31
2. Dasar Hukum
Melakukan Mudharabah itu boleh mubah. Dasar hukumnya ialah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Shuhaib r.a.,
bahwasannya Rasulullah Saw telah bersabda: Artinya: “ Ada tiga perkara yang diberkati: jual beli yang
ditangguhkan, member modal dan mencampur gandum dengan jelai untuk keluarga, bukan untuk dijual. “
3. Rukun Pembiayaan Mudharabah
Rukun dalam pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut: 1. Adanya pelaku. Dalam pembiayaan ini harus ada minimal dua pelaku,
dimana pelauk pertama bertindak sebagai pemilik modal shahib al- mal, sedangkan pihak kedua bertindak sebagai pelaksana usaha
mudharib. 2. Adanya Objek. Pemilik modal harus menyerahkan modalnya sebaga
objek mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek mudharabah. Modal yang diserahkan bisa berbentuk
uang atau barang yang dirinci berapa nilai uangnya. Sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill,
management skill, dan lain-lain. 3. Persetujuan kedua belah pihak ijab qabul. Ijab qabul ini merupakan
konsekuensi dari prinsip an-taraddin minkum sama-sama rela. Disini kedua belah pihak harus secara rela bersepakat untuk mengikatkan diri
dalam akad mudharabah.
32 4. Nisbah keuntungan. Rukun ini adalah rukun yang khas dalam
pembiayaan mudharabah yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah
pihak yang bermudharabah. Mudharib mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan shahib al-mal mendapat imbalan atas penyertaan
modalnya.
4. Manfaat Mudharabah
Adapun manfaat
Mudharabah pada
perbankan syariah
Azhari,2009:56 a.
Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat.
b. Bank tidak mewajibkan membayar bagi hasil kepada
nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank sehingga bank tidak akan
pernah mengalami negatif spread.
c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan arus
kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah. d.
Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena
keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
e. Prinsip bagi hasil dalam mudharabahmusyarakah ini
berbeda dengan prinsip bunga di mana bank akan menagih penerima pembiayaan nasabah satu sejumlah bunga tetap
berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.
Dalam Pembiayaan ada beberapa ketentuan dasar, antara lain: a. Pembiayaan yang diajarkan Islam berada dalam bingkai halal dan
haram sebagai wujud penciptaan kemaslahatan umat dan menjauhkan kerusakan. Islam mengajarkan agar dalam berusaha hanya
33 mengambil yang halal dan yang baik. Halal dan haram disini identik
dengan baik dan buruk. Termasuk kategori yang diharamkan adalah segala sesuatu yang membahayakan manusia baik secara agama, jiwa
dan akalnya. b. Obyek pembiayaan mencakup semua lapangan muamalah dengan
memperhatikan kemaslahatan masyarakat sebagai skala prioritas syarat dengan cara konsekuwen kepada ajaran agama Islam kearah
perbaikan dan ketinggian akhlak. c. Berusaha untuk memperolehan keuntungan yang proporsionaladil.
Islam membolehkan kepada para investor untuk mengejar keuntungan yang besar proporsional selama sesuai dengan keadilan
kedua belah pihak; antara penjual dan pembeli atau antara investor dan pengelola.
d. Tidak hanya untuk mengembangkan harta tapi juga untuk memperluas ruang lingkup ZIS kepada masyarakat. Tujuan utama
pembiayaan bukan
sekedar untuk
mengembangkan dan
memperbanyak nilai harta tapi berimplikasi pada bertambahnya secara kuantitas pada harta yang salurkan melalui ZIS karena pada
harta itu terdapat hak orang lain fakir miskin dan pemita-peminta.
5. Bentuk-Bentuk Mudharabah
Pada prinsipnya, mudharabah sifatnya mutlak dimana shahib al- mal tidak menetapkan restriksi atau syarat-syarat tertentu kepada si