Konteks Strategi SITI Dalam Organisasi

c. Difusi tinggiinfusi rendah. Jika difusi tinggi dan infusi rendah, maka umumnya kontrol bersifat desentralisasi, sehingga manajer dapat melaksanakan prioritas lokal. Integrasi sistem terjadi karena kerjasama user-user, bukan karena desain bisnis atau TI secara keseluruhan. Pendekatan manajemen pada pokoknya menjadi „opportunitic‟, didorong oleh prioritas jangka pendek yang dapat menciptakan keuntungan bisnis di beberapa bidang. Disini TI masih berifat sebagai support dan pengelolaa SITI tergantung pada masing-masing unit kerja. Perusahaan yang masuk dalam kuadran ini adalah perusahaan franchise yang menjual sistem bisnis yang didukung dengan pemanfaatan TI antara lain mini market, dan properti. Contohnya adalah McDonalds. d. Difusiinfusi tinggi. Jika difusi tinggi dan infusi tinggi, maka umumnya kontrol bersifat desentralisasi, tetapi untuk mencapai sukses bisnis bergantung kepada sistem. Keduanya dilakukan untuk menghindari kerugian dan mencapai sasaran bisnis secara keseluruhan, sehingga kondisi ini digambarkan sebagai lingkungan yang kompleks dan sulit dikelola. Disini perlu SITI yang strategis dan high potential untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi. Perusahaan yang berada dalam kuadran ini adalah perusahaan holding company yang memiliki cakupan bisnis yang besar, kompleks dan luas karena terdiri atas beberapa cabaganak perusahaan, serta letak geografinya saling berjauhan lintas kota, lintas pulau, bahkan dapat lintas negara. Contohnya adalah Pertamina, dengan merencanakan tinggi rendahnya derajat infusi dan difusi, terdapat empat perbedaan lingkungan yang penting sebagaimana digambarkan dalam kerangka Sullivan, yang dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut: Opportunitic Complex Backbone Traditional HIGH LOW HIGH LOW Internal organisational pressure demanding futher distribution of IS IT control Difussion degree of desentralization of ISIT control in the organisation Ekternal competitive pressure increasing the criticality of ISIT to business Gambar 2.2 Enviromental of ISIT Strategy Ward dan Pepard, 2003 Organisasi semakin bergantung kepada SITI, dan untuk menghindari kerugian akan dilakukan pendekatan perencanaan dan kontrol yang semakin terpusat dan terstruktur. Tetapi, untuk memfasilitasi penggunaan SITI yang inovatif guna menciptakan keuntungan di masa depan, maka aktivitas kontrol terhadap teknologi harus menjadi bagian dari pengguna bisnis, sehingga terjadi keselarasan antara kebutuhan bisnis dan solusi teknologi. Untuk mendapatkan keuntungan dan menghindari kerugian memerlukan difusi tinggi dan infusi tinggi, dan ini akan berdampak pada manajemen yang kompleks. Oleh karena itu, interpretasi terbaik adalah setiap organisasi membutuhkan pendekatan formulasi strategi dan perencanaan SITI yang disesuaikan dengan lingkungan masing-masing, sebagaimana ditentukan oleh situasi bisnis dan industri serta budaya organisasi. Penyusunan perencanaan strategis SITI yang sesuai dengan konteksnya, memerlukan suatu metodologi perencanaan

2.5 Metodologi Be Vissta Planning BVP

Metodologi BVP memadukan tahapan kegiatan dan perangkat yang digunakan pada empat metodologi, yakni versi John Ward, James Wetherbe, James Martin, dan Edwin Tozer. Paduan tahapan ini direkonstruksi ulang, menyesuaikan dengan pedoman UK Government CCTA-Guidelines on Strategic Planning for Information System dan dilengkapi tambahan modul dari metodologi perencanaan strategis SITI versi lembaga konsultan Price Waterhouse yang relevan dengan proses dan prosedur BVP Atmaja, 2002.

2.5.1 Metodologi Perencanaan Strategis Sistem Dan Teknologi Informasi

Identifikasi empat metodologi perencanaan strategis sistem dan teknologi informasi sebagai berikut Noran san Sastramiharja, 2007:

1. Versi John Ward

John Ward membuat tahapan yang didasarkan kepada kebutuhan bisnis, tahapan-tahapan tersebut dibagi dalam tahapan masukan dan keluaran. a. Masukan Tahapan masukan ini berisi identifikasi dan analisis kondisi bisnis internal dan eksternal dan kondisi SI internal dan eksternal organisasi. b. Keluaran Tahapan keluaran merupakan kegiatan guna menghasilkan suatu dokumen. Dokumen tersebut dihasilkan berdasarkan masukan dari proses PSSTI.

2. Versi Wertherbe

Metode PSSI ini, menurut Turban et al. 1999 didasarkan kepada usaha perencanaan, studi literatur, dan analisis beberapa metode sebelumnya. Selain itu metode ini ditekankan pada sisi teknologi.

3. Versi James Martin

James Martin yang ikut serta dalam membuat beberapa teknik PPSI dalam IBM Business Strategic Planning BSP, membuat konsep pemikiran PSSI yang berbasiskan Information Engineering. PSSI versi James Martin dilakukan dengan melakukan dua tahapan yaitu analisis dan perancangan

4. Versi Tozer

Konsep pemikiran yang diungkapkan oleh Tozer ini berisi pendekatan secara praktis dan formal terhadap PSSTI yang ditujukan pada skala manajemen menengah dan cocok untuk diterapkan pada segala macam bisnis, baik pedagang, industri, keuangan ataupun pelayanan umum. Dalam penggunaaannya, langkah- langkah yang dibuat ini didasarkan pada konsep strategi bisnis yang menentukan cara eksploitasi sumber daya SI beserta pemanfaatannya.

2.5.2. Tambahan Modul

Dari keempat metodologi perencanaan strategis sistem informasi diatas maka kesimpulan yang diambil oleh Atmaja 2002 adalah: 1. Metodologi yang ada perlu disesuaikan dengan kebutuhan SITI saat ini yakni menghitung manfaat tangible dan intangible yang representative dari suatu proyekstrategi hasil renstra SITI, resiko implementasi Proyek SITI dan pembuatan kerangka rencana implementasi yang jelas berdasarkan keluaran renstra SITI. 2. Belum ada metode renstra SITI yang sifatnya one-stop method, yang menggabungkan antara renstra SITI, penilaian hasil renstra hingga pembuatan rencana jadwal implementasi menjadi satu paket dan mempermudah pekerjaan perencana-perencana bisnis dan SITI dalam suatu organisasi. Untuk itu pada metodologi BVP terdapat tambahan modul yang diperoleh dari modifikasi proses dan perangkat dari kegiatan yang sudah ada ataupun mengadopsi langsung dari versi renstra SITI lainnya yang relevan dengan alur proses. Rincian tambahan modulnya adalah: 1. Modul guna menganalisismemprioritaskan hasi renstra SITI. Modul ini terdiri dari dua kegiatan yakni identifikasi dan pengukuran value tangible dan intangible Proyek SI dan TI serta resikonya.