: i Maximum mean EIRP : 36 dBm ii Maximum mean EIRP density: 23 dBm MHz 3 Aplikasi Mesh: i Maximum mean EIRP : 33 dBm ii Maximum mean EIRP density: 20 dBm MHz 4 Aplikasi AP-MP Any point-to-multipoint i Maximum mean EIRP : 33 dBm ii Maximum mean EIRP density: 20 dBm MHz

5.3. NILAI BIAYA HAK PENGGUNAAN BHP PITA SPEKTRUMFREKUENSI

5.3.1. NILAI BHP PITA FREKUENSI SELULER, 3G DAN BWA

Dalam penggunaan pita frekuensi seluler, 3G dan BWA, terdapat enam pita frekuensi yang telah ditetapkan dan diberikan izin atas penggunaan pita frekuensi tersebut atau sudah berbentuk Izin Pita Spektrum frekuensi. Keenam pita frekuensi untuk seluler tersebut adalah 1 Pita Frekuensi 800 MHz, 2 Pita Frekuensi 900 MHz , 3 Pita Frekuensi 1800 MHz, 4 Pita Frekuensi 2,1 GHz, 5 Pita Frekuensi 2,3 GHz, dan 6 Pita Frekuensi 3,3 GHz. Khusus untuk pita frekuensi 2,1 GHz yang merupakan frekuensi 3G, penggunaanya dibedakan untuk dua alokasi yaitu alokasi irst carrier dan second carrier. Masing-masing pita frekuensi tersebut memiliki bandwidth penggunaan tertentu dan pemberian izin juga berimplikasi pada pengenaan Biaya Hak Penggunaan BHP kepada operator yang 72 menggunakan pita frekuensi tersebut. Satu alokasi pita frekuensi dapat digunakan oleh beberapa operator seluler sesuai dengan jumlah bandwidth yang tersedia. Pengenaan Biaya Hak Penggunaan BHP Frekuensi Radio oleh Pemerintah Pusat terhadap penggunaan spektrum frekuensi radio oleh pengguna didasarkan kepada perundang-undangan yang berlaku, yaitu sebagai berikut: 1. UU No. 20 tahun 1997 tentang PenerimaanNegara Bukan Pajak PNBP 2. UU No. 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi 3. PP No. 53 tahun 2000 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit 4. PP No. 28 tahun 2005 tentang PNBP yang berlaku di Departemen Komunikasi dan Imformatika 5. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 13 tahun 2005 jo Permen Kominfo No. 372006 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi yang Menggunakan Satelit. 6. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 17 tahun 2005 tentang Tata Cara Perizinan Frekuensi Radio. 7. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 19 tahun 2005 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tarif PNBP dari BHP Spektrum Frekuensi Radio. 8. PP No. 7 tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Komunikasi dan Informatika. Setiap pengguna spektrum frekuensi radio wajib membayar BHP Spektrum Frekuensi Radio yang dibayar di muka untuk masa penggunaan satu tahun. Seluruh penerimaan BHP frekuensi radio tersebut disetor ke kas negara sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP. Tabel berikut menunjukkan jumlah Total Besaran Tagihan BHP Pita dalam Semester 1 tahun 2013: 73 Catatan: 1 BHP 2G dan BWA 2.3 GHz jatuh tempo pada bulan Desember 2G dan Nopember BWA sehingga masuk kepada data semester II 2013 2 BHP 3G second carrier jatuh tempo pada bulan September sehingga masuk kepada data semester II 2013 3 Data di atas adalah Data Tertagih besaran tagihan dan bukan data penerimaan yang dibayarkan oleh Penyelenggara

5.4. PENGELOLAAN ORBIT SATELIT

Slot orbit dan spektrum frekuensi radio satelit merupakan sumber daya alam yang terbatas yang tidak dapat dimiliki oleh suatu negara. Slot orbit digunakan untuk menempatkan suatu satelit di orbit. Pengaturan penggunaan slot orbit di angkasa diatur oleh International Telecommunication Union ITU. Berdasarkan Radio Regulations ITU, terdapat dua kelompok pita frekuensi untuk satelit, yaitu: Unplanned Band dan Planned Band. Unplanned Band yaitu pita frekuensi untuk satelit yang tidak dapat diklaim hanya milik salah satu negara dan penggunaannya diatur oleh ITU guna menjamin kesetaraan akses dan penggunaan slot orbit bagi semua negara. Setiap penggunaan slot orbit spektrum frekuensi radio satelit harus didaftarkan iling ke ITU. Adapun prosedur pendaftaran jaringan satelit ke ITU adalah Advanced Publication Publikasi Awal, Coordination Koordinasi, Administrative Due Diligence Pemeriksaan Menyeluruh, dan Notiication Notiikasi. Planned Band yaitu pita frekuensi untuk satelit yang telah diatur sedemikian rupa oleh ITU agar setiap negara mendapatkan jatah slot orbit, kanal frekuensi transponder satelit dengan cakupan dibatasi pada wilayah territorial negara tersebut. Terdapat dua macam Planned Band yaitu Broadcasting Satellite Service BSS Plan Appendix 30 dan Appendix 30A serta Fixed Satellite Service FSS Plan Appendix 30B. 3G Up Front Fee Annual Fee First Carrier --- Rp 1,764,214,268,360 Second Carrier --- --- Third Carrier Rp 1,026,444,472,904 Rp 102,644,447,292 Tabel 5.10. Total Besaran Tagihan BHP Frekuensi Semester 1-2013