DISTRIBUSI PENGGUNAAN ISR KANAL TV DAN FM UNTUK KEPERLUAN PENYIARAN
160
Untuk penggunaan kanal frekuensi radio FM, Tabel 6.7 menunjukkan perbandingan antara jumlah yang tersediaalokasi yang ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 13PERM.KOMINFO2010 Permen 132010, alokasi yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Komunikasi dan Informatika No. 238KEPM.KOMINFO042012 Kepmen 2382012 dan penggunaan kanal frekuensi FM sampai dengan semester
1-2013. Terlihat bahwa pada tahun 2013 peluang penyelenggaraan penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta untuk radio FM untuk beberapa
propinsi sudah sangat sedikit atau bahkan habis seperti di DKI Jakarta. Kondisi ini terjadi karena tingkat utilisasi pada periode sebelumnya sudah
sangat tinggi mencapai atau mendekati 100.
Beberapa daerah yang menyisakan alokasi yang sedikit adalah daerah- daerah di Jawa seperti Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali.
Hal ini pula yang menyebabkan jika peluang penyelenggaraan penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta yang ditetapkan melalui Kepmen 2382012
ini dibandingkan dengan penggunaan frekuensi radio FM saat ini pada daerah-daerah tersebut, sudah melebihi 100 atau penggunaannya sudah
lebih banyak dibandingkan alokasi yang disediakan.
Jika penggunaan frekuensi radio FM sampai semester 1-2013 ini dibandingkan dengan alokasi yang ditetapkan dalam Permen 132010, terlihat bahwa tingkat
Tabel 6.7. Utilisasi Kanal
Radio FM Menurut Propinsi
No Propinsi
Alokasi Permen
132010 Peluang
Usaha Kepmen
2382012 Jumlah
Ter- pakai
No Propinsi
Alokasi Permen
132010 Peluang
Usaha Kepmen
2382012 Jumlah
Ter- pakai
1 NAD
434 218
53 18 NTB
153 64
51 2
Sumut 443
209 104
19 NTT 410
219 25
3 Sumbar
325 161
45 20 Kalbar
427 237
46 4
Riau 391
226 48
21 Kalteng 295
156 37
5 Kepri
59 29
19 22 Kaltim
328 168
26 6
Jambi 242
136 28
23 Kalsel 194
89 61
7 Babel
139 78
25 24 Sulsel
406 233
45 8
Bengkulu 144
77 19
25 Sulteng 305
171 32
9 Sumsel
300 165
50 26 Sultra
243 136
18 10
Lampung 217
118 55
27 Sulut 194
101 19
11 Banten
76 23
39 28 Gorontalo
104 63
37 12
DKI Jakarta 42
42 29 Sulbar
116 75
8 13
Jawa Barat 312
50 190
30 Maluku 227
136 12
14 Jawa Tengah
331 81
212 31 Maluku Utara
168 108
6 15
DIY 42
1 41
32 Papua Barat 195
117 14
16 Jawa Timur
366 117
148 33 Papua
500 273
27 17
Bali 87
32 53
161
utilisasi frekuensi FM di DKI Jakarta dan D.I. Yogyakarta sudah mencapai tingkat penggunaan yang sangat tinggi. Pada kedua propinsi tersebut yang
memiliki alokasi kanal FM tersedia yang juga tidak besar, pemanfaatanya sudah cukup tinggi yaitu mencapai 100 untuk DKI Jakarta dan untuk DI
Yogyakarta mencapai 97,6. Tingkat utilisasi yang relatif tinggi untuk kanal frekuensi radio FM juga terdapat di daerah-daerah di Jawa dan Bali dengan
tingkat utilisasi diatas 40 kecuali di Jawa Timur, meskipun alokasi kanal tersedia di daerah-daerah tersebut cukup besar. Di Jawa Barat dengan alokasi
kanal sebesar 312, tingkat utiliasinya mencapai 60,9 atau lebih besar dari utilisasi semester 1-2012 yang masih kurang dari 55. Di Jawa Timur dengan
alokasi frekuensi FM yang paling besar di Jawa, tingkat pemanfaatannya baru mencapai 40,4 yang juga lebih besar dari utilisasi semester 1-2012.
Kondisi sebaliknya terjadi pada daerah-daerah di luar Jawa-Bali dimana tingkat utilisasi kanal frekuensi FM ini masih sangat rendah, pada daerah dengan
alokasi kanal frekuensi besar maupun daerah dengan alokasi kanal frekuensi yang jumlahnya kecil. Tingkat utilisasi kanal frekuensi FM yang lebih dari 20
hanya terjadi di Kepulauan Riau 32,2, Lampung 25,3 dam Kalimantan Selatan 23,2, sedangkan di daerah lainnya kurang dari 20. Tingkat utilitas
yang kecil ini juga berarti juga menunjukkan penurunan dibanding kondisi semester1-2012 dimana pada beberapa propinsi seperti Sumatera Utara sudah
lebih dari 25. Namun dibanding DKI Jakarta dan Jogjakarta, tingkat utilisasi pada dearah yang sudah mencapai lebih dari 20 ini masih jauh lebih rendah.
Tingkat utilisasi terendah terdapat di Maluku Utara sebesar 3,6 dengan alokasi kanal 168 dan Papua sebesar 5,4 dengan alokasi kanal 500.
Gambar 6.15. Tingkat utilisasi kanal
frekuensi FM menurut propinsi MENURUT
Permen 342010
100.0 97.6 64.0
60.9 58.6
51.3 40.4
32.2 25.3
23.5 23.2
19.1 18.6
18.0 16.7
16.3 13.8
13.2 12.3
12.2 11.6
11.2 8.88.77.87.77.26.15.9
5.45.33.6
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
DK I
Jakarta D
I Y
o g
ya k
a rt
a Ja
w a
T e
n g
a h
Ja w
a B
a ra
t B
a li
B a
n te
n Ja
w a
T im
u r
K e
p . R
ia u
L a
m p
u n
g S
u m
u t
K a
ls e
l S
u lu
t K
a lt
im Babel
Sumsel N
T B
Sumbar B
e n
g k
u lu
R ia
u N
A D
Jambi N
T T
K a
lt e
n g
K a
lb a
r S
u lt
ra G
o ro
n ta
lo P
a p
u a
B a
ra t
S u
ls e
l+ S
u lb
a r
S u
lt e
n g
P a
p u
a M
a lu
k u
Maluku Utara
162
Pada daerah-daerah dengan alokasi kanal frekuensi FM yang besar lainnya seperti NAD, NTT, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan dan Papua, tingkat
utiliasi kanal frekuensi FM sampai semester 1-2013 ini masih sangat rendah, yaitu antara 5,4 Papua sampai 12,2 NAD. Hal yang sama
juga terjadi pada daerah dengan alokasi kanal frekuensi FM yang rendah seperti Kepulauan Riau, Bengkulu, NTB dan Gorontalo yang tingkat utilisasi
frekuensinya juga tidak besar. Meskipun alokasi kanal FM pada daerah- daerah tersebut kecil, namun tingkat utilisasinya masih tetap rendah yaitu
dibawah 20 kecuali di Kepulauan Riau karena penggunaannya juga rendah. Hal ini menunjukkan bahwa daerah dengan kepadatan penduduk
tinggi dan relatif lebih maju juga menunjukkan tingkat utulitas dan kepadatan penggunaan kanal frekuensi FM yang tinggi.
Peluang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta Jasa Penyiaran Radio Siaran FM yang ditetapkan melalui Keputusan
Menteri Komunikasi dan Informatika No. 238KEPM.KOMINFO042012 menunjukkan bahwa pada beberapa daerah, masih sangat terbuka untuk
adanya investasi penggunaan kanal frekuensi radio FM. Hanya pada daerah di Jawa dan Bali yang sudah tertutup untuk penggunaan kanal
frekuensi FM yang baru mengingat sudah tingginya penggunaan kanal frekuensi FM sudah sangat tinggi. Sementara pada daerah di luar Jawa
terutama di Kalimantan, Sulawesi dan Maluku-Papua, masih terdapat alokasi penggunaan kanal frekuensi FM yang belum digunakan. Bahkan
untuk beberapa propinsi yang tergolong relatif maju seperti Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan,
tingkat utilisasi dari alokasi yang tersisa masih dibawah 60.