Penerimaan ZIS dan Produk Domestik Bruto PDB

122 ada, dimana uang kuasi sebagai komponen dari M2. Apalagi uang kuasi memiliki peranan yang lebih besar dibandingkan M1. Pada tahun 2008, terjadinya krisis Bank Century, yang dimana Pemerintah memberikan bailout untuk menyelamatkan Bank Century sebesar 4 triliun rupiah yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Padahal dana yang berasal dari para pembayar pajak ini seharusnya dialokasikan bagi kepentingan umum dan bukannya menjadi dana gelap yang mengalir tanpa keterangan. Dana sebesar 4 triliun ini setidaknya bisa dipakai untuk membantu penyelesaian tol trans-jawa atau membangun infrastruktur pertanian maupun pertahanan. Dampak lain dari pemberian bailout ini adalah dampak psikologis. Dampak psikologis ini ibarat pisau bermata dua karena selain memberi efek positif, tetapi juga memberi efek negatif. Efek positif dari pemberian dana ini adalah menguatkan kepercayaan investor, khususnya di saat pemberian bailout yang bertepatan dengan masa krisis global. Hal ini dapat memberi rasa aman untuk berinvestasi di Indonesia saat itu karena adanya jaminan dari pemerintah. Tetapi di sisi lain tidak adanya pertanggungjawaban dana sebesar 4 triliun telah membuat para investor mempertanyakan kapabilitas pemerintah dalam mengawasi penyaluran dana perbankan dan dalam skala lebih besar mengawasi perekonomian Indonesia. Bank Indonesia mencatat pertumbuhan aset bank syariah di Indonesia sepanjang 2010 mencapai Rp100,26 triliun antaranews.com, diakses 16 123 Oktober 2011 pukul 23.07. pertumbuhan asset Bank Syariah sendiri tak lepas dari peran sertanya masyarakat yang menggunakan jasa perbankan syariah. dalam penelitian yang dilakukan oleh Ali Rama yang berjudul Analyzing Determinants of Assets and Liabilities in Islamic Banks: Evidence from Indonesia yang dipresentasikan pada Forum Riset Perbankan Syariah Bank Indonesia FRPS BI September 2011, menyatakan bahwa motif para nasabah di Bank Syariah dipengaruhi oleh 2 motif yaitu motif keuntungan dan motif keagamaan BI, 2011:73. Pertumbuhan asset perbankan syariah ini ditandai dengan semakin meningkatkan pembiayaan-pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Syariah. Seperti yang diketahui bahwa pembiayaan yang banyak diminati oleh nasabah yaitu Murabahah al-Ba’i dan Mudharabah syirkah. Tercatat sebanyak 29 persen nasabah menggunakan pembiayaan berbasis bagi hasil mudharabah dan musyarakah dan 54 persen nasabah menggunakan pembiayaan murabahah. Total pembiayaan dengan prinsip bagi hasil tidak pernah lebih dari setengah total pembiayaan dengan prinsip jual beli. Hal tersebut merupakan fenomena yang menarik karena diharapkan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil lebih mendominasi pembiayaan dengan prinsip bagi hasil diharapkan lebih menggerakkan sektor riil karena menutup kemungkinan disalurkan pada kepentingan konsumtif dan hanya pada usaha produktif. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat Indonesia masih bersifat konsumtif dibandingkan dengan produktif. 124 Skim murabahah umumnya lebih disukai mengingat karakteristik skim ini lebih tidak beresiko dan lebih mudah untuk dilaksanakan, karena skim ini lebih berorientasi pada pembiayaan jangka pendek, sehingga untuk Bank Syariah yang pada saat ini sedang mengalami pertumbuhan hal ini lebih disukai. Meskipun profit and loss sharing merupakan konsep yang ideal dalam perbankan syariah, namun dalam praktiknya pembiayaan dengan sistem bagi hasil kurang diminati jika dibandingkan dengan murabahah, ijarah atau istishna yang memiliki return relatif lebih pasti. Menurut Antonio tahun 2001 dalam tesis yang ditulis oleh Anita Christie PSTTI UI, 2007:85 menyimpulkan bahwa terdapat resiko yang tinggi dalam pembiayaan berbasis bagi hasil, diantaranya: 1. Side Streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti apa yang disebutkan dalam kontrak. 2. Lalai dan kesalahan yang disengaja. 3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabah tidak jujur. Selain dikarenakan memiliki tingkat resiko yang lebih tinggi, masih kurangnya Sumber Daya Insani SDI pada perbankan dan ternyata perbankan syariah belum mampu memberikan pembiayaan untuk jangka panjang. Pengembangan porsi pembiayaan bagi hasil secara murni hingga saat ini masih menjadi tantangan dan obsesi para praktisi dan pemikir perbankan syariah karena memang pada dasarnya ciri utama dari perbankan syariah adalah pembiayaan dengan skema bagi hasil. Secara tipikal dalam pemberian pembiayaan bagi hasil, bank syariah menyerahkan modal risk capital kepada manajer professional yang berkewenangan dan bertanggung