97 Langkah strategis pengembangan perbankan syariah yang telah di
upayakan adalah pemberian izin kepada bank umum konvensional untuk membuka kantor cabang Unit Usaha Syariah UUS atau konversi sebuah
bank konvensional menjadi bank syariah. Langkah strategis ini merupakan respon dan inisiatif dari perubahan Undang – Undang perbankan no. 10
tahun 1998. Undang-undang pengganti UU no.7 tahun 1992 tersebut mengatur dengan jelas landasan hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat
dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Pada tahun 2010 terjadi perbedaan terbesar dimana persentase
pembiayaan mudharabah dan musyarakah hanya sebesar 29 persen sedangkan pembiayaan murabahah sebesar 54 persen. Semestinya,
pembiayaan dengan akad mudharabah dan akad musyarakah harus lebih banyak. Karena pada akad inilah karakteristik dasar perbankan syariah
terbentuk. Kedua akad tersebut merupakan akad dengan sistem bagi hasil. Perbankan syariah dengan sistem bagi hasil inilah yang menjadi pembeda
dengan bank konvensional. Semakin banyaknya masyarakat yang nyaman akan pembiayaan
mudharabah yang ditawarkan oleh Bank Syariah. Masyarakat Indonesia pada dasarnya banyak yang memiliki keahlian dan pengalaman mengenai
berbagai macam usaha tapi hanya saja modal yang dimiliki kurang memadai terutama modal berbentuk uang. Ini yang melatarbelakangi
pembiayaan mudharabah setiap tahunnya meningkat.
98
4. Perkembangan Zakat, Infak dan Sedekah ZIS
Dalam agama Islam, ZIS merupakan salah satu cara yang digunakan dalam distribusi pendapatan sejak zaman Rasulullah Saw
sampai sekarang. Prinsip utama dalam ZIS ini adalah mendorong peningkatan hasil kekayaan disertai dengan sirkulasi kekayaan yang
lancar, yang mengarah kepada pembagian kekayaan yang merata di berbagai
kalangan masyarakat
yang berbeda.
Dalam rangka
pemberdayaan ekonomi umat Islam dan mengentaskan kemiskinan perlu adanya lembaga yang mampu dalam pengumpulan dan pendistribusian
dana zakat. Dengan demikian terbentuklah UU RI No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat dari tingkat pusat sampai daerah-daerah.
Di Indonesia sendiri terdapat Asosiasi Organisasi Pengelola Zakat Indonesia yang diberi nama FOZ Forum Zakat yang berfungsi sebagai
wadah berhimpunnya Badan Amil Zakat BAZ dan Lembaga Amil Zakat LAZ di seluruh Indonesia. Lembaga ini didirikan pada hari
Juma’at tanggal 19 September 1997 oleh 11 lembaga yang terdiri Dompet Dhuafa Republika, Bazis DKI Jakarta, Baitul Mal Pupuk
Kujang, Baitul Mal PT. Pupuk Kaltim, Baitul Mal Pertamina, Telkom Jakarta, Bapekis Bank Bumi Daya, Lembaga Keuangan Syariah Bank
Muamalat Indonesia, PT. Internusa Hasta Buana dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia STIE Jakarta. Pada awal berdirinya, Forum
Zakat berbentuk yayasan, namun sejak Musyawarah Kerja Nasional I
99 Mukernas I tanggal 7-9 Januari 1999 status yayasan tersebut dirubah
menjadi asosiasi dengan Ketua Umumnya Drs. Eri Sudewo. Perubahan badan hukum dari Yayasan menjadi asosiasi, kemudian dicatatkan di
notaris sebagai perkumpulan. Badan hukum perkumpulan inilah yang sampai sekarang dimiliki oleh Forum Zakat, dan sudah dicatatkan di
lembaran Negara. Adapun visi FOZ yaitu Menjadi asosiasi Organisasi Pengelola
Zakat OPZ yang amanah dan professional guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dan dari Misi Forum Zakat:
1.
Mengarahkan organisasi pengelola zakat sehingga mencapai optimalisasi mobilisasi dan sinergi zakat untuk mencapai positioning
zakat di Indonesia yang mensejahterakan.
2.
Melakukan capacity building terhadap OPZ agar memenuhi standard manajemen mutu pengelola zakat baik tingkat nasional, maupun
internasional
3.
Menjadi fasilitator OPZ di dalam menjalankan fungsinya
4.
Melakukan advokasi dalam rangka memperkuat OPZ dan mewujudkan cita ideal zakat di Indonesia.
5.
Melakukan standardisasi dan akreditasi terhadap OPZ sehingga sesuai dengan standard manajemen mutu pengelola zakat.