dalam lingkungan kompetitif. Penentuan posisi kompetitif PT. BPR Mega Artha Sejahtera dapat dilakukan dengan menentukan frameworks five force dari Porter.
Input dari analisis Porter‟s five force competitive model yaitu kondisi
kompetitif PT. BPR Mega Artha Sejahtera dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan sejenis, kompetitor baru yang potensial, perusahaan yang menawarkan
produk jasa yang sejenis, dan bargaining power terhadap supplier dan customer dari PT BPR Mega Arta Sejahtera. Output dari analisis
Porter‟s five force competitive model yaitu peluang pemanfaatan bisnis dari lingkungan eksternal
organisasi. Output ini akan digunakan pada fase II subfase Identifikas peluang bisnis dari eksternal organisasi. Analisis five force competitive dapat dilihat
sebagai berikut:
New Entrans: ● BPR Baru
Competitor: ●Bank Umum
● Bank Syariah ● BPR Lain
Subtitute Product: ● Pegadaian
● Koperasi ● Credit Union CU
● Multi Finance Supplier:
● Bank Indonesia
● Investor Buyer:
● Pilihan konsumen
banyak
Gambar 4.6
Pemetaan Hasil Analisis Five Force Competitive Model Dalam diagram five force diatas, terlihat bahwa bargaining power dari
new entrans adalah kecil. Ada beberapa hal yang mempengaruhi hal tersebut diantaranya kurangnya minat para investor untuk menanamkan modalnya di
bidang perbankan. Adapun aturan tentang kepemilikan lembaga perbankan di Indonesia seperti BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh warga negara
Indonesia WNI, badan hukum yang seluruhnya WNI, pemerintah daerah, atau dapat dimiliki bersama diantara ketiganya. Selain itu adanya berbagai regulasi
yang membatasi pendatang baru untuk dapat beroperasi seperti modal kerja minimum perbankan dan tingkat kesehatan minimum bank yang telatif tiggi.
Supplier PT.BPR Mega Artha Sejahtera dalam hal ini pembuat kebijakan dan penyedia fasilitas pinjaman kredit adalah Bank Indonesia dan investor yang
menanamkan modalnya pada PT BPR Mega Artha Sejahtera. Buyer PT.BPR Mega Artha Sejahtera saat ini lebih fokus kepada
masyarakat menengah ke bawah yaitu buyer dari sektor retail. Buyer PT.BPR Mega Artha Sejahtera saat ini terdiri dari sektor pemerintahan, pengusaha mikro
dan kecil, dan retail. Dimana buyer terbesar yang dimilki PT.BPR Mega Artha Sejahtera adalah dari sektor retail.
Subtitute product terjadi ketika konsumen tidak mendapat persetujuan dalam pemberian pinjaman kredit sehingga kounsumen akan mencari lembaga
lain sebagai pengganti. Saat ini tidak hanya industri perbankan saja yang dapat menawarkan jasa pinjaman kredit tetapi juga lembaga keuangan non bank
seperti pegadaian, koperasi, credit union dan multi finance. Competior dalam konteks analisis five force ini adalah institusi perbankan
yang memasarkan produk dan jasa yang secara umum sama dengan apa yang dihasilkan PT. BPR Mega Artha Sejahtera . Tingkat persaingan yang dihadapi PT.
BPR Mega Artha Sejahtera dalam industri perbankan saat ini sangat tinggi. Hal ini dikarenakan jumlah bank dan lembaga lain yang beroperasi saat ini relatif
banyak yaitu dari bank umum, bank syariah dan BPR lainnya.
4.2.6 Analisis Lingkungan Eksternal SITI Organisasi
Analisis lingkungan eksternal SITI organisasi bertujuan untuk memperoleh gambaran umum tentang perkembangan SITI saat ini.
1. Tren Jaringan Komputer Saat ini jaringan komputer bukanlah sesuatu yang baru. Hampir disetiap
perusahaan terdapat jaringan komputer unutk memperlancar arus informasi di dalam suatu perusahaan.
Tren jaringan komputer yang sangat significant saat ini adalah internet. Internet merupakan jaringan komputer raksasa yang terhubung dan dapat
saling berinteraksi. Dengan adanya internet memudahkan transaksi bisnis dan memudahkan komunikasi karena informasi dapat diakses dengan cepat dari
seluruh dunia.Hal ini dapat terjadi karena adanya perkembangan teknologi jaringan yang pesat, sehingga dalam beberapa tahun saja jumlah pengguna
jaringan computer yang tergabung dalam internet berlipat ganda. Dalam ruang lingkup yang kecil bisanya jaringan komputer
menggunakan local area network LANintranet. LANintranet memberikan layanan infrastruktur yang menghubungkan antar unit-unit kerja pada suatu
organisasi. Jaringan komputer LAN saat ini masih memakai kabel adalah jaringan peer-to-peer dan jaringan clien-server. Biasanya jaringan peer to peer
dipakai untuk bisnis kecil sedangkan jaringan client-server dipakai untuk binis yang lebih besar.
Beberapa administrator jaringan menyarankan Neibauter, 2000: a. Jaringan peer-to-peer untuk makksimum 10 komputer
b. Server appliance berbasis Windows untuk maksimum 20 komputer c. Jaringan client-server untuk lebih dari 20 komputer
Jaringan komputer metropolitan area network MAN merupakan versi LAN dengan area yang lebih luas, misalnya antar wilayah dalam satu propinsi.
MAN dapat mencakup kantor-kantor perusahaaan yang letaknya berdekatan atau juga sebuah kota dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan pribadi
swasta atau umum. Sedangkan jaringan komputer wide area network WAN adalah jaringan yang lingkupnya sudah antar negara. Tren WAN saat
ini tidak menggunkan kabel nirkabel yaitu menggunakan gelombang radio untuk berkomunikasi dengan lainnya atau yang disebut dengan wireless.
Wireless mempunyai keunggulan lebih mobile dalam berkomunikasi. Dimana wireless dapat berdiri sendiri namun secara umum banyak dipadukan dengan
topologi star karena adanya server-client. 2. Tren Aplikasi SI dan Database
Perkembangan teknologi dan perkembangan internet yang sangat cepat memberi dampak pada perkembangan aplikasi SI dan database. Aplikasi SI
dan database yang banyak diterapkan saat ini yaitu berbasis web. Manfaat yang paling penting dari aplikasi berbasis web adalah dapat digunakan
disetiap saat di lokasi manapun di seluruh dunia baik menggunakan komputer atau handphone untuk mengakses data. Aplikasi web berjalan di web server
sehingga tidak perlu penginstalan. Biayanya pun lebih murah daripada aplikasi desktop karena pemeliharaannya rendah dan persyaratan pada sistem
pengguna akhir dan arsitektur disederhanakan.
Selain itu, saat ini juga banyak tersedia perangkat lunak-perangkat lunak yang dibuat sesuai kebutuhan pemakai yang dikeluarkan vendor dengan
pelayanan yang mudah digunakan user friendly. Organisasi juga dapat menggunakan berbagai aplikasi SI dan database yang bersifat open source.
4.3 Menentukan Target Bagi SITI
Fase ini terdiri dari beberapa subfase antara lain yaitu identifikasi masalah dan solusi bisnis internal, identifikasi peluang bisnis dari eksernal organsasi,
identifikasi pemanfaatan SITI dari lingkungan eksternal organisasi, dan analisis gap kebutuhan informasi. Penjelasan secara terperinci akan diuraikan sebagai
berikut:
4.3.1 Identifikasi Masalah dan Solusi Bisnis Internal
Permasalahan yang masih sering terjadi khususnya berhubungan dengan SITI adalah:
1. SDM kurang memiliki keahlian disiplin ilmu dalam bidang SITI 2. Data historis sebagai sumber informasi belum terpelihara dengan baik.
3. Sering terjadi keterlambatan penyerahan laporan akhir. Sousi yang dapat diberikan adalah:
1. Dengan melakukan Sharing Basis Data yaitu data yang ada diberikan ke bagian lain sehingga informasi atau data yang diperlukan dengan cepat didapat
sehingga permasalahan dengan cepat diselesaikan.